Hari ini adalah hari ke sepuluh Evan mengunjungi cafe kecil yang berada tak jauh dari kediaman Dea. Sampai-sampai ada pegawai cewek yang terpesona oleh ketampanannya dan ingin berkenalan.
Evan hanya memandang secarik kertas di atas meja yang ditinggalkan oleh pegawai cafe itu. Dia berharap agar Evan mau menulis nomer handphonenya.
Jika Evan adalah Evan yang dulu, dia pasti langsung menulis nomer handphonenya tanpa pikir panjang. Namun dia yang sekarang tak berminat sama sekali untuk melakukan hal yang sama.
Bagi cowok tampan itu yang terpenting baginya saat ini adalah bisa bertemu dengan cewek yang telah menyelamatkan hidupnya.
Karena itu Evan rela menunggu di cafe dekat rumah Dea setiap hari, berharap orang yang ditunggunya muncul. Namun sudah sepuluh hari Evan berada di tempat yang sama tapi cewek itu tak nampak batang hidungnya.
"Maaf mas.. Itu bisa saya minta?" tegur pegawai cafe yang tadi memberikan kertas untuk Evan.
"Ehmm.. Sorry.. Handphone saya nomornya ke blokir. Belum sempat beli gantinya juga. Maaf ya.."
"Oh gitu.. iya gak apa-apa.."
Beberapa saat kemudian terdengar seseorang memanggil Evan dari seberang jalan.
"Van!"
"Lho bang? Kok abang bisa ada di sini?"
Seorang cowok sangar dan berotot berjalan menghampiri Evan. Dia adalah Rico, sopir truk yang kendaraannya kapan hari hampir di tabrak oleh Evan.
Mereka menjadi teman yang cukup akrab semenjak insiden kala itu sampai sekarang dan semuanya berkat kopi.
"Wah, apa kabar? Ini tempat nongkrong lo? Kenapa gak bilang sih? Kan gue bisa ikut nimbrung biar ada temen ngobrol."
"Emang abang tahu tempat ini?"
"Ya tahu dong.. Orang kosan gue di depan sono." Rico pun menunjuk sebuah bangunan berlantai dua tak jauh dari cafe.
Evan berpikir, mungkin saja Rico tahu mengenai cewek yang tengah di cari nya mengingat dia tinggal di daerah ini.
"Sebenernya gue lagi nyari orang bang. Mungkin abang bisa bantu?"
Cowok tampan itu menunjukkan sabuk milik cewek misterius yang menolongnya. Tanpa diduga Rico segera mengenali benda yang ditunjukkan oleh Evan itu dengan mudah.
Dia tahu itu merupakan aksesoris dari salah satu perkumpulan anak muda di sekitar sana.
"Ikut gue. Lo bisa nyari tahu langsung dari sumbernya."
**
"Ayolah Nad, sekali-kali lo yang nyanyi dong.. Udah lama nih gak dengar suara lo." pinta seorang cewek yang hanya ditanggapi Nadine dengan senyum.
Saat ini dia berada di lapangan umum tempat dimana banyak sekali klub perkumpulan anak muda dari berbagai bidang dan Nadine memang merupakan salah satu anggota dari klub parkour yang juga sering berkumpul di tempat itu.
"Gue gak berada dalam mood yang baik hari ini."
"Emang lo kenapa sih?"
Sasha pun duduk di samping Nadine. Dia bersiap jikalau sahabatnya itu ingin berbagi cerita.
"Gak kok. Cuman belakangan ini kegiatan kampus lagi padat banget. Jadi agak capek aja."
"Hah.. Nad, kita temenan udah dari bocah. Jadi jangan coba bohongin gue, ngerti?!"
Sasha pun menjewer telinga Nadine yang malah membuat cewek cantik itu tertawa. Hal itu mengundang perhatian para cowok di sekitar mereka untuk menoleh, menikmati keindahan senyuman Nadine yang mempesona.
"Sebenernya gue lagi kepikiran seseorang. Dia.."
Nadine menghentikan bicaranya saat tak sengaja melihat orang yang paling tak ingin dia temui. Tak disangka beberapa meter darinya tampak Evan dan Rico berjalan semakin mendekat.
Cewek berlesung pipi itu melihat sabuk yang dibawa oleh Evan sambil menunjukkannya pada setiap orang yang dia lewati.
(Yang bener aja?! Dia nyari gue dengan sabuk itu?! Astaga..)
Dengan cepat Nadine menyambar topi Sasha dan memakainya hingga menutupi sebagian mata. Sasha yang kebingungan dengan sikap sahabatnya itupun hanya menurut saat Nadine menarik tangannya untuk segera meninggalkan tempat itu sebelum Evan menemukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments