Pagi hari yang cerah setelah melakukan ibadah sholat subuh. Andi bersiap-siap memakai seragamnya untuk pergi dinas, sekaligus menjemput putri impiannya dan mengantarnya ke Kampus. Andi menuruni anak tangga menuju ruang makan. Dan tampaklah kedua orang tuanya yang sudah duduk di ruang makan.
“Asalamualaikum, ayah, bunda? Kapan sampai?” sapa Andi sopan sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
“Tadi malam. Wah anak bunda kok ceria banget, ada sesuatu yang membuat kamu senang nak?” tanya bunda.
“Tentu dong bunda, hari ini aku mau ketemu calon mantu bunda," jawab Andi sambil duduk disampingnya bunda.
“Nak, sebenarnya bunda ingin menjodohkan kamu dengan anaknya tante Ajeng. Gadis itu cantik dan baik bahkan suka bantu bundanya di butik. Menurut bunda cocok banget dengan selera kamu.” Bunda mendesah panjang karena kecewa anaknya sudah punya pilihan lain.
"Tapi, bunda cewek yang satu ini juga selera bunda banget. Mantu idaman bunda lah." Andi tak kalah sengit mengutarakan pendapat nya.
“Sudahlah bunda, kita serahkan semuanya sama anak kita.” Ayah Andi menatap dan mengelus bahu istrinya.
“Ok, tapi kalau kamu sudah mantap dengan pilihan mu segera bawa pulang calon menantu bunda.” Perintah bunda Clara.
“Siap, bunda. Aku berangkat dulu.” Andi menggeser kursinya kemudian berangkat kerja sekaligus menjemput Katrin.
Di rumah Katrin nampak sudah bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Hari ini terlihat penuh semangat seakan telah melupakan kejadian tentang Leo. Tak lama kemudian mobil Andi memasuki halaman depan rumah Katrin.
“Asalamualaikum bunda, Katrin berangkat dulu ya," pamit Katrin mencium tangan bunda.
“Waalaikumsalam, lo nggak makan dulu nak.” Bunda memandang aneh putrinya.
“Nggak bunda, sudah ada yang menjemput, takut kelamaan," jawab Katrin sambil berlalu meninggalkan bundanya.
“Alhamdulilah anak bunda sudah ceria kembali," gumam bunda Ajeng dalam hatinya.
Tak lama kemudian pak Darto masuk.
“Maaf nyonya mobil sudah saya siapkan, ini kuncinya. Mohon maaf saya hari ini izin mau pulang kampung sama mbok Minah jadi nggak bisa mengantar nyonya ke butik.” Pak darto menyerahkan kunci mobilnya.
“Pak, yang jemput non Katrin siapa?” tanya bunda Ajeng.
“Cowok cakep nyonya, berseragam Satpol PP, wuih keren habis, mukanya kharismatik dan kelihatannya tanggung jawab, cocok buat nona Katrin. Pokok nya begini Nyonya…..daripada si Leon” Pak Darto memuji Andi sambil mengacungkan jempolnya.
“Leo...pak Darto.” Bunda Ajeng tertawa sambil membetulkan perkataan pak Darto.
Andi yang sudah ada di depan membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan Katrin masuk di depan samping sopir. Sedangkan Andi langsung berjalan memutar duduk di belakang kemudi. “Sayang, kamu cantik sekali hari ini.l," puji Andi sambil tidak berkedip memandangi Katrin.
“Kakak jangan begitu, aku malu.” Wajah Katrin memerah untuk menghindari rasa malu dan detak jantungnya yang semakin kencang, Katrin membuang wajahnya ke samping untuk melihat ke luar jendela.
“Coba lihat kakak, bener kamu cantik kok.” Andi menggerakkan tangannya untuk memutar kepala Katrin dan membetulkan anak rambut yang ada di dahi Katrin.
“Kak, ayo berangkat ntar aku terlambat.” Katrin berusaha mengalihkan pembicaraannya.
Di sepanjang jalan mereka diam dengan pikiran dan perasaan masing-masing.
“Dik, jangan diam saja, itu bisa nyalain musiknya.” Andi memberi isyarat dengan menggerakkan mukanya mengarah ke tape recorder yang ada di mobil.
Katrin menyalakan music kemudian terdengar tembang “So In Love” suara merdu dari Marion Jola. Muka Katrin pun kembali memerah.
“Dik lagu itu mewakili perasaan aku ke kamu.” Andi kemudian mengambil tangan Katrin untuk diarahkan ke jantungnya, sambil fokus mengemudi.
“Kak, lepasin tanganmu, ingat kakak harus fokus mengemudi,” kata Katrin cemas sambil berusaha menarik tangannya dari genggaman Andi.
“Kamu diam, saja dik. Apa mau, nanti kamu aku hukum.” Andi mengancam Katrin dengan muka datarnya.
Deg... perasaan Katrin semakin tidak menentu, hingga kemudian sudah sampai di depan kampus.
“Kak, sudah sampai.” Katrin mengingatkan Andi. Andi mematikan mesin mobilnya kemudian berjalan memutar membukakan pintu mobil untuk Katrin.
Katrin keluar kemudian pamitan untuk menuju Gedung tempat kuliahnya.
“Dik nanti pulangnya jam berapa, aku jemput," tanya Andi tiba-tiba.
“Jam 12 kak, tapi kalau kakak repot aku bisa nebeng sama Anita," seru Katrin.
“Nggak, kakak gak repot, lagian itu waktu kakak istirahat," kata Andi sambil mencium kening Katrin.
Beberapa detik kemudian Katrin berlari meninggalkan Andi.
