Evan menatap Nadine dengan pandangan senang sekaligus bingung seolah dia baru saja mendengar sesuatu yang menakjubkan. Ekspresi cowok itu begitu menggemaskan di mata Nadine.
"Iya keren."
"Maksud kamu keren itu.."
"Keren, wow, hebat, apa lagi sih sinonim dari kata itu?" ucap Nadine sambil serius memikirkan apa persamaan dari kata 'keren'.
"Kamu pikir menjadi pembalap itu keren?"
"Yup!"
"Kenapa?"
"Soalnya seorang pembalap itu terkesan gak punya rasa takut, nyalinya gede. Dalam kecepatan motor yang di atas rata-rata aja mereka malah semakin ngegas bukannya ngerem. Terus.. Gimana jelasinnya ya.. Keren aja sih buat aku!"
Nadine mengucapkan semua itu dengan tersenyum. Semuanya tulus dari apa yang dia pikirkan.
"Nad, aku.."
"Van!"
Tiba-tiba muncul seorang cewek yang menerobos masuk ke dalam sirkuit. Dia berlari kencang dan langsung memeluk Evan saat melihat cowok itu.
Tentu saja Nadine hanya bisa melongo sedangkan Evan juga tak kalah kaget dengan yang baru saja terjadi.
"Maaf mbak, mbak gak boleh masuk ke sini sembarangan!" ucap pria yang datang mengejar cewek itu.
Evan lalu melihat pria itu dan mengangguk, mengisyaratkan untuk memberikan dia dan si cewek untuk bicara.
"Kamu jahat!" ucap Ria setelah pria itu pergi.
"Ria lepasin."
"Enggak! Kamu tega banget sama aku.. Hiks.. Kenapa kamu gak pernah bales chat ku.. Kenapa kamu gak memperjuangkan hubungan kita.."
"Hubungan yang mana? Kita udah gak ada hubungan lagi semenjak ayah kamu ngusir aku. Jadi lepasin."
Evan memaksa Ria untuk melepaskan pelukannya. Dia lalu melirik Nadine yang hanya diam sambil memperhatikan drama antara Evan dan Ria.
"Tapi aku masih cinta sama kamu.."
"Udahlah Ria, kamu bisa nyari cowok lain yang lebih baik dari aku di luar sana. Banyak cowok mapan yang bisa bahagiain kamu kok."
"Kenapa kamu ngomong kayak gitu? Apa kamu udah gak cinta lagi sama aku?"
Evan tak mau membuat Ria sedih jika dia menjawab sudah tak memiliki perasaan apapun ke cewek itu. Karenanya dia memilih diam.
Di sisi lain, Ria tahu kalau Evan sudah tak mencintainya. Namun dia tak mau mengakuinya dan berharap perasaan Evan padanya akan tumbuh lagi setelah Ria membujuknya seperti ini.
Cewek itu lalu tak sengaja melihat Nadine yang berada di bangku penonton dan seketika dia pun marah.
"Apa gara-gara cewek itu kamu berubah?! Dasar lo perebut pacar orang!" makinya sambil menunjuk ke arah Nadine.
Kata-kata Ria membuat Nadine yang baru mau meneguk sebotol air jadi mengurungkan niatnya untuk minum. Dia menoleh ke kanan dan kiri namun tak ada orang lain di sana selain dia.
(Lha.. Kenapa jadi bawa-bawa gue?)
"Stop! Hancurnya hubungan kita gak ada sangkut pautnya sama dia. Gak usah bikin keributan di sini, pulang aja."
Sebisa mungkin Evan berkata dengan lembut. Dia menekan kekesalannya pada Ria agar cewek itu segera pergi. Tanpa diduga Ria malah mendekati Nadine dan..
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Nadine. Cukup keras Ria melakukannya hingga pipi cewek cantik itu memerah.
Serangan itu tentu membuat Evan kaget bukan kepalang. Dia kini benar-benar marah dengan apa yang dilakukan oleh Ria.
"Ria! Apa-apaan sih kamu! Urusan kamu sama aku! Gak usah melampiaskan kekesalan kamu ke orang lain kayak gini! Kamu ingin denger kenapa aku gak mau memperjuangkan hubungan kita?! Karena ayah kamu udah menghina aku, menghina kerjaan yang selama ini bikin aku bisa bertahan hidup sendirian! Pekerjaan yang bahkan nyawa aku yang jadi taruhannya tapi dengan gampangnya dia mencemooh itu?!"
Deg!
Nadine yang semula santai bahkan saat mendapat serangan dari Ria sekalipun, kini hatinya menjadi sesak setelah mendengar jeritan hati Evan.
Nadine tak tahu persis apa yang telah terjadi antara Evan dan ayah Ria. Tapi satu hal yang pasti, hati cowok itu terluka. Luka yang dipendamnya sendirian dan saat ini luka itu robek kembali sehingga dia memuntahkan amarah yang tak bisa dia bendung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments