"Abang...hiks...hiks.." Zahwa merasa bersalah karena telah membuat Bundanya meneteskan air mata.
"Maafin Wawa Bunda..hikss.." lirih Zahwa sesenggukan . Azzam langsung menarik Zahwa kedalam pelukannya.
"Abang..Wawa bikin Bunda nangis...hikss..hiks..Abang..Wawa jahat.." ucapnya masih menangis dalam dekapan abangnya Azzam
"husstt..engga..engga kok.. Wawa ga salah , Bunda cuma belum siap ditinggal Wawa makanya Bunda seperti itu" Azzam mencoba menenangkan Adiknya dari rasa bersalahnya. Jujur ia juga tak sanggup bila berjauhan dengan adiknya ini .
Tapi apa boleh buat Adik ya memiliki keinginan sendiri ,dan kita tidak bisa memaksakan kehendak kita padanya untuk melarangnya . Kalau itu bisa membuatnya bahagia maka kita harus mendukungnya bukan??!
"Tapi..bang.."
"husstt ... udah jangan nangis . Abang pernah bilang kan jangan pernah menjatuhkan air mata lagi , Abang ga sanggup melihatnya Wa..." lirih Azzam membujuk Zahwa yang masih menangis.
"hikss..hiks..hiks.." Wawa hanya mengangguk
Beruntung Zahra sedang tidur siang , karena mata nya terasa berat saat baru mendudukkan dirinya di sofa ruang keluarga , ia pamit tidur siang ke kamar . Jadi ia tak melihat adegan tangis-tangis itu .
Sedangkan di kamar
"hiks....hiks..hiks.." Bunda Fatimah sesenggukan di atas ranjang .
"Bund..." panggil Ayah Ali pelan mendekati Bunda Fatimah
"Bunda kenapa jadi begini ? Anak kita kan cuma mau menun_"
"Ayah ga ngerti perasaan Bunda " ucap Bunda Fatimah yang langsung memotong ucapan Ayah Ali
"Ayah tau perasaan Bunda , tapi kan ini keinginan Wawa Bund.. kita harus mendukungnya dengan ikhlas , ia juga pasti tidak mudah untuk jauh dari kita . Tapi lihat Wawa yang masih kecil bisa se tegar itu , kenapa Bunda nggak??" Ayah Ali mencoba menjelaskan sambil memeluk erat Bunda Fatimah
"Bunda takut nggak sanggup Yah..hikss.." ucap Bunda yang mulai tenang di pelukan suaminya
"Bunda harus ikhlas , kita masih punya Zahra disini . Wajah mereka juga hampir mirip jadi kita bisa melihat Wawa pada diri Zahra"
"Walaupun sifatnya berbanding terbalik dengan Wawa" sambung Ayah Ali dalam hati.
"Kalau Bunda seperti ini , apa yang akan Wawa pikirkan Bund?? Wawa juga pasti sedih " ucap Ayah Ali lagi .
"hhuufttt" Bunda Fatimah menghela nafas
"Astaghfirullahal'adziim , Maafin Bunda Yah . Bunda ga bermaksud Bunda hanya_"
"sssstt...udah , Ayah tau kok . Yaudah yuk kita temui mereka pasti mereka khawatir sekarang "
"iya Yah , tungguin sebentar , Bunda mau cuci muka dulu " Bunda Fatimah segera mencuci muka ke kamar mandi
"iya..cepatlah" jawab Ayah Ali tersenyum
Tak lama Bunda Fatimah sudah kembali dari kamar mandi dengan wajah yang fresh . Bunda Fatimah berjalan mendekati Ayah Ali
"sudah Bund??" Bunda Fatimah mengangguk.
"Maafkan Bunda Wawa ... Bunda sadar atas perilaku Bunda kepada kamu dan adik kamu yang sedikit berbeda , tapi yakinlah nak Bunda sama sangat menyayangimu rasanya berat jika harus berpisah denganmu , tolong maafkan bunda. Bunda tau kamu anak yang kuat anak yang mandiri , In Syaa Allah bunda tenang melepas mu belajar ke Pesantren . Bismillah!" batin Bunda Fatimah sebelum akhirnya melangkahkan kakinya bersama Ayah Ali menuju ruang keluarga menemui anak-anaknya kembali.
Sesampainya di ruang keluarga
"Bunda.." ucap Zahwa yang langsung berlari memeluk Bunda Fatimah . Dengan cepat membalasnya
" Maafin Wawa Bunda.." hanya itu yang bisa Wawa katakan .
"engga sayang.. Bunda yang minta maaf , harusnya bunda ga egois sama kamu " jawab Bunda Fatimah
"Kalau Bunda ga ngizinin , Wawa lanjut MTs aja " ucap Zahwa meyakinkan
"eeehh..engga..engga sayang . Bunda setuju kok kalau Wawa masuk Pesantren , semoga nanti Wawa jadi anak shalehah" ucap Bunda Fatimah tersenyum mengelus kepala Zahwa
"Bunda serius??" tanya Zahwa dengan binar bahagia
"iya sayang..Bunda serius.."
"Alhamdulillah..." mereka semua tersenyum
Setelah pembicaraan panjang dengan Bunda Fatimah , akhirnya mendapat izin juga berangkat ke penjara suci
FLASHBACK OFF
...****************...
Ayah Ali yang melihat Bunda Fatimah menyeka air matanya sontak menggenggam tangannya Bunda kuat dan dibalas senyum penuh arti dibalik cadarnya yang bisa diketahui Ayah Ali lewat sipitan matanya.
Begitu juga dengan Azzam yang kini juga sedang menggenggam tangan Zahwa tanpa mau melepasnya.
"Abang ga usah khawatir , Wawa akan baik-baik saja " ucap Zahwa seakan tau arti raut wajah Abangnya saat ini. Sedangkan Zahra yang bersandar di bahu Zahwa seraya memeluk lengannya . Zahwa yang diperlakukan seperti itu sangat bahagia dikelilingi orang-orang dikasihinya.
Setelah menempuh 10 menit dari simpang Desa , kini sudah terpampang jelas dihadapan mereka .
*Pondok Pesantren Al-Anshor*
Tampak dilihat dari luar bangunannya sangat luas serta ada lapangan tak kalah luas dan taman yang indah menyejukkan mata .
Satpam membukakan gerbang Pesantren melihat tamu yang datang . Kini mobil sudah berhenti di depan rumah pemilik pondok pesantren ini.
Mereka semua turun dari mobil.
"Assalamu'alaikum" ucap mereka bersamaan
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh , Alhamdulillah kalian sudah sampai" ucap seorang lelaki yang umurnya tidak jauh beda dari Ayah Ali
"Alhamdulillah sudah Fir" jawab Ayah Ali . Mereka bersalaman satu sama lain , jangan lupakan adegan cipika-cipiki yang wajib ada ketika emak-emak sedang bertemu .
"Ayo masuk dulu " ajak Paman Firman
"Mari mba..adik-adik.." jawab istrinya Paman Firman
Mereka semua masuk ke dalam rumah dan dituntun masuk ke ruang tamu . Setelah sampai mereka dipersilahkan duduk di sofa yang ada di sana. Dapat dilihat sudah banyak makanan dan minuman jamuan tersedia di sana . Sungguh keluarga Paman Firman sangat memuliakan tamunya seperti Sunnah Rasulullah yang merupakan salah satu akhlak mulia.
***
Tamu dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat terhormat. Maka itu, umat diperintahkan untuk memuliakan tamu, sehingga menjadi tuntunan dan akhlak mulia. Banyak ayat Alquran maupun hadis yang terkait dengan amalan ini.
Salah satunya hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah RA. Dalam hadis tersebut, Rasulullah menyandingkan dua amalan utama dalam Islam, yakni berbuat baik kepada tetangga, serta memuliakan tamu.
''Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia memuliakan tamunya.'' (Mutafaq'alaih)
Imam al-Qadhi Iyadh dalam memaknai hadis di atas, menerangkan, ketika umat berupaya menjalankan syariat Islam, maka wajib baginya untuk memuliakan tetangga dan tamunya, serta berbuat baik kepada keduanya.
Di sisi lain, ada pula hadis itu juga mengaitkan memuliakan tamu dengan kesempurnaan keimanan, kepada Allah dan hari akhir. Ini adalah upaya menuju keimanan yang paripurna, mengingat beriman kepada Allah dan hari akhir, merupakan bagian dari enam rukun iman yang wajib diyakini oleh segenap umat.
Islam tak sekadar menganjurkan umat memuliakan tamu, tapi juga memerinci hal-hal yang perlu dilakukan tuan rumah. Antara lain menyambutnya dengan wajah menyenangkan, mempersilakan duduk, menyuguhkan makan dan minum, serta memenuhi hak tamunya. Pun saat si tamu pulang, tuan rumah hendaknya mengantarkannya sampai ke pintu, dan tidak dianjurkan menutup pintu sebelum tamu itu pergi.
Lebih jauh, dalam menjamu tamu, mengemuka beberapa pendapat di kalangan ulama. Pertama, yang menyatakan hukumnya sunah, bukan wajib. Ini merupakan pendapat jumhur (kebanyakan) ulama seperti Abu Hanifah, Malik, dan Asy Syafi'i. Sementara ulama seperti Imam Ahmad dan lainnya, berpendapat hukumnya wajib. Adapun dalilnya adalah hadis dari Abu Syuraih al Adawi.
''Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya yaitu jaizah-nya. Para shahabat bartanya apa yang dimaksud dengan jaizah itu? Rasulullah menjawab, ''Jaizah itu adalah menjamu satu hari satu malam (dengan jamuan yang lebih istimewa dibanding hari yang setelahnya).'' (HR Bukhari dan Muslim).
...Semoga Bermanfaat...
***
.
.
.
.
Tinggalin jejak ya....🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Tati Suwarsih Prabowi
banyak ilmu yg berharga....semoga bermanfaat
2023-02-13
0
bunda fz
banyak ilmu
2021-10-02
0
⚔️👑𝟚𝟙ℕ⚔️ 𝕁𝕦𝕞ဣ࿐༻
sebenarnya orng tua itu sadar saat mperlakukan anak anak nya dgn beda. bkn berarti pilih kasih. tp menyanyi sesuai dengan kebutuhan d sikap anak. tp kadang anak anak lah yg merasa semuanya itu tidak adil.
orang tua selalu berusaha untuk adil pada anak anaknya.
karena q sekarng bs merasakan saat memiliki anak anak sendiri
2021-09-30
2