"Dik jangan berlari, entar jatuh." Andi menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Katrin.
“Dasar masih bocah, dan polos banget. Gayanya aku suka banget.” Andi akhirnya pergi meninggalkan kampus menuju kantornya.
“Selamat pagi Anita, Dewi," sapa Katrin sambil menghempaskan dirinya duduk di dekat Anita.
“Wah, hampir saja kamu terlambat, sebentar lagi dosen kita akan memulai kuliahnya," teguregur Anita sambil mencondongkan badannya ke arah Katrin membisikan sesuatu.
“Katrin lihatlah ke samping kananmu bagian pojok depan, si lampir sudah masuk kampus. Ingat apapun yang dikatakan jangan kau ambil hati.” Anita memberi peringatan pada sahabatnya.
“Beres….aku akan abaikan dia. Aku sudah males berhubungan lagi dengannya. Sudah aku hapus dari daftar temen dekatku,” tegas Katrin sambil mengeluarkan buku mata kuliahnya.
“Kalian tuh, dimana-mana selalu ribut. Sudah diam lah, tuh lihat pak dosen sudah datang.” Dewi memberi kode dengan menggerak-gerakkan matanya.
Setelah mengikuti mata kuliah sosial politik, mereka bertiga beranjak pergi ke kantin untuk memesan makanan dan minuman kesukaan mereka masing-masing.
“Nanti pengumuman penempatan kita magang ya," kata Anita tiba-tiba memulai pembicaraan.
“Kalau gak salah nanti pengumuman akan di pajang di depan ruang sekretariat,” jelas Dewi menimpali Anita.
“Santai saja teman, dimana pun tempatnya yang penting kita tetap happy dan tentunya harus mendapat nilai yang bagus dong," ucap Katrin percaya diri, karena Katrin termasuk mahasiswa yang memiliki segudang prestasi di bidang akademik maupun non akademik.
Tiba-tiba di tengah perbincangan mereka muncul Sandra yang berjalan menghampiri mereka.” Katrin, sini aku mau ngomong berdua sama kamu, ada sesuatu yang harus kita selesaikan!” Sandra menarik tangan Katrin.
“Apa-apa an, kamu Sandra, memangnya kamu belum puas menyakiti aku. Sudahlah urusan kita sudah selesai.” Katrin menghempaskan tangan Sandra.
“Tolong bantu aku, mencari kak Leo. Sejak kejadian di café itu kak Leo tidak pernah menemui ku atau menghubungiku. Ku mohon tolonglah bantu aku mencarinya.” Sandra memohon kepada Katrin dengan air mata yang berlinang.
“Cukup, Sandra, kak Leo bukan urusan ku lagi. Bahkan dimana sekarang, aku juga nggak peduli.” Katrin menjawab dengan ketus.
“Tapi kak Leo bilang dia akan tetap mengejar cintamu," ungkap Sandra cemas sambil mengusap air matanya.
“Itu bukan urusanku.” Katrin mengangkat bahunya. “Bukankah kalian saling mencintai? Sudah pergilah, cari saja kak Leo mu.” Katrin berusaha tenang menghadapi Sandra.
“Sandra apa kamu tidak dengar apa yang dikatakan Katrin, Dasar Lampir tidak tahu diuntung. Sudah jelek nikung teman lagi," umpat Anita dengan kesal.
“Diam kau Anita, jangan ikut campur. Ini urusan aku dengan Katrin," teriak Sandra.
“Urusan Katrin juga urusanku Lampir,” sengit Anita tidak mau kalah.
Tiba-tiba mereka pun ribut. Sandra menghampiri Anita dan menamparnya.
Tapi sebelum mendarat ke pipinya, Anita menangkap tangan Sandra dan langsung menahannya.
“Ingat aku tidak selemah yang kau kira ya, mulai sekarang kau jangan ganggu temanku lagi," ancam Anita sambil memelintir lengan Sandra.
“Lepaskan aku Anita.” Sandra meringis menahan sakit.
"Ayo kita pergi, jangan hiraukan Sandra lagi.” Katrin menarik lengan Anita. Mereka bertiga pergi menjauh meninggalkan Sandra.
”Awas kau Katrin, dan kau juga Anita, aku akan buat perhitungan dengan kalian, jangan harap kamu bisa hidup tenang dan memiliki Kak Leo.” Anita memandang sinis kepergian mereka.
“Bener-bener Lampir norak," sungut Anita yang masih menahan emosinya. Katrin dan Dewi pun bergidik ngeri melihat tingkah Anita.
“Sudahlah, ayo kita lihat saja pengumuman tempat magang kita, mungkin sudah dipasang di papan pengumuman.” Katrin berusaha mengalihkan perhatian Anita agar mereda emosinya.
Sesampainya di ruang seketariat, di lihatnya banyak mahasiswa yang sudah bergerombol, Anita berusaha masuk menerobos gerombolan temen-temennya.
" Alhamdulillah kita dapat tempat dekat dengan kampus kita, ditempatkan di Instansi Satuan Polisi Pamong Praja," teriak Anita senang.
Degg....Katrin terkejut. "Astaga itu kan tempat kakak Andi dinas, tiap hari ketemu dong" Katrin nampak gelisah sendiri.
🍁🍁💪Terimakasih, beri like, komen dan votenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
BocahBodoh
🙂🙃
2021-08-27
1
💐 𝕭𝖚𝖓𝖉𝖆 𝕾𝖚𝖘𝖎
akhirnya bisa berdekatan terus nih😂😂😂
2021-08-13
1
Dede Sulastri
bagus dong ketemu terus Ama calon suami🤭
2021-03-02
3