Happy reading all 😍
.
.
.
.
.
.
.
Hari ini, hari pertama ku disekolah yg baru. Sebenarnya lumayan malas bagiku, harus mengulang dari awal lagi dan beradaptasi lagi. Aku masuk ke salah satu sekolah negeri di tanah Pasundan ini, begitupun bang Akhsan yg kuliah di salah satu kampus favorit juga di daerah Setiabudhi. Setelah sarapan aku keluar menuju mobil, kami hanya memiliki satu mobil dan itu sering dipakai oleh papah, aku paling diantar jemput. Sedangkan bang Akhsan, memakai motornya sendiri. Adapun motor matic sering dipakai mamah pulang pergi kerja.
"Mah, Nara berangkat dulu. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam," ucap mamah.
"Akhsan juga berangkat mah, assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Hari ini aku diantar bang Akhsan karena papah sedang ada urusan.
"Cepetan naik !"perintah bang Akhsan.
"Iya sabar ke, aku pake helm dulu," aku tengah memakai helm, kulihat beberapa tetangga ku pun hendak berangkat ke sekolah. Mereka berempat, 2 perempuan dan 2 laki laki. Mereka terlihat akrab, karena berboncengan sepertinya mereka satu sekolah. Mereka melihatku dan tersenyum, sebagai tetangga yg baik aku pun membalas senyuman mereka, siapa tau nanti aku bisa berteman dengan mereka. Secara kan satu komplek.
"Suuttt Wil ! tetangga baru tuh, cantik ! anak mana sih?" tanya Gibran.
"Huuu !! sama cewe cantik aja cepet loe," jawab Dea, yg naik di belakang motor gede milik Gibran.
"Kayanya satu frekuensi sama kita, anak anak tajir nan kece, boleh tuh ajak gabung ! sumpah itu kakanya ya cakep abis," sahut Inggrid.
"Sama aja loe, giliran yg cakep aja matanya dibuka selebar dunia !" toyor Willy.
"Ntar lah, pulang sekolah kita kenalan, ya udah, yu cabut telat nih !" ajak Willy.
Mereka berangkat, akupun sama.. berangkat bersama bang Akhsan.
Aku turun dari motor, lalu salim pada abangku, "ati ati, sekolah yg bener ! ntar pulangnya abang jemput," ucap bang Akhsan.
"Iya bang," jawabku.
Bang Akhsan pun pergi meninggalkan ku.
Aku merasa gugup, karena sendirian disini. Di lingkungan yg asing buatku.
"Oke Nara, stay cool keep calm," gumamku, menghembuskan nafas kasar. Saat langkahku baru beberapa saja tatapan para siswa seakan menelanjangiku, menelitiku dari atas sampai bawah. Tepukan di pundakku mengagetkanku.
" Hey loe tetangga baru itu kan?"
"I..iya..." jawabku.
"Kenalin gue Dea, ini Inggrid, Willy dan Gibran," mereka menyalami ku satu persatu.
"Gue Narasheila."
"Ternyata kita satu sekolah ya?" ucap Inggrid mensejajarkan langkahnya denganku.
"Semoga kita bisa satu kelas ya," sahut Willy.
"Iya semoga aja, biar aku ga terlalu sendirian. Seenggaknya, aku udah kenal kalian, tetangga pula."
"Oh tenang aja, kita geng populer ko di school ini, jadi loe ga usah khawatir," jawab Gibran bangga.
Aku mengangguk saja dengan ucapan mereka.
Tak lama, dari arah parkiran terdengar suara bising knalpot motor, seperti motor RX king memekakan telinga, aku sontak menutup kedua telingaku.
"Shitt ! selalu aja dasar geng anak anak kampung !" dengus Gibran.
"Iya malu maluin tau ga," kesal Inggrid.
"Maklum lah, mereka kan orang orang ga tau malu, ga beradab. Kismin !! " ucap Dea.
"Shuutt ! udah lah, mening kita masuk ke kelas aja, "jawab Willy.
"Oh iya, bisa anter gue ke ruang kepala sekolah ga ? soalnya gue disuruh ke sana dulu, "pintaku.
"Boleh boleh ! gue anter, kalian duluan ke kelas. Gue anter Sheila dulu, " sahut Willy.
"Oke !" jawab mereka serempak.
Jam pelajaran pertama, aku mengekor bu Fatima selaku kesiswaan, sekaligus guru bahasa Inggris, beliau bilang.. aku masuk ke kelas MIPA 3, aku berharap bisa sekelas dengan Willy dkk. Agar tidak perlu lagi berkenalan ulang dan punya teman.
Suasana yg kedengarannya bising dari luar mendadak sunyi, saat bu Fatima masuk.
"Assalamualaikum anak anak, selamat pagi ! sebelum kita belajar, ibu mau mengenalkan murid baru, dia pindahan dari Jakarta, Nara sini !" bu Fatima melambaikan tangan.
Deg....
Aku melangkah perlahan, dan masuk ke kelas yg ku hitung ada sekitar 26 murid disini.
Mereka salting, berbisik, tak tau apa kesan mereka melihatku.
"Nara perkenalkan namamu pada teman-teman," ucap ibu Fatima.
"Hallo temen temen namaku Narasheila Caramelia..." belum aku menyelesaikan kalimatku, seseorang memotong nya dari arah bangku belakang.
"Hah naros heula ?" (Hah, nanya dulu. dalam bahasa sunda) ucap nya seakan seperti ledekan untukku, yah dia laki laki. Membuat gelak tawa pecah di kelas.
"si@*lan ! "umpatku dalam hati, ini dia orang yg bakal bikin hari hari gue ancur untuk satu atau dua tahun ke depan, aku hafalkan mukamu boy.
"Ehh, Rama ! jangan begitu atuh, sama temennya ! " jawab bu Fatima, "ayo teruskan Nara."
"Namaku Narasheila Caramelia Yudhistira, kalian bisa panggil aku Nara ataupun Sheila," ucapku.
"Kalo sayang boleh ga ?" jawab laki laki itu lagi, dengan kekehan dan konyolnya, ia malah tos dengan ketiga teman laki-laki nya.
"Huuuuuu !!" sorakan dari yg lain.
"Ihh Rama ! jangan gitu sama murid baru, kebiasaan deh kalo cewek cantik pasti digodain," ucap si gadis dihadapannya.
"Ya sudah Nara, silahkan duduk di bangku yg kosong."
Tiba tiba saja, beberapa siswa mendorong dorong teman sebangkunya, untuk mengosongkan bangku nya, agar aku bisa duduk di sebelah mereka.
Namun, aku tak mau. Kulihat ada bangku kosong disebelah seorang gadis berkacamata, tapi sialnya itu ada di hadapan cowo ngeselin tadi, mau tak mau akhirnya aku duduk.
"Hay, nama gue Rama," bisiknya tepat di samping belakang, dekat sekali dengan telingaku, sampai sampai hembusan nafasnya mengenai rambutku. Aku sontak berbalik dan menjauhi mukanya.
Aku menatap gugup sekaligus kesal, "sumpah ga sopan banget ni cowo !!! tengil banget !!"
"Iya gue Narasheila, panggil aja gue Nara," ketusku.
" Udah kali Ram, sawan ntar yang ada dia," jawab dan dorong si gadis.
"Hay namaku Mita," dia tersenyum ramah dan menyodorkan tangannya padaku, aku menyambutnya.
Bel istirahat sudah berbunyi, aku mengajak Mita untuk menemaniku berkeliling sekolah.
"Hay neng geulis !" sapa siswa bernama Gilang.
"Nama gue Nara, bukan neng geulis," ucapku (neng cantik).
"Hehehehe..." kekeh Rama.
"Neng geulis itu cewe cantik..." jawab Gilang.
"Mita aku boleh minta tolong ?"ucapku, cepat cepat mengajak Mita
"Boleh, apa?"
"Aku pengen keliling sekolah dong ! pengen tau sudut sudut sekolah ini, bisa anterin kan ?" jawabku jujur, selain karena ingin tahu, aku juga malas sekali meladeni Rama beserta teman temannya yg terus memandangiku, seolah ingin menerkamku.
"Yuu gue temenin," ucap Rama, yg langsung menurunkan kakinya yg ia selonjorkan di bangku lain, dan menarik tanganku tanpa permisi, aku sontak menghempaskan nya.
"Gue ngajak Mita ya bukan loe !" ketusku.
"Ih si neng, cantik cantik tapi galak ! " ucap Bayu.
" Mita ayo !" aku buru-buru menarik Mita.
Aku keluar setengah menyeret Mita, Mita mengaduh, "ehh maaf ya, sakit ga?" tanyaku yg baru menyadari.
"Ga apa-apa ko," jawabnya, kini kami berjalan aga santai, "itu tadi teman teman sekaligus tetanggaku, mereka adalah Rama, Gilang, Bayu dan Ridwan. Maaf ya, kalau sikap mereka bikin kamu ga nyaman, tapi mereka baik ko !" ucap Mita, aku yg sudah kelewat kesal, hanya mengangguk saja namun tak peduli.
Aku berkeliling bersama Mita. Namun saat baru setengah gedung,
"Hey, baby ! ngapain kamu sama dia, kamu ga tau ya, dia tuh salah satu anggota geng kampungan itu. Kamu ga boleh deket deket sama dia bebs, ntar kamu ketularan kampungan," ucap sarkas Inggrid menarik tanganku menjauhi Mita.
"Tapi, dia temen sekelas ku, " jawabku.
"OMG honey !! jadi kamu masuk kelas MIPA 3, itu tuh kelas yg isinya sampah sampah masyarakat semua, preman pasar, orang kampung !" jawab Dea dan dibalas tatapan tajam Mita "apa loe bilang ? jaga ucapan loe ya, memangnya situ lebih baik....haaa ??!! jangan mentang-mentang loe tinggal di komplek, loe bisa seenak jidat loe ngerendahin derajat orang ! justru kalian kalian ini yg manja, yg sampah masyarakat. Hidup kalian ini, ga ada manfaatnya buat orang lain."
Tatapan dan senyum sinis terpancar dari teman teman plus tetangga ku itu pada Mita, yg hampir mendapat tamparan dari Gibran. Namun, belum juga mendarat, tangan Gibran sudah ditahan Rama. Lalu ia menepiskan kasar, "jaga tangan loe ya dia cewe, jangan sekali-kali loe main tangan ataupun nyakitin Mita ataupun siapa saja si sekolah ini, kalo ngga abis loe sama gue !" ucap dingin Rama yg kini menatap tajam pada Gibran.
Willy ikut maju, "ehhh santuy santuy bro, ini sekolah bukan ring tinju. Kata pak ustadz juga dosa kalo berantem di sekolah, nanti aja di luar gerbang, lagian kan sesama umat muslim semua bersaudara" lerai Bayu yang justru bukannya meredam.
"Heh kalo ngomong dijaga ya, gue bukan sodara nih preman pasar !" tunjuk Willy.
Rama hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum miris.
"Ini gue yg bod*h, atau memang mereka yg terlalu sibuk sih ! mereka tuh berantem gara gara apa, gue ga tau ! terus gue masih asyik gitu stand by nungguin mereka berantem ?" batinku. fix semalem kayanya aku mimpi poop deh, si@l banget hari ini, harus terjebak diantara dua kubu yg sedang bermusuhan. Aku memutuskan untuk balik ke kelas seorang diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Jeissi
yang kayak begini nih yang asik
2024-10-30
0
Jeissi
jangan deh temenan sama yang modelan begini. masih ngarep duit dari ortu aja dah belagu.
2024-10-30
0
mrsdohkyungsoo
Ceritaaa Aa Rama..jadi ingat Lupuuss...suka cerita2 remaja gituuu hahaha Lupus&poppy/Grin//Grin//Grin/
2024-07-23
0