"Kiri bang!"
Nadine segera membayar tarif bus dan turun dari kendaraan umum itu. Dia mencari dimana keberadaan gedung olahraga yang dimaksud Evan.
Setelah berjalan beberapa meter, dia berhasil menemukan lokasi. Nadine pun masuk ke dalam gedung itu dan segera terperangah begitu berada di dalam.
Gedung yang dari depan terlihat kecil, ternyata begitu besar di dalamnya. Banyak sekali sarana olahraga mulai dari basket, renang, sampai atletik.
"Wow.."
Tanpa Nadine sadari, kedatangannya menarik perhatian cowok-cowok yang berada di sana.
Wajah cantik menawan sekaligus bentuk badan yang proporsional, membuat Nadine dengan mudah menjadi pusat perhatian.
Ditambah lagi ekspresi menggemaskannya saat dia mengagumi sesuatu itu membuat para cowok berpaling memandangnya dengan takjub.
"Duh.. Terus dia dimana sih?" gumam Nadine setelah ingat dengan tujuannya datang ke tempat itu.
"Ehhmm.. Ada yang bisa dibantu? Mbak kelihatan bingung." tanya seorang cowok dengan malu-malu.
"Oh iya mas, temen aku ngasih ini terus nyuruh dateng ke sini. Tapi dia gak bilang tepatnya dia ikut olahraga apa. Jadi bingung nyarinya gimana di tempat segede ini."
Lesung pipi nya yang menawan segera menghipnotis cowok itu saat Nadine tersenyum.
(Ya ampun.. senyumnya bikin gak kuat..)
"Mas?"
Sang cowok pun tersadar dari lamunan setelah Nadine melambaikan tangannya di depan wajah cowok asing itu. Dia tersenyum canggung lalu memperhatikan kartu yang ditunjukkan oleh Nadine.
"Lho? Ini bukannya kartu member VVIP Zoltar ya? Jadi kamu penyuka adrenalin?"
"Hah?"
"Iya.. Kan ini kartu khusus buat masuk ke arena sirkuit punya Zoltar."
"Wait! Emang Zoltar tuh apaan mas?" tanya Nadine. Dia benar-benar tak mengerti ucapan cowok itu.
"Kok kamu malah jadi bingung sendiri sih?" cowok asing itu pun ikut bingung dengan reaksi Nadine.
Tak di duga seorang pria asing lain memperhatikan Nadine dan cowok itu yang sedang berdialog. Dia lalu menghampiri mereka berdua.
"Mbak Nadine ya? Syukur deh.. Saya kira gak jadi ke sini.."
Baru saja Nadine mau bertanya, pria itu sudah mempersilahkan Nadine untuk mengikutinya menuju area di sisi lain gedung olahraga.
**
"Ditunggu dulu ya mbak. Nanti Mas Evan bakalan ke sini kalau udah selesai." ucap pria itu lalu berlalu meninggalkan Nadine di bangku penonton yang paling depan.
Nadine begitu terpukau dengan pemandangan yang belum pernah dia lihat. Bagaimana tidak, dia sedang berada di dalam sirkuit arena balap motor yang amat luas.
Banyak pembalap yang mengasah kemampuan mereka dalam menaklukkan kecepatan. Saking banyaknya, Nadine hanya bisa berdecak kagum berkali-kali.
Cewek itu lalu berpikir mengenai Evan.
(So.. dia kru tim balap gitu? Atau staf gedung olahraga ini?)
Beberapa menit kemudian sepertinya sesi latihan telah usai karena banyak dari mereka yang memasuki paddock.
Namun seorang pembalap yang menyadari keberadaan Nadine di bangku penonton sontak menghentikan motornya di depan cewek itu.
Nadine acuh pada awalnya, namun segera berubah terkejut saat pembalap itu membuka helm dan tersenyum. Cowok itu benar-benar tak bisa menyembunyikan kegembiraannya saat melihat kehadiran Nadine.
"Ehhmm.. Kamu.. Aku kira kamu.. Gak dateng.." ucap Evan dengan berusaha menahan senyum di wajah nya yang tampan.
(Ya ampun.. Jadi dia pembalap?! Terus sejak kapan dia jadi gemesin kayak gini?!)
"Aku.. gak nyangka kalau kamu seorang pembalap."
Nadine pun ikut tersenyum. Namun entah mengapa Evan jadi sedikit sedih saat Nadine berkata demikian.
Menyadari perubahan air muka Evan, Nadine tahu kata-katanya membangkitkan sebuah kenangan pahit yang masih belum dia ketahui.
"Kok gitu sih ekspresinya? Masak seorang pembalap keren kok lempeng gini? Gak cocok deh sama wajah kamu yang garang."
Evan pun menatap Nadine dengan pandangan tak percaya.
"Keren?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments