Zira membuka pintu kamar. Sementara Juan masih menggendongnya. Begitu pintu kamar terbuka, Juan segera menurunkan Zira. Dan dia masuk kedalam kamar lebih dulu melewati Zira yang masih berdiri di depan pintu.
Juan membuka jasnya dan meletakkannya sembarangan diatas sofa. Dia kemudian menghempaskan tubuhnya di sofa. Tubuhnya bersandar dan kepalanya disandarkan kepinggiran sofa. Pikiran Juan melayang..
Juan sendiri tak tahu apa yang sudah dia lakukan. Dalam hitungan jam statusnya sudah berubah. Dia sudah menjadi seorang suami. Entah keberanian dari dia berani mengajukan diri menjadi pengantin pria menggantikan Andika yang pergi di hari pernikahannya.
Apa yang sudah merasuki diriku sehingga tanpa aku sadari aku mengajukan diriku menjadi suami pengganti untuk nya. Dengan lantang aku menjawab pertanyaan dari pak Hartanto dan entah apa juga yang dia lihat dariku hingga dia begitu saja menerima diriku. Mungkin karena Radit mengatakan aku adalah sepupunya dan aku adalah wakil direktur XYZ Corporation.
Aku hanyalah tamu undangan, tapi saat Andika menghinanya dan saat melihatnya menangis, hatiku merasa sakit, aku tidak suka. Semua mata menatap nya hina dan mengejek. Dia menangis dan terduduk di lantai. Tatapan mata semua tertuju padanya seolah olah menghakiminya dan dia lah yang bersalah. Dia yang menjadi penyebab semua kekacauan ini terjadi. Padahal sebenarnya disini dia lah korbannya. Dia yang tersakiti, dan merasa malu dengan kelakuan Andika. Tapi papanya malah menyalahkannya. Harusnya papanya memeluk nya dan mendukungnya.
Juan menarik nafas panjang dan membuangnya kasar.
Apa yang yang harus aku lakukan sekarang. Dia sudah menjadi istriku, tapi aku sendiri bingung bagaimana harus bersikap. Apakah dia bisa menerima diriku nyang hanya orang biasa bukan dari kelas atas seperti Tomi dan Radit? apakah dia akan marah karena aku berani mengambil keputusan ini? Bagaimana aku menanyakannya padanya???
Sementara Juan melamun, Zira masuk dan menutup pintu kamar. Membuka tasnya dan mengambil piyama tidur, kemudian berjalan ke kamar mandi.
Zira mencoba membuka gaun pengantin nya, namun dia tidak bisa. sudah berulangkali dia coba tetap tidak bisa. Akhirnya Zira menyerah dan meminta bantuan Juan.
"Om, boleh aku minta tolong?" ucap Zira di depan pintu kamar mandi.
Juan menatap datar padanya. Hatinya tidak suka saat Zira memanggilnya om.
Dengan senyum kecut Zira mengatakan jika dia kesulitan membuka gaun pengantinnya. Juan maju dan membantunya membuka resleting gaun Zira. Juan memalingkan matanya tak berani menatap punggung Zira hingga dia juga kesulitan membukanya.
"Om, yang benar donk." ucap Zira kesal karena Juan tak juga membuka resleting bajunya.
Juan kesal dan menatap tajam Zira, kemudian dia menarik resleting gaun Zira dan tak sengaja dia menatap punggung mulus istrinya. Darahnya berdesir. Namun Juan segera berjalan menjauh. Dan Zira segera masuk ke dalam kamar mandi.
Setengah jam kemudian Zira keluar dengan tubuh seger. Dia sudah memakai piyama nya dan membalut rambut basahnya dengan handuk.
Juan masih duduk diam di tempatnya. Dia segera bangkit menuju kamar mandi, dia sendiri tak menyiapkan pakaian ganti untuk nya. Karena sebenarnya dia adalah tamu disana. Ditengah kebingungannya Zira membuka lemari pakaian dan terdapat piyama prianya yang sudah di siapkan ibunya.
"Om, kok belum mandi? oh ya, ini piyama untuk om." ucap Zira menyerahkan piyama untuk Juan.
"Terima kasih." ucap Juan
Mengambil pakaian yang diberikan oleh Zira dan membawanya ke kamar mandi.
Zira sendiri merasa kikuk, dia ingin tidur, namun takut Juan melakukan sesuatu padanya.
Juan keluar kamar mandi, dilihatnya Zira masih duduk melamun diatas sofa. Dia mengeringkan rambutnya dengan handuk dan berjalan menuju sofa. Duduk tak jauh dari Zira.
"Kenapa kau belum tidur?" tanya Juan.
"A..aku belum ngantuk om." jawab Zira.
"Tidurlah aku tidak akan melakukan apapun padamu, kau tidak perlu khawatir." ucap Juan datar.
"Satu lagi jangan panggil aku Om, aku suami mu bukan Om mu." ucap Juan ketus.
Lalu aku harus memanggilnya apa, mas, sayang, beb!!! Yang benar saja.
Zira yang bingung, akhirnya memilih berdiri dan ingin meninggalkan Juan. Dia melangkah melewati Juan, entah bagaimana dia bisa tersandung dan hampir terjatuh. Zira berusaha mencari pegangan dan tanpa sengaja malah menarik tangan Juan dan jatuh menimpa tubuhnya.
Keduanya sama sama terkejut. Tubuh Zira berada tepat diatas tubuh Juan. Juan melotot menatap tak percaya. Zira terdiam dan menatap lekat wajah Juan.
"Mau sampai kapan kau berada diatas tubuhku?" tanya Juan. Menyadarkan Zira.
"Maafkan aku om," ucap Zira. Zira coba bangkit dari atas tubuh Juan.
Juan yang kesal memperat pelukannya. "Sudah aku katakan, aku bukan Om mu, kau anggap aku om om tua yang suka daun muda. Kau pikir aku pria mesum, iya!!!"
Juan melihat mata Zira yang berkaca kaca. Zira menunduk dan cairan bening itu tak lagi dapat di bendung.
Juan melepaskan pelukannya dan Zira segera bangkit.
"Tunggu, aku ingin bicara." ucap Juan menghentikan langkah Zira.
"Mengapa kau meminta ku menikahi mu?" tanya Juan.
"Aku ..aku tidak meminta mu menikahi ku." jawab Zira.
"Jika kau menyesal, kita bisa bercerai." kalimat itu keluar dari bibir mungil Zira Dan menyulut emosi Juan hingga ke ubun ubun.
Juan maju dan memegang pundak Zira kuat. Dia sangat marah dan merasa tersinggung.
'Hei nona kaya, bukankah kemaren kau yang meminta ku menikahi mu, apa kau lupa!! Sekarang katakan apa sebenarnya tujuan mu??" tanya Juan.
"Aku tidak memiliki tujuan apapun, seperti yang kau lihat, tunanganku mengkhianati ku dan aku menolak menikah dengannya. Aku sudah mengatakan nya pada papa, tapi papa tidak mempercayai aku. Hingga gambar gambar perselingkuhan itu muncul, aku sendiri tidak tahu siapa pemilik gambar tersebut dan bagaimana gambar itu bisa ada disana."
"Aku capek Om, aku lelah. Papa bukannya memelukku malah menyalahkan ku, belum lagi tatapan hina dan mengejek dari semua mata yang menatapku. Aku benci, benci....."
Dan Om, mengapa kau berubah pikiran dan bersedia menikah dengan ku, apa yang kau mau dariku?? Apa karena aku putri keluarga Hartanto? Apa kau juga sama seperti Andika yang menginginkan hartaku?" teriak Zira mengeluarkan isi hatinya.
"Harusnya kau biarkan saja aku mati bunuh diri di jembatan kemarin. Dan kau tidak akan pernah terjebak dengan pernikahan ini." ucap Zira.
Juan terdiam mendengar semua ucapan Zira. Benar tidak ada yang memaksanya menjadi pengganti Andika. Dia bersedia dengan kemauannya sendiri.
"Aku punya satu permintaan om, aku mohon om mau mengabulkannya. Semua demi papa..Jika om merasa menyesal dan ingin menceraikan ku, aku terima. Tapi, aku mohon beri aku waktu. Setidaknya kita jalani dulu pernikahan ini, aku minta om bersabar selama enam bulan. Setelah itu om boleh menceraikan ku, dan aku akan memberikan uang kompensasi yang sesuai. Om bebas melakukan apapun, hanya ku minta di depan papa dan bunda. Kita terlihat bahagia. Aku tidak ingin mengecewakan papa. Selama itu berlangsung aku janji, aku tidak akan ikut campur dalam urusan pribadi om, Aku mohon om, sekali ini saja. Aku akan memberikan apapun yang om minta sebagai kompensasinya."
Setelah bicara, Zira berlalu dari hadapan Juan. Naik ke tempat tidur dan menutup tubuhnya dengan selimut.
Didalam hatinya Zira menangis. Hatinya sangat sakit mengatakan itu semua, tapi apa mau dikata. Zira tidak ingin membuat papanya kembali murka. Dan Zira juga tidak mungkin memaksa Juan mencintai nya.
Juan terdiam. Dia tidak mampu mencerna maksud dari ucapan Zira. Dia menganggap aku apa??? Bukan ini yang ku inginkan??
like dan vote yang banyak ya ...
Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Radiah Hassan
Semoga dlm masa 6 bln itu ada bibit cinta
2024-10-31
0
Lilisdayanti
heeemmmmm, emang ribed kalau semuan karna terpaksa 😥
2023-11-06
0
Wati_esha
Bukan ini yang kuinginkan?!
Makanya jangan labil dong jadi makhluk!
2023-07-04
0