***
Selang beberapa waktu kemudian, Para Prajurit Demon Beast kembali dari sungai dan membawa beberapa tabung kaca berisi kunang-kunang laut yang mengeluarkan cahaya terang kebiruan.
"Bagus, dengan ini kita dapat memasuki hutan kabut ini." Drako lalu kembali memimpin prajurit-prajurit itu memasuki kedalaman Hutan Kabut Caridbian.
Belum masuk terlalu jauh dari Hutan Kabut Caridbian, lagi-lagi Drako dan pasukannya mendengar kembali tangisan suara seorang anak bayi kembali.
Suara anak bayi itu terdengar sama persis seperti yang mereka dengar sewaktu mereka masih ada diluar hutan, namun kali ini suara tangisan itu terdengar semakin dekat dengan arah jalan yang mereka sedang lewati.
"Sepertinya penyusup itu belum berlari terlalu jauh."
"Cepatlah, kita harus segera menangkapnya !" Drako segera membawa pasukannya menelusuri arah suara itu.
...
Sementara itu di kedalaman Hutan Kabut Caridbian...
Xavier yang begitu cekatan melompat dari ketinggian pohon redwood yang menjulang tinggi, ia melompat dari pohon ke pohon sambil menggendong Putra Mahkota yang saat itu terus menangis tanpa henti.
Lalu Xavier berhenti sejenak dan turun kebawah untuk menenangkan tangisan Putra Mahkota, "anak baik, jangan menangis." Xavier sambil memeriksa keadaan Putra Mahkota, ia juga menenangkannya agar tidak terus menangis.
"Janga takut, aku akan membuatmu tertidur sebentar." Xavier menggunakan sedikit sihirnya untuk membuat Putra Mahkota terlelap dan kemudian mengencangkan ikatan kain gendongannya.
"Jalan dibawah semakin gelap, sedangkan dari atas sangat berkabut."
"Bila aku berjalan menelusuri jalan setapak, maka aku akan meninggalkan jejak arah tujuanku."
"Untungnya banyak perpohonan redwood disini yang ketinggiannya setara dengan pencakar langit."
"Walaupun begitu ini tidak baik."
"Ditambah hari sudah gelap, bila semakin malam lagi..." Xavier menerawang tidak tentu arah.
Pikir Xavier saat itu jika ia hanya sendiri melewati semua hal ini, maka semua itu tidak akan jadi masalah untuknya.
Akan tetapi kali ini ada sebuah tanggung jawab besar yang harus ia lindungi, ia harus mengutamakan keselamatan Putra Mahkota melebihi dirinya sendiri, karena bagaimanapun kini nyawa dari bayi kecil itu berada didalam tangannya.
"Aku tidak punya pilihan lain lagi, sebelum kabut-kabut ini turun semakin tebal, aku harus segera sampai kesana!" setelah menatap wajah Putra Mahkota, Xavier bergegas menaiki pohon redwood yang ada disampingnya dengan satu loncatan saja.
"Aku berjanji akan segera membawamu kesana, kelembah dekat jurang lubang hitam itu."
Seperti yang dikatakan Ratu Azarya,
'Ingat bawa putraku ke Monstareum Mozzarck dan bertemu dengannya Sang Legendaris!'
Seingat Xavier ia juga sudah lama tidak bertemu dengannya, tidak menyangka Ratu Azarya mengetahui keberadaannya sekarang.
"Mungkin memang hanya dia yang mampu membantu dan mengubah takdir Putra Mahkota!"
"Aku akan segera membawamu ke Monstareum Mozzarck!" Xavier terus melompat sambil terus berpikir bagaimana cara agar dapat melewati hutan kabut ini dan segera sampai ke tempat tujuannya.
Akan tetapi Xavier harus segera kembali dari alam pikirannya itu, karena tiba-tiba ia mendengar suara pasukan demon beast yang semakin dekat.
"Bagaimana ini?" rasa khawatir menyelimuti Xavier, ditambah Putra Mahkota yang menggeliat bergerak-gerak seakan sudah mulai terbangun.
Akhirnya Xavier terpaksa berhenti terlebih dahulu diatas dahan pohon
'Ssssstttttt...'
"Anak pintar, tidurlah kembali..." Xavier mencoba menenangkannya dan membuatnya kembali tertidur.
"Sleephymus...!" Xavier menyihir Putra Mahkota agar kembali tertidur.
"Anak yang malang, sepertinya ia terbangun karena haus dan tidak berada disamping ibunya." Xavier menjadi bersimpatik saat melihat wajah kecil Putra Mahkota dan gerak bibir kecilnya yang berdecak berkali-kali.
Xavier memetik beberapa daun yang terdapat embun pada ujungnya dan meneteskan embun itu pada bibir Putra Mahkota dan menyuapinya secara perlahan.
Lalu Xavier teringat pada pecahan batu bulan giok yang diselipkan dalam selimut kain yang membungkus tubuh bayi mungil itu, "pecahan batu itu?" Xavier segera memeriksa selimut yang sedang dikenakan oleh Putra Mahkota.
"Syukurlah pecahan batu ini masih ada."
"Hampir saja aku melupakan benda penting ini juga." setelah menemukannya, Xavier memegang pecahan batu bulan giok itu di telapak tangannya yang terbuka.
"Indah sekali...!" pecahan batu bulan giok itu mengeluarkan cahaya lembut putih kebiruan yang dapat menyinari sekeliling area tempat mereka berpijak.
Cahaya yang berpijar pada batu bulan giok seakan-akan memberi rasa hangat dan nyaman, sehingga membuat Putra Mahkota kembali terlelap dalam tidurnya.
"Syukurlah, dengan begitu mereka tidak akan dapat mengejar diriku lagi." Xavier lalu mengikat erat Putra Mahkota ke dalam dekapan dadanya dengan menggunakan selimut bayi sebagai gendongan.
"Mungkin pecahan batu bulan giok ini bisa menjadi pelita untukku."
"Sekarang aku dapat melanjutkan perjalanan ini."
"Aku harus segera berangkat sekarang juga dan bergegas sampai ke Monstareum Mozzarck." Xavier bergegas melanjutkan perjalanannya.
Xavier pun langsung melompat kembali dari satu batang pohon ke batang pohon redwood lainnya, ia melompat dengan begitu cepatnya sampai-sampai bayangannya saja sulit untuk dilihat.
...
Malampun semakin gelap, cahaya bulan yang seharusnya menyinari malam itu tampak tidak dapat menembus tebalnya kabut yang menutupi hutan tersebut.
Hanya berbekal sedikit cahaya dari pecahan batu bulan giok, Xavier terus menembus kegelapan dan kabut tebal yang ada di ketinggian langit-langit Hutan Kabut Caridbian yang tampak tak berujung.
Namun disaat yang bersamaan, jauh dikebawahan sana sekelompok Pasukan Demon Beast yang sedang dipimpin oleh Drako terus menelusuri jalan setapak memasuki kedalaman Hutan Kabut Caridbian yang awalnya hanya mengikuti asal suara tangisan dari Putra Mahkota yang dijadikan sebagai pemandu arah jalan tujuan.
Mendadak kini tiba-tiba saja langkah kaki para Pasukan Demon Beast itu berhenti berjalan dan kebingungan.
Drako yang berjalan dibelakang mereka lantas menjadi sangat marah ketika melihat prajurit-prajurit itu malah terdiam kebingungan dan berbicara berbisik-bisik dengan rekan yang ada disamping mereka, "apa-apaan ini?!" teriak Drako saat itu yang begitu bergema.
"Kenapa kalian berhenti?!" seru Drako sekali lagi bertanya kepada seluruh pasukan prajurit demon beast yang dibawanya saat itu dengan nada begitu keras.
Sehingga tanpa ia sadari, kalau teriakan suaranya itu telah membangunkan sekumpulan hewan malam yang sedang tidur bertangger di dahan-dahan pepohonan redwood yang terdapat dihutan itu.
Burung-burung gagak hitam yang telah terbangun itu menjadi berterbangan tak beraturan arah dan menyerang mereka.
"Apa-apaan gagak-gagak hitam ini?!" Drako mencoba menangkis serangan sekumpulan burung gagak hitam itu, tapi...,
Sekumpulan burung gagak hitam yang berterbangan semakin banyak dan terus menyerang mereka.
"Kenapa burung-burung gagak ini malah menyerang kita?!" Drako tampak geram dan ia tidak sadar kalau dirinyalah yang telah membuat hewan liar itu terus menyerang mereka semua.
Drako semakin kesal karena gagak-gagak hitam itu terus berterbangan tanpa henti menyerang dirinya, sehingga membuat dirinya lengah dan mendapat luka serangan pada pelipis matanya.
Drako dengan sangat marah langsung membelah seekor burung gagak hitam yang baru saja melukai dirinya tadi hanya dengan satu tebasan jari-jemari tangannya saja.
Tes...tes ...tes...!
Butiran-butiran darah bekas burung gagak itu mengalir ditangan Drako menetes jatuh kebawah tanah menjadi asap hitam dan membentuk kembali menjadi seekor burung gagak hitam.
Saat melihat itu Drako menjadi terpaku, sehingga tidak menyadari kalau dari arah belakangnya ada seekor burung gagak hitam besar yang datang mendekat dan hendak menyerangnya lagi.
"Awas...!"
Seorang Prajurit dari belakang berusaha melindungi Drako dari serangan seekor gagak hitam yang waktu itu terbang dengan cepat kearah Drako.
Slash...!!!
Sebuah tebasan dari sebuah pedang panjang tepat mendarat dihadapan wajah Drako, dikala Drako hendak menoleh kearah belakang untuk melihat siapa yang baru saja berteriak tadi.
Drako menjadi diam tak bergeming saat melihat hunusan pedang itu yang mengenai burung gagak hitam itu, sehingga burung gagak hitam yang hendak menyerang Drako dari belakang menjadi terbelah dua dan terjatuh kebawah kaki Drako.
"Tuan Drako anda baik-baik saja?" tanya prajurit tadi yang melepaskan pedangnya dan menebas burung gagak hitam yang hampir menyerang wajah Drako barusan.
Drako yang terdiam sejenak dalam geramnya, dengan sangat marah iapun menginjak tubuh hewan gagak yang terjatuh dibawah kakinya tadi.
Begitu juga darah yang mengalir dari burung gagak hitam itu lagi-lagi menjadi asap hitam dan hidup kembali menjadi burung gagak, bahkan menjadi semakin banyak dan berlipat ganda.
"Apa-apaan semua ini?!"
"Hewan-hewan itu kembali kebentuk semula hanya dari tetesan darah."
"Bahkan jumlah mereka semakin banyak." Drako terus menatap keheranan.
"Habisi...!"
"Habisi semua mahluk berterbangan bodoh ini...!" perintah Drako dalam amarahnya dengan begitu lantang kepada prajurit-prajuritnya.
"Baik, Tuan!" ucap prajurit itu yang lalu melaksanakan perintah Drako.
Para pasukan demon beast yang diperintahkan oleh Drako untuk menghabisi burung-burung itu mulai menghunuskan pedang-pedang tajam milik mereka, dan beberapa banyak anak panah dilepaskan sehingga satu persatu burung-burung gagak yang berterbangan itupun mati berjatuhan.
Namun lagi dan lagi burung-burung gagak itu kembali kebentuk semula, dan menjadi bertambah banyak.
"Lapor!"
"Tuan, burung-burung itu...,"
"Burung gagak itu kembali hidup dan bertambah banyak!" ucap prajurit tadi tersendat-sendat karena kewalahan menghadapi jumlah burung gagak itu yang terus bertambah tidak ada habisnya.
Drako yang melihat itu mengambil langkah cepat dan tidak ingin berpikir panjang, "Jelas mereka bukanlah burung gagak biasa." Drako pun juga kewalahan.
Walaupun ia tau seluk beluk jalan Hutan Kabut Caridbian, tetapi ia tidak tau bentuk bahaya apa saja yang ada didalamnya.
(Dalam pikiran Drako hanya ada dua pilihan segera tinggalkan tempat itu atau terus melawan).
"Lalu kalian tunggu apa lagi?!"
"Segera tinggalkan tempat ini dan hindari serangan burung-burung itu."
"Tapi ingat jangan ada yang sampai melukai burung gagak itu." Drako hanya dapat memutuskan jalan pilihan itu.
Drako dan pasukannya pun segera meninggalkan tempat itu dan memasuki hutan semakin dalam lagi sambil menghindari serangan burung-burung gagak itu.
Mereka terus berlari dan menghindar, tanpa sadar merekapun memasuki lembah jurang lubang hitam.
"Sepertinya kita sudah aman." ujar seorang prajurit yang tadi melindungi Drako.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?!"
"Kita sekarang tidak tau berada dimana?!" tanya prajurit itu.
"Tentu saja kembali mencari keberadaan Putra Mahkota...!" tegas perintah Drako berbicara pada prajurit itu.
"Tapi Tuan..."
Drako yang saat itu masih tersenggah-senggah langsung menatap prajurit itu dengan tatapan sinis berapi-api, "tapi...!" Drako mengerutkan keningnya menatap prajurit itu.
"Coba ulangi sekali lagi?!"
"Kau mencoba melawan perintahku...!" tegas Drako saat itu.
"Tidak Tuan, masalahnya...kita...kita telah kehilangan jejak." jawab prajurit itu takut-takut yang juga tersenggah-senggah karena kelelahan.
"Dari sebelum burung-burung gagak hitam itu menyerang kita, kita sudah tidak lagi mendengar suara tangisan Putra Mahkota."
"Lalu ditambah lagi sekarang kita telah berlari jauh dari lokasi terakhir kita..."
"Entah sekarang kita berada dimana...?"
"Bagaimana caranya sekarang kita dapat menemukan mereka?"
"Bahkan untuk keluar dari hutan ini saja sepertinya tidak mungkin." Prajurit Demon Beast itu memaparkan penjelasannya dengan nafas yang semakin terasa berat.
Drako berpikir dengan keras, "mereka benar, suara tangisan itu sudah tidak terdengar lagi dari sebelum mereka melawan burung-burung itu." dengan saksama Drako melihat kesekelilingnya, untuk mengetahui sekarang mereka berada dimana.
Kemudian Drako pun melihat seluruh pasukan demon beast yang dibawa olehnya semua tampak kelelahan, dan tersenggah-senggah dengan nafas yang begitu berat bagai terasa tercekik.
Hosh... hosh...
Tapi dari sebab itulah Drako mengetahui satu hal yang pasti, kalau kali ini mereka sudah berada jauh di kedalaman Hutan Kabut Caridbian.
'Dalam benaknya akan sulit untuk keluar dari hutan ini, namun akan lebih sulit bila kembali tanpa menyelamatkan Putra Mahkota. Kedua jalan itu sama saja kematian, ia hanya dapat bertaruh pada keberuntungannya seperti dahulu. baginya sekarang yang terpenting adalah dapat selamat dan keluar hidup-hidup dari Hutan Kabut Caridbian'.
...****************...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
✰͜͡Quͥᴇҽɳ✰͜͡🅻❥𝚒ɴᷤ❥ҽ✰͜͡➹
oh author bulan y /Grin/
2024-08-09
0
✰͜͡Quͥᴇҽɳ✰͜͡🅻❥𝚒ɴᷤ❥ҽ✰͜͡➹
g juga binun klu gni da mang?
2024-08-09
0
♚⃝҉☆Lyñ🎶Xïᵃ⁰Ñįŋģ♚⃝҉
awas klu kabur lagi pake rok aja besok²
2024-07-07
0