"Ehhmm.. Pacaran kok di sini?"
"Emang kenapa? Jalan ini punya om?"
Sungguh nyali Nadine benar-benar besar saat menghadapi orang seperti Prapto. Dia juga berakting dengan sangat baik seolah Evan benar-benar kekasihnya.
Cewek cantik itu bahkan berani menatap Prapto tanpa ada rasa takut sama sekali. Sedangkan Evan terus mengikuti alur cerita yang dibuat oleh Nadine dengan tetap diam.
Sejenak Prapto hanya tertegun sampai salah satu anak buahnya menyadarkan dia dari lamunan. Pria itu pun ingat dengan tujuannya.
"Kamu lihat ada yang lewat sini tadi?" tanya Prapto.
"Enggak."
"Yakin?"
"Om ini tanya apa mengintrogasi? Kalau gak percaya ya coba om panjat tembok itu dan silahkan periksa sendiri. Kali aja orang yang om cari tadi bisa nembus tembok."
Prapto agak kesal mendengar ucapan ketus dari Nadine. Dia pun mulai curiga dengan cowok yang berada di pelukan cewek itu sekarang karena tak mengucap sepatah kata pun bahkan tak menoleh saat Prapto bicara dengan pacarnya.
"Pacar kamu ini.."
"Hacho! Uhuk-uhuk.."
"Astaga.. Flu kamu belum sembuh sayang? Bandel sih.. Udah tahu udara lagi dingin kayak gini, malah maksa ingin ketemu. Tuh jadi batuk lagi kan!"
Nadine berpura-pura memarahi Evan yang seakan terkena flu. Hal itu membuat Prapto mundur kembali dan tak jadi mendekatinya. Nadine kini menatap Prapto dengan wajah cemberut.
"Hah.. om sampai kapan mau ganggu saya pacaran sih?! Kalau om gak mau pergi, saya aja deh yang pergi!"
Nadine mencoba mencari alibi untuk melindungi identitas Evan agar tetap aman.
Untungnya tadi dia sempat melingkarkan jaket sekaligus memakaikan topi untuk Evan sehingga Prapto tak bisa mengenalinya.
"Udahlah bos kita pergi aja. Lagian gak mungkin juga tuh bocah manjat tembok setinggi itu."
Prapto pun mendengarkan kata-kata anak buahnya lalu meninggalkan Nadine di sana. Setelah di rasa aman, cewek cantik itu melepaskan pelukannya dan terlihat Evan masih membeku dengan kejadian yang baru dia alami.
Nadine lalu mengeluarkan sapu tangan dan memberikannya untuk Evan.
"Nih."
Evan masih diam. Terlihat sekali cowok itu bingung dan belum bisa mencerna keadaan.
Reaksi Evan itu membuat Nadine menghela napas dalam. Dia mengusap darah di wajah Evan yang membuat cowok itu semakin tak bisa berkata-kata.
"Jangan salah paham dulu. Aku cuman gak mau kamu menarik perhatian orang lain dengan penampilan kamu yang berantakan."
"Kamu masih belum berubah, selalu peduli sama orang lain walaupun orang itu udah nyakitin kamu."
Nadine hanya tersenyum kecil. Dia lalu memberikan sapu tangannya dan pergi meninggalkan Evan.
Cowok itu pun mengejar Nadine. Banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan padanya.
"Tunggu!"
Brukk..
Karena banyaknya pukulan yang Evan terima, dia pun terjatuh akibat merasakan sakit yang teramat sangat, utamanya di bagian perut.
Hal itu tak disadari oleh Nadine karena dia sudah berjalan terlalu jauh dari Evan dan tetap melangkah pergi.
Cowok tampan itu pun hanya bisa terduduk lesu sambil menahan rasa sakit.
**
"Lo habis darimana sih?" tanya Sasha saat Nadine kembali ke rumah.
Dia sengaja menunggu di rumah Nadine walaupun rumahnya sendiri berada tepat di sebelahnya.
Nadine tidak menjawab. Dia hanya merebahkan tubuhnya yang lelah di atas ranjang. Sasha pun semakin penasaran dengan sikap sahabatnya itu. Namun dia tetap menghormati privasi Nadine walau rasa ingin tahu tengah menyelimuti hatinya.
(Nih anak kenapa? Gak biasanya jadi pendiem kayak gini?)
"Gue.. belum bisa cerita sekarang. Gak apa kan?"
"It's okay.. Lo bisa cerita di lain hari kalau emang udah pingin cerita. Ya udah, lo mau makan apa? Gue traktir khusus hari ini."
"Terserah lo aja."
Setelah Sasha pergi, Nadine kembali memikirkan apa yang baru saja terjadi.
(Huft.. Kok gue bisa berani banget sih tadi?! Terus kenapa juga main sosor segala!)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments