Dion dengan gelisah menunggu Amira selesai di operasi, tak terkecuali kedua orang tua nya,tak henti- henti iya berdoa dalam hati nya.
Setelah beberapa jam, operasi pun selesai dan keadaan Amira pun stabil hanya saja belum siuman.
Namun saat malam, keadaan Amira berubah, denyut jantung nya semakin melemah dan iya juga belum sadar pasca operasi.
Dion semakin gelisah, kini Amira berada sendiri di sana, tim medis pun melakukan segala daya untuk berbuat yang terbaik bagi Amira.
Namun sayang Amira tak tertolong, jantung nya tak lagi berdetak.Salah satu suster memberi tahu kabar tersebut kepada Dion.
"Pak, kami sudah melakukan yang terbaik tapi...." ucap suster tersebut dengan ragu.
"Tapi apa," sambar Dion. Kemudian iya masuk keruangan ICU dan melihat Amira terbaring tak bernyawa, Dion meraba bagian dada Amira yang memang tak ada denyut jantung.
salah satu suster melepas kan beberapa alat yang di pasang di tubuh Amira.
"Jangan di lepas suster," cegah Dion kepada suster yang ingin melepas kan alat bantu pernafasaan yang ada di tubuh Amira.
"Tapi Pak," ucap suster tersebut.
"Jangan di lepas !" seru Dion dengan suara yang lebih keras.karna mereka berada di ruang ICU jadi suster tersebut membiar kan ,iya tak ingin terjadi keributan disana.
Dion memeluk tubuh Amira yang sudah tak bernyawa iya menangis tanpa suara dan mencium setiap titik dari wajah nya.
"Cahaya, aku sudah menepati janjiku pada mu, sekarang tepati janji mu pada ku, kau menjanjikan malam pertama yang indah pada ku, bagun lah Cahaya penuhi janjimu ," tutur Dion dengan mata yang berkaca-kaca.
Dion masih menangis di samping tubuh Amira, iya masih belum percaya bahwa istri nya tersebut tlah tiada, Dion membuka alat bantu pernafasan yang di pasang di hidung dan mulut nya dan semua peralatan medis yang di pasang di tubuh nya.
kedua keluarga sudah berkumpul di ruang tersebut,tampak kesedihan di wajah ayah Amira bahkan ibu Amira pingsan mengetahui putri nya kini tiada.
Penyesalan yang sangat dalam melanda ayah Amira, kalau saja iya tidak memaksa Amira untuk menikah dengan Revan mungkin Amira masih ada.
Putri satu-satu nya kini tewas dengan tragis akibat keegoisan nya,hanya karena menuruti adat yang di anut oleh keluarga nya, membuat putri semata wayang nya menderita.
Sesal tinggalah sesal, apa yang terjadi tak mungkin kembali, Amira bahkan sudah sangat menderita selama ini, tapi sebagai ayah iya bukan nya melindungi, malahan iya hanya menambah kesensaraan putri bagi nya.
Ayah Amira menatap penuh haru dan dengan rasa penyesalan yang dalam pada dirinya.
"Maaf kan Bapak Amira, Bapak lah yang membuat mu seperti ini, sejak kecil kau selalu menuruti kemauan Bapak mu,tapi bapak mu ini dengan keangkuhan dan keegoisan nya malah membuat mu semakin menderita," tutur Ayah Amira yang juga menangis.
Ayah Amira sudah tak bisa berkata apa-apa lagi, iya pun menangis tanpa suara, sedang kan sang ibunda masih saja tak sadar kan diri, ibunda Amira tak sanggup menerima kenyataan putri nya kini tlah tiada.
Tak ada lagi pelipur lara baginya, tak ada lagi canda tawa Amira, belakangan ini iya bahkan tak pernah melihat Amira tersenyum, setiap hati Amira selalu melewati hari nya dengan perasaan luka, bahkan saat terakhir nya pun Amira harus meninggal dengan cara yang tragis.
Begitu pun Dion, Dion masih saja memangil nama Amira, walau iya tahu Amira tak kan menjawab nya.
Dion masih membelai helai demi helai rambut Amira dan sesekali iya mencium nya, baru dua hari iya menikahi Amira,tapi kini Amira harus pergi untuk selama nya.
Bahkan malam pengantin yang Amira janji kan, kini tak mungkin iya wujutkan, kekasih hati nya kini pergi meninggal kan nya untuk selama nya. Amira pergi tanpa satu pesan pun untuk Dion, bahkan munggkin Amira sendiri tak mengetahui bahwa impin nya untuk menikah dengan Dion sudah terwujud, hanya saja takdir berkata lain, Amira pergi tanpa menikmati malam pengantinya.
**
Keluarga sudah sepakat untuk membawa mayat Amira ke rumah duka yaitu rumah kediaman orang tua Amira, semua sudah siap menanti kedatangan nya dan para tetengga dan handai taulan sudah berkumpul saat mendengar berita meninggal nya Amira.
Para perawat sudah melepaskan semua alat yang ada di tubuh Amira, karna sebentar lagi Amira akan di semayam kan, mayat Amira sudah siap untuk di mandikan namun Dion menolak, iya yakin Amira tak kan pergi dari nya.
"Jangan sentuh dia," seru Dion kepada salah seorang suster yang ingin membawa tubuh Amira.
" Dion, biar saja, Amira harus segera di mandikan," ujar Ummi.
"Tidak Ummi, Cahaya belum neninggal Ummi," ratap Dion sambil menangis dan tetap memeluk tubuh Amira.
"Dion sadar lah Nak, Amira sudah tenang.Tangisan mu hanya memberat kan langkah nya, iklas kan saja Dion,"tutur Ummi yang juga menangis karna kepergian Amira.
"Dion, ngak iklas Ummi, Dion baru saja menikahi nya dan sekarang Cahaya harus pergi untuk selama nya, Dion belum sempat membahagia kan nya, Ummi." ucap Dion dengan meratap. Dan itu yang membuat Ummi semakin sedih, putra nya baru saja merasa kan bahagia karna pernikahan nya dengan Amira, tapi kini Dion harus menderita akan kepergian Amira. Ummi tak bisa berbuat apa-apa melihat Dion yang berduka atas kehilangan istri nya.
Mereka pun tak sanggup mencegah Dion, mereka semua juga terluka dan masih tak percaya bahwa Amira tlah tiada.
Cahaya, bangun cahaya ujar Dion di telinga Amira, ucap Dion di telinga Amira Dion kini berbaring di samping tubuh Amira dan tak satu orang pun mampu mencegah Dion untuk melakukan nya.
Dion kembali memeluk tubuh Amira dan kali ini iya sengaja menindih dada Amira dengan tubuh nya, dan jantung Dion seolah berdetak di dada Amira.
Sekali lagi Dion memangil nama Amira dan berharap iya akan mendapat kan jawaban dari Amira.
"Cahaya, bangun cahaya," ujar Dion berkali kali dan iya pun semakin erat memeluk tubuh Amira.
Tapi kemudian Dion merasa ada yang bergerak dan dan menyentuh tangan Dion,
Dion langsung melepaskan peluk kan nya pada Amira iya sangat yakin Amira tadi bergerak dan menyentuh tangan nya.
Dion memperhati kan tubuh Amira iya pun menelan ludah nya, antara percaya dan tak percaya. Dion diam sambil memperhati kan tubuh Amira dengan seksama.
"Dion," Amira pun bersuara memanggil nya meski terdengar lirih tapi sangat jelas bahwa tadi memang suara Amira yang memangil nama nya, Dion pun semakin tegang dan terpana, seolah tak bisa berbuat apa-apa.
"Dion aku mendengar suara mu memanggil ku, Dion," ujar Amira dengan terbata-bata, Dion melihat sendiri Amira yang berbicara pada nya dan semakin yakin bahwa Amira .
Amira pun membuka mata nya dengan perlahan dan mengerakan jari-jari nya.
"Cahaya kau sudah sadar ?" tanya Dion terharu.
Amira pun mengangguk," Aku seperti berada di tempat gelap dan jauh Dion, aku merasa sendiri dan tak tahu harus ke mana, tiba-tiba aku mendengar suara mu memanggil ku, dan aku pun mengikuti suara mu Dion," ucap Amira dengan terbata bata.
Dion dengan perasaan bahagia bercampur haru kembali memeluk Amira.
"Jangan pergi lagi Cahaya."
"Jangan tinggal kan aku sendiri," tutur Dion sambil mencium kening Amira.
"Bagai mana aku bisa pergi dengan tenang Dion, sebelum aku menunaikan janji ku pada mu Dion," ucap Amira sambil tersenyum.
"Jadi kau mendengar semua ucapan ku? dan kau juga tahu bahwa kita sudah menikah?" tanya Dion.
"Tentu saja Dion, aku mendengar semua meski aku tak membuka mata," jawab Amira dengan tersenyum dan Dion pun kembali memeluk Amira dengan perasaan bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Isma Aji
Nanti aku lanjut lagi 🤗
2021-07-14
1
Eva Santi Lubis
Malam pertama hahayy
....
2021-06-30
1
Andropist
lanjut
2021-06-23
0