Tentang Hati
Rintik hujan mengguyur bumi. Hembusan angin yang cukup kencang pun turut menyertai suasana sendu sore itu. Namun hal tak bersahabat tersebut tak menyurutkan langkah seorang pemuda untuk menuju suatu tempat dengan hati yang berbunga-bunga.
Pemuda itu berhenti di salah satu rumah yang cukup mewah. Setelah sedikit berbenah, dia pun menekan bel pintu.
Ting tong..
Kriet..
"Hhmm.. Kamu telat 2 menit."
"Maaf sayang.. hujannya gak ada kompromi sama sekali."
Dia tersenyum menatap pacarnya. Evan, itulah nama cowok itu. Dengan postur tubuh yang menjulang tinggi dan terlatih, senyum menawan, dan sorot mata tajam namun menenangkan, tak heran jika banyak cewek tergila-gila padanya termasuk sosok yang menjadi pacarnya sekarang.
"Yuk masuk." Ria, itulah nama sang pacar.
Mereka pun duduk di ruang tamu. Ria lalu merapatkan badannya ke Evan sambil sesekali bermanja-manja di bahu sang pacar.
"Ehem.."
Suara dehem tersebut langsung membuat mereka menjaga jarak dan duduk tegak. Tampak seorang laki-laki berumur berjalan mendekati Evan dan Ria.
"Pa-papi.. Kenalin, ini Evan."
Evan mengulurkan tangannya ke ayah Ria, namun laki-laki itu hanya menatapnya datar.
"Ria bilang kamu ingin bertemu dengan saya. Ada perlu apa?"
Evan sedikit salah tingkat tak kala ayah Ria menatapnya dengan tatapan acuh. Namun dia sudah mengumpulkan keberanian untuk bicara dengan ayah Ria hari ini.
"Saya ingin melamar putri om."
"Melamar?"
"Iya pi. Ria dan Evan sudah 2 bulan pacaran. Kami sepakat untuk segera menikah." jawab Ria sumringah.
"Berapa umur kamu?"
"18 tahun om."
"Pekerjaan?"
"Pembalap."
Ayah Ria kini menatap putrinya dengan tajam yang membuat Ria merasa bahwa sang ayah tak menyukai Evan.
"Papi tidak setuju."
"Kenapa pi? Ria cinta sama Evan." protes Ria.
"Apa kamu pikir cinta bisa membuat kamu kenyang?"
"Saya kerja om. Saya yakin bisa membahagiakan Ria."
"Saya yang tidak yakin. Emang berapa penghasilan seorang pembalap? Gaji juga kalau ada event aja kan? Mana cukup buat biaya hidup kalian berdua. Saya tetap tidak setuju!"
"Tapi om.."
"Silahkan."
Ayah Ria berdiri lalu membuka pintu rumahnya dan mengusir cowok itu secara halus.
Ria pun memohon kepada sang ayah untuk merubah keputusannya, namun hal itu sia-sia.
Ayah Ria lalu menahan tubuh putrinya yang akan membuntuti Evan dan membiarkan cowok itu keluar rumah dengan wajah lesu.
Brakk!
Evan hanya menatap pintu yang tertutup itu. Dia bisa mendengar Ria dan ayahnya berdebat di dalam sana tentang dirinya.
"Terjadi lagi." ucap Evan dengan senyum kecut.
Dia lalu melangkah menuju motor hitam yang terparkir di halaman, memacu motor itu menerobos hujan yang turun semakin deras.
Pikiran cowok itu melayang jauh. Tiba-tiba dia mengingat masa-masa ketika masih duduk di bangku sekolah.
Sudah banyak cewek yang dia jadikan pacar hanya untuk bermain-main. Evan ingin memuaskan dahaganya tentang sesuatu yang dia sebut sebagai cinta.
Apalagi dengan wajah rupawan yang dimilikinya itu tentu para cewek langsung menjawab 'iya' saat Evan menyatakan cinta.
"Hoi! Cari mati lo?!"
Ckiitt!
Evan langsung mengerem motor. Roda dua itu berhenti beberapa senti tepat sebelum dia menabrak truk yang tengah parkir di bahu jalan.
Sopir truk yang kebetulan melihat Evan berkendara spontan berteriak saat cowok itu hampir menabrak truknya. Dia lari tergopoh-gopoh menghampiri Evan yang masih terlihat kaget.
"Lo bosen hidup?! Kalau ada apa-apa gue juga yang kena!"
"Sorry bang."
Sopir itupun memperhatikan Evan dengan seksama dan dia tahu pikiran pemuda itu tidak pada kondisi dimana dia bisa mengendarai motor.
"Hah.. Lo bikin gue jantungan aja! Sini ngopi dulu." ucap sopir truk seraya mengajak Evan beristirahat sebentar di warung kopi yang berada tak jauh dari mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments