"Udahlah Van.. Hari ini pun dia pasti gak bakalan dateng. Mau sampai kapan lo nunggu di sini? Gak capek apa?"
Evan dengan segera menjejalkan sepotong roti ke mulut Rico yang dari tadi berisik di sampingnya.
"Capek sih, capek dengerin omelan abang maksudnya."
Gluk..
"Sial*n lo! Main masukin ke mulut aja! Kalau gue keselek gimana? Kan bisa mati gue!"
"Bodo amat.. Lagian lo ngapain ikutan nimbrung di sini sih bang kalau dari tadi ngomel melulu? Pulang aja sana!"
"Yee.. Nih anak.. Gue mana tega biarin lo sendirian diantara banyak orang gini. Mana gak ada yang lo kenal juga selain dua bocah parkour kemarin. Terserah lo dah, gue mau tidur!"
Rico pun berbaring begitu saja di atas tanah.
Selama seminggu ini dia dan Evan pergi ke perkumpulan parkour hanya agar bisa bertemu Nadine. Namun cewek itu seperti hilang di telan bumi sejak pertemuan nya dengan Evan tempo hari.
Tak sekali pun dia datang untuk berkumpul dengan teman-temannya. Bahkan anak parkour yang lain juga tak tahu dimana keberadaan Nadine.
Hal itu membuat Rico yang sudah menjadi sahabat Evan pun ikut menunggu kedatangan cewek yang membuat Evan bertingkah seperti ini.
Dia penasaran dengan sosok Nadine karena sebagai teman baru Evan, tak mungkin dia bertanya lebih jauh tentang urusan pribadi cowok itu.
Evan pun menghela napas sambil menatap langit, keyakinan nya mulai goyah. Dia memikirkan kembali apa yang telah dia lakukan pada Nadine di masa lalu.
(Apa kamu tahu sudah seminggu aku nungguin kamu di sini dan karena itu kamu menghindar? Apa segitu bencinya kamu sama aku Nad?)
**
"Sesuai dugaan, mereka masih aja datang ke perkumpulan kita. Sini deh lihat sendiri."
Sasha asyik meneropong Evan dan Rico dari atas gedung yang terletak cukup jauh dari tempat berkumpul anak parkour. Tak jauh darinya Nadine tampak acuh sambil memainkan bolpoin.
Saat ini Nadine lebih tertarik bergelut dengan tugas kuliahnya dari pada menanggapi ucapan Sasha. Dia sengaja mengerjakan tugasnya di luar ruangan agar pikirannya lebih jernih.
"Lo gak kasian sama cowok yang lo ceritain itu? Siapa kemarin namanya? Revan ya?"
"Evan."
"Itu maksudnya. Serius lo gak ingin nemuin dia sekali aja? Kasian anak orang sampai kucel gitu Nad.."
"Gue gak ada urusan lagi sama dia. Lagian siapa suruh nunggu di situ? Tahu sendiri tempatnya panas. Kalau nunggu di warung kan enak, adem."
"Busyet nih anak.. Gak ada empatinya sama sekali ya.."
Sasha pun duduk di hadapan Nadine dan meletakkan salah satu tangannya untuk menutup buku sang sahabat.
"Minggir.. Gue lagi ngerjain tugas." ucap Nadine sambil menyingkirkan tangan Sasha.
"Nad, gue gak ngerti apa yang udah terjadi diantara kalian. Tapi menghindar kayak gini gak akan menyelesaikan masalah. Lo berdua harus ketemu, ngobrol santai biar cepet kelar."
Nadine terus membolak-balik buku kuliahnya seakan mengacuhkan Sasha, namun sebenarnya cewek cantik itu mendengarkan. Sasha pun beranjak untuk kembali meneropong Evan.
"Wait! Astaga.. Ini gak bagus.."
Tak di duga ada beberapa cowok yang menghampiri Evan dan Sasha tahu salah satunya menyukai Nadine. Dialah ketua klub tinju bernama Gabriel.
Entah apa yang mereka bicarakan namun yang pasti setelah itu Evan dan Gabriel terlibat adu pukul di sana.
"Kenapa?" tanya Nadine.
"Gabriel Nad.."
"What?"
Nadine pun melihat teropong dan tanpa basa basi lagi dia melompat dari atas gedung itu menuju tempat keributan diikuti oleh Sasha yang ikut melompat juga.
Sikap Nadine itu membuat Sasha menyakini bahwa sahabatnya masih memiliki empati dibalik sikap acuhnya pada Evan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments