Setelah yakin Keiko sudah duduk dengan aman di kursi belakang, Andrew segera membuka pintu depan dan mengempaskan bokongnya di sebelah Clark.
“Ayo, jalan!’ perintahnya dengan wajah serius.
Clark ingin mengajukan banyak pertanyaan, tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat. Ia segera menjalankan mobil menuju jalan utama. Instingnya mengatakan bahwa mereka harus segera keluar dari rute itu secepat mungkin.
Sesungguhnya, melihat Andrew berlarian di jalanan sambil menarik tangan Sakamato Keiko adalah hal terakhir yang dapat ia bayangkan. Tadinya ia pikir sahabatnya itu sedang kebingungan di pinggir jalan karena tidak bisa pulang, atau ponselnya dicuri preman jalanan. Siapa sangka pria itu justru sedang berusaha menjadi pahlawan untuk gadis pujaannya. Benar-benar ….
“Kamu bisa jelaskan ini?” tanya Clark seraya melirik tajam pada sahabatnya.
“Penjelasan bukan prioritas untuk saat ini. Sekarang yang lebih penting adalah mengantarkannya pulang dengan selamat. Ada orang-orang yang mengincarnya tadi,” jawab Andrew dengan raut wajah yang cukup serius.
Hal itu membuat Clark menelan kembali semua keluhan yang sudah siap ia lontarkan. Ia bisa bertengkar dengan pria itu nanti. Kalau Andrew mengatakan mereka harus pergi secepat mungkin, itu berarti keadaan benar-benar gawat.
“Nona ....”
Clark sengaja menggantung ucapannya agar Keiko memperkenalkan diri. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa sudah mengenal gadis itu. Bisa-bisa dirinya dan Andrew dituduh satu komplotan dengan para penyerangnya tadi.
“Keiko, namaku Keiko.”
“Nona Keiko, di mana Anda tinggal?” tanya Clark sambil melihat penumpangnya dari kaca spion.
Mendengar pertanyaan itu membuat Keiko termenung sesaat. Ia terlihat sedikit ragu. Dua orang pria di hadapannya itu benar-benar asing. Mereka baru bertemu dua kali … um, tiga kali, ditambah dengan yang sekarang. Tidak. Lebih tepatnya berpapasan. Hanya berpapasan. Apakah tidak apa-apa jika memberitahu di mana ia tinggal?
Setelah menimbang-nimbang sejenak, akhirnya gadis itu berkata dengan suara lirih, “Tolong antar aku ke hotel Park Hyatt Tokyo.”
Andrew dan Clark saling menatap sejenak. Mereka tahu gadis di belakang belum mempercayai mereka seutuhnya. Tidak apa-apa. Andrew justru senang karena gadisnya sangat berhati-hati. Ia mengangguk pelan, memberi isyarat agar Clark mengemudikan mobil ke salah satu hotel bintang lima yang terbaik di Tokyo. Tanpa diminta ia segera mengetik nama hotel itu di kolom pencarian GPS.
“Baik. Kencangkan sabuk pengaman!” seru Clark sebelum menginjak pedal gas dalam-dalam.
Mobil itu melesat cepat membelah jalanan yang masih cukup ramai. Kalau dilihat dari titik GPS, hotel yang mereka tuju sekitar enam kilometer. Tidak terlalu jauh. Setidaknya masih dalam jarak yang bisa dijangkau.
“Di mana dua orang pengawal Anda, Nona?” tanya Andrew, sedikit penasaran di mana dua pria bertubuh kekar itu berada.
“Mereka ditembaki ketika mencoba melindungiku. Aku tidak tahu mereka selamat atau tidak,” jawab Keiko dengan tatapan menerawang.
Meski terlihat kejam dan menyeramkan, dua orang pria yang selalu mengawalnya itu sebenarnya sangat sopan dan baik. Mereka tidak pernah bertingkah kurang ajar. Salah satu dari mereka menerjang peluru dan memberinya kesempatan untuk melarikan diri. Ia sedikit sedih karena tidak tahu masih bisa bertemu dengan dua orang itu atau tidak.
Andrew mengepalkan tangannya kuat-kuat. Membayangkan kemungkinan Keiko berhasil diculik atau terluka ketika diserang tadi membuat perutnya terasa mual. Bisa saja mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Itu pasti akan menjadi mimpi buruk seumur hidupnya, menghantui seperti iblis dari neraka.
