Sudah sebulan berlalu sejak penolakan yang dialami oleh Evan. Selama itu pula dia terus berpikir mengenai apa yang telah terjadi.
Ping..
Pemuda tampan itu menaruh barbel yang dipegangnya dan meraih handphone.
"Evan please bales pesan aku.. Apa kamu gak ingin perjuangin hubungan kita?"
Evan kembali meletakkan handphone di meja setelah membaca pesan singkat dari Ria. Dia lalu merebahkan badan di tempat tidur, memandang berbagai macam medali penghargaan yang terpajang di dalam kamar.
Bukannya Evan tak ingin berjuang, namun dia tahu hal itu tak ada gunanya mengingat ayah Ria yang tak menyukai Evan.
Ditambah lagi pria itu telah menghina profesi kebanggaannya sehingga Evan enggan meneruskan hubungan dengan Ria.
"Apa salahnya jadi pembalap?"
Evan terus mempertanyakan pertanyaan serupa di dalam hati. Dia sudah meraih cita-citanya sebagai pembalap profesional walaupun belum berhasil bersaing di kancah internasional,
Di sisi lain Evan telah hidup sendiri semenjak lulus SMA. Tak ada orang yang bisa diajak berbagi.
Tak ada teman satu pun yang berhasil dia hubungi padahal mereka mengatakan pada Evan bahwa mereka adalah teman selamanya.
Keluarga nya pun acuh padanya saat dia memutuskan untuk menjadi pembalap. Bagi keluarganya, Evan hanya membuang waktu dan mereka memilih pergi menjauh dari pemuda itu entah kemana.
Ditambah lagi kisah cintanya yang selalu berakhir menyedihkan. Semua hal yang dialami Evan telah membuat pemuda itu menjelma menjadi sosok yang kesepian.
Dia lalu bangun dan mengambil buku kecil di meja. Terlihat ada delapan nama yang sudah dicoret dengan tinta merah.
Nama-nama itu adalah deretan mantan Evan yang telah dia datangi untuk meminta maaf dari mereka semua.
Dia berpikir mungkin apa yang dia alami sekarang adalah karma karena telah mempermainkan hati banyak cewek di masa lalu.
Berbagai macam reaksi pun Evan terima. Ada yang dengan mudah memaafkan, ada yang emosi dan menampar Evan, ada juga yang sudah melupakan Evan tanpa beban. Namun dia menerima semua itu dengan lapang dada.
Evan berharap dengan meminta maaf, cerita cinta nya akan berubah manis. Dia lalu memandang satu nama terakhir, Dea.
"Gue harap dia juga mau maafin gue."
**
"Huft.."
Evan menghela napas berat sebelum mengetuk pintu di hadapannya.
Tok tok..
Tak berselang lama pintu itu terbuka. Terlihat seorang pria tegap menyambut kedatangan Evan. Dilihat dari segi manapun pria itu pasti merupakan pengawal keluarga Dea.
"Iya mas? Ada yang bisa saya bantu?"
"Dea nya ada om?"
"Hhmm.. Mas siapa?" tanya pria itu menyelidik.
"Saya Evan, teman sekolahnya."
Tanpa peringatan, pria tegap itu langsung memukul Evan hingga terhuyung. Dia berusaha memukul Evan sekali lagi, namun kali ini Evan berhasil menangkis pukulan nya.
"Tunggu! Salah saya apa om?!"
"Gak ada. Cuman bos bilang kapan pun ada pemuda bernama Evan, saya harus kasih dia pelajaran."
"Bos?"
"Ya, ayah Non Dea."
(Kenapa ayah Dea nyuruh pengawalnya mukulin gue?!)
Pengawal itu terus menghujani Evan dengan pukulan. Sampai pada suatu titik Evan terpojok dan menerima hantaman bogem mentah sekali lagi dengan lebih keras. Darah pun mengucur dari ujung bibirnya.
Saat pengawal itu bermaksud meninju Evan untuk yang kesekian kalinya, terdengar teriakan dari dalam rumah.
"Stop!"
Kepalan tinju sang pengawal berhenti tepat sebelum menyentuh wajah Evan. Mereka berdua menoleh ke arah pintu masuk dan terlihat lah seorang cewek berjalan keluar dibantu dengan kursi roda.
Cewek itu terpaku saat mengetahui tamu yang mencarinya. Evan pun tak kalah kaget melihat cewek itu.
"Dea?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments