Setelah pulang kerja Andi menyempatkan dirinya ke café. Andi mencari Doni di ruangannya. “Doni, gimana informasi tentang Katrin sudah kamu dapatkan? Tanya Andi.
“Sudah, bos. Semua berkas ada di meja bos. Jangan lupa janjinya bos.” Doni pun tersenyum penuh kemenangan.
“Don, aku tolong carikan satu orang Bodyguard untuk mengawasi Katrin. Aku takut terjadi sesuatu dengannya. Tadi siang di resto aku ketemu Leo dan kelihatanya dia berusaha ingin mendapatkan Katrin kembali. Kamu tahu kan Leo orangnya nekad.” Kata Andi cemas.
“Siap bos. Tenang, bisa di atur.” Kata Doni menyakinkan Andi.
“Untuk sementara selama 3 bulan ke depan, dia aman karena kebetulan Katrin dan 2 temennya magang di tempat ku.” Andi kemudian menyandarkan dirinya duduk di kursi dan menghela nafas lega.
“Bos, kenalin dong temannya Katrin, jangan biarkan temenmu ini jadi jomblo akut.” Doni memohon ke sahabatnya. Andi nampak serius membolak-balikkan berkas yang ada di tangannya sambil tersenyum sendiri.
“Bos kesambet ya?” tanya Doni memperhatikan tingkah laku bosnya.
“O....ternyata Katrin itu adik sahabatku yang seangkatan waktu sekolah di IPDN, tapi kakaknya Katrin penempatan di Jogja.
“Itu ada no teleponnya kalau mau menghubungi temennya bos, kakaknya Katrin” Doni menunjuk berkas yang di pegang Andi. “Tidak Don, aku mau buat surprise untuk sahabatku.”
Di saat mereka asyik ngobrol, pelayan café berlari tergopoh-gopoh mencari mereka. “Bos di luar ada tamu yang mencari bos, dia ngamuk membanting semua barang yang ada di depan.”
“Siapa dia, berani-beraninya dia buat onar di tempatku.” Tanya Andi penuh dengan amarah.
“Leo bos, dia mau buat perhitungan dengan bos.”jawab pelayan café. Andi keluar diikuti Doni, menuju meja yang diporak-porandakan Leo.
“Hai Andi, aku minta kamu jauhi Katrin, karena dia kekasihku dan aku sebentar lagi akan menikah dengannya.” Ancam Leo sambil menatap tajam Andi.
“Kekasih? Kekasih macam apa hah? Lalu kenapa kamu menyakitinya? Apa kamu tahu kalau Katrin sempat ingin mengakhiri hidupnya hanya karena dia terlalu mencintaimu? Kemana kamu saat itu? Dan kenapa kamu menyakitinya? Teriak Andi sambil memberondong semua pertanyaan untuk Leo.
"Deg"......"Bunuh diri, maaf kan aku Katrin." Leo merasa bersalah.
“Aku tidak peduli, pokoknya kamu harus menjauhi dia. Dan aku akan merebutnya kembali dari mu.” Leo mengancam Andi.
“Aku tidak akan menjauhi Katrin, karena aku mencintainya. Memangnya kamu mau apa? Katrin juga mencintaiku.” Andi berkata dengan sombong nya dan membusungkan dadanya sehingga menyulut emosi Leo.
“Jangan kurang ajar kamu. Bruk, bruk… “ Leo memukul Andi.
Mereka berdua baku hantam sehingga suasana di café menjadi riuh tak terkendali. Doni dan beberapa tamu café melerai mereka. Satpam yang di depan café berlarian menghampiri mereka kemudian menyeret Leo ke luar café.
Waktu menunjukan pukul 20.30 wib, entah mengapa Katrin merasa tidak nyaman dan berminat menghubungi Andi. Dret…….dret…HP Andi berbunyi. My Sweetie video calling...... “Ah kenapa harus video call, pada saat situasi seperti ini ya? Aku angkat tidak ya?” Karena takut ketahuan Katrin, Andi tidak menerima video call Katrin.
Berkali-kali video call nya tidak diangkat akhirnya Katrin WashApp Andi. “Kak, tolong angkat telpon aku. Ini penting!”
"Wah gimana ini, aku nggak mau Katrin kuatir sama aku dan punya pikiran macam-macam." Akhirnya Andi mendahului video call Katrin.”
“Asalamualaikum, cinta?” Sapa Andi mendahului menyapa Katrin begitu video call nya diterima oleh Katrin. “Waalaikumsalam salam, kak. Muka kakak kenapa? Kok babak belur seperti itu?” Katrin kuatir keadaan Andi.
“Biasa cinta, ini karena aku mempertahankan cintaku? Tadi berantem sama Leo yang mengamuk di Café.” Leo menjelaskan kejadian yang ada di café.
“Kak, aku mau kesitu, itu muka kakak harus di obati.” Katrin merasa kuatir dengan keadaan Andi.
“Tidak usah, cinta, ini sudah malem. Hal seperti ini biasa bagi laki-laki.” Jawab Andi sambil meringis menahan sakit.
“Pokoknya tunggu dulu, Katrin ke situ.” Katrin menutup video call nya.
Katrin buru-buru mengganti bajunya dan memakai jaket, kemudian menyambar kunci mobilnya menuruni anak tangga. Ketika melewati ruang keluarga berpapasan sama bunda Ajeng.
”Mau kemana nak? Ini sudah malem.” Tanya bunda yang sedang nonton TV. “Mau ke tempat kak Andi bunda, barusan kak Andi berantem sama kak Leo. Kasihan kak Andi bunda, mukanya babak belur” Ucap Katrin sambil melangkah ke luar.
“Kasihan? Wah anak bunda sudah jatuh cinta ya?” Goda bunda Ajeng. “Apa an sih bunda.” Katrin tersenyum dan mukanya memerah menahan malu.
“Nanti pulang lo nak, jangan menginap di tempat kak Andi.” Tegas bunda.
“Siap, bunda. Assalamualaikum.” Katrin mengucapkan salam sambil mencium tangan bunda.
“Waalaikumsalam. Hati-hati di jalan ya nak!” Bunda Ajeng mengingatkan putrinya.
Di tengah jalan Katrin membelokan mobilnya ke apotik, untuk membeli obat-obatan. Beberapa menit kemudian mobilnya sampai di café dan Katrin memarkirkan mobilnya. Katrin masuk tergopoh-gopoh mencari Andi.
“Eh, mbak Katrin, mau nyari bos ya? Bos di ruang kerjanya mbak, mari saya antar.” Doni menunjukan ruang kerja Andi.
Sesaat setelah masuk ruang kerja Andi, Katrin buru-buru menghampiri kak Andi yang terbaring di sofa. “Kak, bangun kak. Kakak mana yang sakit?” Tanya Katrin sedikit berjongkok menghadap kak Andi.
Andi diam saja, akan tetapi tangannya memegang salah satu tangan Katrin dibimbingnya pelan-pelan untuk diarahkan tepat di jantungnya. “Ini lo sayang yang sakit.” Kata Andi.
“Kakak, jangan bercanda. Sini kakak duduk dulu. Aku obati.” Ucap Katrin sambil memonyongkan bibirnya.
“Parah si bos, gombal banget, bikin ngiri saja. Lama-lama buat jiwa jomblo ku meronta-ronta” Doni pun merasa malu sendiri melihat tingkah laku bosnya, akhirnya Doni meninggalkan ruang kerja bosnya.
Katrin mengobati luka memar di wajah Andi, mengompresnya dengan air es, dan memberi salep anti nyeri. Sesaat setelah mengoles wajah Andi dengan obat anti nyeri. “Ah, sakit dik. Jangan keras-keras.” Andi meringis kesakitan. Katrin mengolesnya dengan sangat pelan, dan wajah mereka begitu dekat hingga membuat Andi merasa gerah karena menahan hasratnya.
Tiba-tiba Andi memandangi wajah Katrin dan tangannya menelangkupkan wajah Katrin di ciumnya bibir Katrin, dan Katrin pun nampak menikmatinya. “Bos, ini minumnya.” Tiba-tiba Doni muncul membuyarkan kegiatan dua sejoli yang jatuh cinta. Katrin mukanya memerah kayak kepiting rebus.
“Don, lain kali ketuk pintunya, jangan nyelonong saja. Kau ulangi lagi, aku potong gajimu.” Andi memelototi Doni.
“Ampun, bos. Maaf memang sengaja, setannya biar hilang.” Goda Doni sambil pergi berlalu meninggalkan Andi.
Andi melemparkan tisu yang ada di dekatnya. tapi sengaja tidak diarahkan tepat sasaran.
“Dik, sini duduk sama kakak.” Andi membimbing Katrin untuk duduk di sampingnya. Andi merebahkan dirinya dengan kepala ditaruh dipangkuan Katrin.
“Kak, lain kali jangan hiraukan kak Leo. Kak Andi sebaiknya menghindari saja. Lihat muka kakak jadi memar.” Kata Katrin sambil mengusap-usap kepala Kak Andi.
“Ah, tidak apa-apa dik, hanya luka biasa. Besok paling-paling sudah baikan” Ucap Andi menyakinkan Katrin.
“Kakak beruntung besok tanggal merah, jadi tidak masuk kerja. Kalau masuk kerja kakak bisa di tertawakan temen sekantor kakak” Kata Katrin terus mengusap-usap lembut kepala Kak Andi.
Andi kemudian menarik tangan kanan Katrin untuk dicium nya sambil terus mengucapkan. “I Love you, dik!” Katrin tidak menjawab apa yang disampaikan Andi.
“Kak, aku pulang dulu, kakak harus istirahat. Aku nanti pulangnya keburu malam.” Katrin mengalihkan pembicaraan Andi.
“Menginap sini saja dik.” Andi meminta pada Katrin dengan senyuman liciknya.
“Maaf kak, aku gak bisa takut khilaf. Ntar kalau ada razia Satpol PP, bisa-bisa kita dinikahkan sekarang kak.” Jawab Katrin tegas.
“La dik kakak kan Satpol PP. Aman dik?” Goda Andi sambil mengedipkan matanya. “Lagian semisal diminta nikahi kamu sekarang kakak siap dik.” Andi kembali menggoda Katrin.
“Kakak, apaan sih kak. Gak lucu tahu. Sudahlah aku pulang dulu.” Katrin menggeser kepala Andi pelan-pelan kemudian ia melangkah hendak meninggalkan ruang kerja Andi. “Tunggu dik, kakak antar kamu sampai rumah. Nanti mobil kakak biar Doni yang mengemudikan.
“Tapi kakak masih sakit? Aku pulang sendiri saja.” Jawab Katrin tegas.
“Adik, harus nurut sama kakak. Luka begini bagi kakak tidak masalah. Kalau nggak nurut sama kakak, aku hukum mau.” Kata Andi mencondongkan tubuhnya hingga wajahnya hampir menyentuh Katrin.
“Kakak, apa an sih. Kakak mesum banget.” Katrin mendorong tubuh Andi.
"Tapi kamu suka kan? Mana kuncinya dik!” Andi mengambil kunci dari tangan Katrin.
“Kakak.” Pekik Katrin sambil menyerahkan kunci mobilnya. Kemudian Andi dan Katrin ke luar dari ruangannya.
“Doni, ini kamu kemudikan mobilku dan kau ikuti aku dari belakang.” Perintah Andi.
Setelah sampai di rumah Katrin mereka keluar dari mobil. Andi pamitan sama Katrin sambil mencium kening Katrin.
"Selamat tidur cinta, mimpikan kakak ya?" ucap Andi.
Tak lama kemudian, Andi masuk ke dalam mobilnya dengan Doni yang memegang kendali di depan kemudi.
...💕💕💕Smpai sini dulu para pembaca, ingat votenya. Biar tambah seru ayo dong di beri komentar ceritanya! 💕💕💕...
Dan ini saya tambahkan tokoh-tokoh dalam cerita nya, biar pembaca tambah greget membacanya.
Kakak Andi saat lagi Santai
Katrin yang cakep dan menggemaskan.
Leo yang mengkhianati cintanya Katrin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Farell Nazriel
bang ji wook thor
2021-10-25
0
💐 𝕭𝖚𝖓𝖉𝖆 𝕾𝖚𝖘𝖎
uwaaaaaaaa 🥰🥰🥰
2021-08-13
1
Sri Wulandari
ganteng amat Andi...wow ..Kat pun cantik
2021-05-30
4