Perpisahan tanpa kalimat selamat tinggal yang layak adalah yang paling menyakitkan. Ia bisa merasakannya dari semua rasa sakit yang tertinggal memorinya, rasa sakit akibat kehilangan seseorang yang paling berharga tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal.
Sial, kenapa aku jadi sangat emosional, umpat Andrew dalam hati ketika pelupuk matanya tiba-tiba memanas.
“Here we go. Kita sudah sampai,” ujar Clark seraya berbelok masuk menuju lobby utama bangunan hotel yang terlihat megah itu.
“Terima kasih. Maaf sudah merepotkan, Tuan ….”
“Andrew. Namaku Andrew, dan dia Clark. Senang mengenal Anda, Nona,” ujar Andrew sembari menatap wajah Keiko yang terpantul di kaca.
“Baik. Terima kasih Tuan Andrew dan Clark. Aku sangat menghargai bantuan kalian. Aku pasti akan membalas kebaikan kalian ini suatu saat nanti,” ujar Keiko sebelum membuka pintu mobil dan turun.
Andrew buru-buru melakukan hal yang sama. Ia melompat keluar dari celah pintu yang belum sepenuhnya terbuka.
“Nona!” panggilnya ketika melihat Keiko sudah hendak berjalan masuk ke hotel, “Tunggu sebentar.”
Pria itu membuka dompetnya dan menyerahkan sebuah kartu yang bisa digunakan untuk mengakses berbagai hotel dan penginapan di seluruh dunia. Semua pembayaran kartu itu tertagih ke bank account-nya secara otomatis. Ia meletakkan benda berbentuk persegi panjang itu dalam genggaman tangan Keiko. Ia tidak tahu apa rencana Keiko setelah masuk ke dalam hotel, tapi ia sungguh tidak mau gadis itu kesusahan.
“Pakailah. Tidak perlu mengembalikannya. Aku masih memiliki beberapa—“
“Tuan—“
Keiko membuka mulutnya dan ingin membantah. Tangannya hendak mendorong benda yang baru saja dijejalkan ke dalam genggamannya. Namun, Andrew lebih dulu menahan gerakan itu.
“Jangan menolak. Aku mohon. Terima ini. Anggap sebagai hadiah dari seorang teman.”
Keiko menghela napas pelan. Tadinya ia berniat langsung meminjam telepon ke bagian resepsionis dan menghubungi Hiro atau ayahnya untuk menjemput. Akan tetapi, ketika melihat kesungguhan dan ketulusan yang terpancar dari raut wajah Andrew, ia mengurungkan niatnya itu. Gadis itu menggenggam kartu berwarna silver yang diberikan oleh pria di hadapannya dengan hati-hati.
“Iro iro arigatou gozaimashita-10,” ujarnya seraya membungkuk dalam-dalam.
“Jaga dirimu baik-baik,” balas Andrew sambil sedikit membungkuk.
Sampai jumpa lagi, lanjutnya dalam hati, berharap semesta mendengarkan permohonannya dan mengabulkannya.
Keiko tersenyum tipis sebelum berjalan masuk. Sementara Andrew tetap terpaku di tempatnya selama beberapa detik. Senyuman gadis itu sama persis seperti gadis bermata bulat yang selalu datang dalam mimpi-mimpinya. Rasa tenang dan nyaman yang ia rasakan ketika berada di dekat gadis itu pun sama.
Deg ….
Deg ….
Deg ….
Andrew mengangkat tangan dan menekan dadanya sambil bergumam, “Ini tidak baik. Benar-benar tidak baik.”
Di dalam mobil, Clark hanya bisa mendesah pasrah dan memijit keningnya yang mendadak berdenyut. Ia sungguh berharap tidak terlibat dalam romansa yang penuh drama ini.
“Aku bahkan belum pernah memiliki kekasih, tapi sudah memusingkan kisah cinta orang lain. Benar-benar payah,” gerutunya sebelum membunyikan klakson dan memberi tanda pada Andrew untuk segera kembali ke mobil.
Mr. Tanaka baru saja meneleponnya, tapi sengaja tidak ia angkat. Semoga saja pria tua itu tidak mengamuk ketika mereka tiba di markas nanti.
***
Note:
10* terima kasih atas banyak hal yang telah Anda berikan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Mimilngemil
😅
2023-10-17
0
VS
aku ikut deg.. deg.. deg..
2022-04-03
1
ein
kerennn
2022-03-04
1