Hari ini Amira begitu semangat menunggu Dion. Amira seperti merasakan hal yang baru, selama ini dia begitu menyukai kesendirian, tapi kali ini iya begitu tertarik pada sosok Dion.
Di taman yang teduh, di bawah pohon ketapang dan di sudut bangku. Amira masih saja berdebar mananti kedatangan nya.
Semilir angin yang melambai, menjatuh kan dedaunan kering, angin terus saja menyapa dan membelai lembut rambut Amira.
Dion sosok yang baru di kenal nya, namun mampu memberi warna baru dalam hidup nya yang gelap.
Rasa nya terlalu mudah bagi Amira untuk membuka hati.Namun lagi- lagi perasaan itu iya tutupi.
Tak mungkin rasa nya, berharap Dion merasakan hal yang sama.
Tiba-tiba Amira mendengar suara langkah kaki yang mendekati nya.
"Dion" serunya dengan senang.
"Siapa Dion, Amira?" tanya lelaki tersebut pada Amira.
Amira sangat kenal dengan suara tersebut. Wajah nya yang ceria kini berubah murung.
"Siapa Dion, Amira?" tanya Raihan kembali.
"Bukan siapa-siapa," jawab Amira.
"Amira kenapa kau menjauhi ku?" tanya Raihan.
"Aku tidak menjauhi mu, tapi hanya tak ingin berharap terlalu jauh pada mu,"ucap Amira.
"Aku sangat mengerti, Mas."
"Hal yang terbaik bagi mu sekarang ini, adalah adalah menjauh dari ku, Mas."
"Kejar lah masa depan mu yang cerah" ujar Amira.
"Tapi Amira, aku bisa membujuk keluarga ku, agar bisa menerima mu sebagai istri ku."
"Dan aku akan berusaha, Amira,"ucap Raihan dengan yakin.
"Penolakan keluarga mu, dan pembatalan pernikahan kita sudah cukup menjatuh kan martabat keluarga ku."
"Bahkan kini aku tak sanggup mendengar celaan dari mereka."
"Kau sendiri tahu bagai mana adat telah mengikat keluarga ku."
"Seorang wanita yang sudah di lamar namun tak jadi di nikahi, maka tak akan ada yang mau menerima ku sebagai menantu."
"Terkecuali aku menikah dengan orang biasa."
"Dan Jika aku menikahi orang biasa, maka sama saja aku di buang oleh keluarga ku."
"Sudah cukup aku kehilangan penglihatan ku, aku tak ingin kehilangan harga diri ku." Amira menangis sedih.
Raihan hanya terpaku, Amira memang benar setelah pembatalan tersebut, Amira tak boleh di nikahi pria lain dari suku nya.
Iya juga tak boleh menikah dengan orang lain, terkecuali iya meninggal kan keluarga nya, dan keturunan nya tak akan diakui diantara mereka.
Adat istiadat tersebut,memang merugikan sebelah pihak, tapi apa daya,keluarga Amira sangat menjunjung tinggi adat tersebut, begitu pula dengan keluarga nya.
Dion baru saja tiba, dan melihat Amira sedang bicara dengan seorang pria.Dion kemudian mendekati Amira yang terlihat menangis.
"Cahaya," panggil Dion.
Dan Amira pun langsung menghapus air mata nya ketika mendengar Dion memanggil nya.
Amira juga mendengar langkah kaki Dion yang berjalan menggunakan tongkat mendekati nya.
Amira melangkah kan kaki nya menuju arah suara Dion, dan ketika sudah dekat Amira meraih tangan Dion.
"Dion bawa aku pergi dari sini," ujar nya.
Dan Dion pun menggenggam tangan Amira, sebelum pergi, Dion sempat menatap Raihan yang hanya terpaku.
Dion membawa Amira pergi dari tempat tersebut, dan meninggal kan Raihan sendiri.
Raihan tak mengira bahwa Dion juga cacat, iya juga tak mengira bahwa Dion ternyata masih remaja, dan mungkin barang kali umur nya lebih muda dari Amira.
Raihan hanya menganggab bahwa Dion hanya teman Amira, karna mereka hampir mempunyai persamaan nasib.
Amira memang butuh seseorang teman yang mengerti nya, setelah semua yang terjadi, Raihan tak pernah lagi bersama nya.
Raihan pun tak tahu lagi, apa yang harus di lakukan nya, bahkan kini Amira sengaja menjauhi nya.
Amira kini tak lagi seperti yang iya kenal, Amira yang dulu hangat, kini bersikaf dinggin pada nya.
Padahal Raihan merasa semua ini bukan lah kesalahan nya, orang tua nya lah memutus kan hubungan mereka.
Sedang kan Raihan, masih sangat mencintai nya. Raihan juga sedih atas apa yang menimpa Amira.
Iya melihat Amira yang begitu tegar di atas kerapuhan hati nya. Raihan akan merasa sangat bersalah jika iya tak bisa membahagiakan Amira.
***
Dion membawa Amira kesebuah ruangan kosong, dan di sana hanya ada mereka berdua.
"Cahaya, ada apa dengan mu?" tanya Dion yang melihat Amira yang masih menetes kan air mata.
Amira hanya diam saja, kemudian Dion menyandar kan tubuh nya di belakang amira, dan posisi mereka pun salin membelakangi.
Dion meraih tangan Amira,
"Bicara kan saja pada ku Cahaya"
"Bersandar lah cahaya, dengan begitu kau kan merasa tenang."
Dan Amira menyandar kan tubuh nya, keadaan mereka masih saling membelakangi dan saling bersandar.
Dion masih memegang erat tangan Amira, entah mengapa Dion begitu berani, padahal sebelum nya Dion merupakan sosok yang cuek.
Iya begitu nyaman bersama Amira, meski baru beberapa hari iya mengenal nya.
Hari ini ,seperti nya iya tak lagi canggung, begitu pun Amira iya begitu nyaman bersandar pada Dion.
Meski hanya diam, tapi mereka merasa seperti membuka dunia yang baru.
Setelah kurang lebih satu jam mereka saling bersandar tanpa suara, mereka pun sama- sama terlelap dan tersadar ketika suara dari handpon Dion berbunyi.
Dion pun membuka pesan dari Ummi nya.
"Cahaya, aku harus pulang " ujar Dion. Amira hanya mengangguk.
"Cahaya, mari aku antar kau pulang," ajak Dion.
"Kau pulang saja Dion, karna tempat ku memang disini," jawab Amira
"Maksud mu, kau tinggal di sini?" tanya Dion lagi.
Dan Amira pun mengangguk.
"Kalau gitu, aku permisi dulu Cahaya."
"Jaga diri mu, " ujar Dion sambil membelai rambut Amira.
Dion pun melangkah dengan berat meninggal kan Amira, sebenar nya iya tak tega meninggal kan Amira sendiri, tapi apa daya Ummi telah menunggu nya di mobil.
Dion terlihat senang keluar dari tempat tersebut.Ummi yang melihat Dion yang tersenyum,menjadi penasaran.
"Dion kayak nya kamu senang banget " ujar ummi.
"Belajar apa di sana ?"tanya Ummi lagi.
Dion hanya diam, binggung mau menjawab apa, karna selama ini iya tak pernah sekali pun masuk kelas.
Keberadaan nya di sana hanya karna seorang gadis bernama cahaya.
Dion merasa ada perubahan pada diri nya sejak iya mengenal Cahaya .
Seperti menjadi sosok baru, kini Dion lebih bersemangat dalam menjalani hidup nya.
Berbeda dengan Raihan, iya merasa sangat bersalah, Amira seperti nya begitu terluka atas perbuatan kedua orang tuanya.
Dan Raihan pun tak tahu bagaimana cara mengobati hati Amira yang terluka.
Raihan masih mencintai Amira, tapi kedua orang tuanya memaksa nya untuk menikahi Rani, dan pernikahan itu sebentar lagi terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
syafridawati
4 like mampir
2021-09-09
0
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
kasian amira , semoga dion pengganti terbaik
2021-07-06
0
Eva Santi Lubis
Nah mulai deh bersegi segi
2021-06-20
0