Happy reading guys 😘😘
.
.
.
.
.
.
Bismillah
.
.
.
.
.
.
"Ting....tong....."
Ceklek
....
"Nara ! Ada temen temen mu ini !" pekik mamah dari lantai bawah.
"Siapa sih, teman?" gumamku kebingungan, aku menaruh ponselku di ranjang lalu turun ke bawah.
"Cie, si boncel punya temen ni yee !"ucap bang Akhsan, yg tengah sibuk bermain game online di ponselnya, aku mendelik.
"Hay Nara !" sapa Inggrid, Dea, Willy dan Gibran.
"Hay," aku duduk.
"Oh jadi kalian satu sekolah ya? Bagus dong, jadi Nara ada temennya. Sekaligus teman main di komplek ini juga,"ucap mamah.
"Ya sudah, tante bikinin minum ya,"mamah pamit masuk ke dapur.
"Oh jadi panggilan mu kalo di rumah Nara. Ra hangout yu, keliling Bandung mau ga ?" ajak Dea.
Aku berfikir, sebenarnya aku sedikit malas tapi tak enak juga menolak, berhubung aku disini masih tetangga baru, aku tidak mau difikir sombong.
"Boleh tuh ! Pergi aja sayang sekalian biar kenal jalan juga," mamah tiba tiba menjawab pertanyaan mereka.
"Iya udah, aku siap siap dulu deh !" aku melenggang masuk ke kamar dan bersiap siap.
Dress bunga bunga putih dan jaket levis serta sepatu sneaker menjadi pilihan outfitku kali ini, serta rambut yg kubiarkan tergerai panjang bergelombang.
"Tante main dong ke rumah, mamahku juga ada ko ! Paling-paling...cuman arisan terus ke salon," ucap Inggrid.
"Iya, nanti tante main deh ke rumah. Kemaren-kemaren, tante masih sibuk. Soalnya baru pindahan tempat kerja juga,"
"Oh, emangnya tante kerja apa ?" tanya Dea.
"Kebetulan, tante supervisor di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung," jawab mamah.
"Wah asik dong, kalo ada voucher belanja atau midnight sale kasih tau Gibran ya tante, kalo om mana ?" tanya Gibran.
"Om masih di restoran, sekalian ngecek konveksi juga," jelas mamah dengan senyuman.
"Pentingkah bertanya masalah pekerjaan kedua orangtuaku ?" batinku.
"Yu !" ajakku.
Willy menatapku intens, membuatku merasa aga sedikit canggung.
"Wow ! Loe mau kemana Ra ?" tanya bang Akhsan yg turun dari lantai atas.
"Pssstt !!" senggol Inggrid pada Dea mereka cekikikan.
"Ganteng abis, " sedang Willy dan Gibran memutar bola mata jengah.
"Mau jalan," jawabku yang pamit pada mamah.
Kami pun naik mobil yg dikendarai Willy, mobil matic keluaran terbaru.
"Hey guys !! Ketemu lagi bareng gue Inggrid, kita mau hangout nih bareng personel baru geng kita, dia pindahan Jakarta ! Say hello Ra !" Inggrid memintaku melambai pada kamera ponselnya, dengan terpaksa aku melakukannya.
"Uhhh God....lebay banget !" aku tipikal orang yg tidak terlalu suka dengan hal semacam ini, bukannya antipati terhadap sosmed, hanya saja aku bukan gadis korban sosmed, yang apa-apa harus diinfokan pada khalayak ramai.
"Eh, Grid. Udah kali, dikit-dikit dibikin status media sosial, "ujar Gibran.
"Sirik nihh !" jawab Inggrid yg masih sibuk.
"Inggrid sayangku, ntar aja kalo udah sampe baru loe videoin deh sepuasnya lagian kan di mobil tuh gelap jelek pencahayaannya, " ujar Dea.
Mobil melaju membelah jalanan kota Bandung, lalu sampailah kami di sebuah pusat perbelanjaan. Mereka mengajakku nonton, makan, belanja aksesoris, lalu bermain di sebuah game station. Menurutku hal ini biasa saja justru terkesan membosankan bagiku.
"Foto box yu !" mereka mengajakku berswafoto di sebuah booth fotobox, aku ikut saja dengan pasrah.
Sepanjang kami jalan, yg kedua teman perempuan-ku omongkan hanya shopping merk-merk ternama dan semacamnya, sedangkan teman laki laki ku membicarakan game online, yang sepertinya satu frekuensi dengan bang Akhsan.
"Ra, makanan kesukaanmu apa sih?" tanya Willy mensejajarkan langkahnya denganku, hingga kini berada disebelahku.
"Emm..apa ya ?! Apapun aku suka, tapi kayanya aku lebih suka makanan yg manis manis deh," jawabku.
"Semacam dessert? Pantesan kamu manis banget," gombalnya.
"Ekhm ! Cie, Willy belajar gombal !" seru yg lain.
Aku hanya diam. Jujur, aku hanya jengah, "apaan sih, garing, " aku memang tipe cewe yg cuek dan sedikit dingin. Tidak banyak hal yg kukagumi, menurutku gombalan Willy basi, tapi aku hanya menampilkan senyuman sebagai tanda menghargai mereka semua.
Karena sudah dirasa cukup malam kami pun memutuskan untuk pulang.
"Yahhh sayang banget ! Kita engga pergi malam minggu ya, kalau kemarin aja, kita pasti bakal ngajak kamu dugem Ra, berhubung besok senin, kita takut besok kesiangan !" ucap Gibran.
"What dugem ?!!" aku memang tinggal di ibukota, namun aku tidak seliar itu. Apalagi aku masih SMA, yang ada nanti aku digorok papah, mamah dan si tembok Berlin," ucapku dalam hati.
"Oh iya, mungkin lain kali ya !" jawabku nyengir.
Mereka mengantar ku sampai depan rumah, "dah Nara !! Sampai besok. Besok kita berangkat bareng ya, kita jemput !" pekik kedua gadis itu, mereka berlalu aku masuk dan menghembuskan nafas kasar.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Seperti biasa, aku bangun pukul lima karena jam weker alami ku sudah berkoar-koar di depan pintu kamar, iya mamah.
Aku solat subuh, sebenarnya aku bukan gadis yg terlalu taat agama seringkali sholat wajibku bolong bolong, hihihi...aku juga jarang mengaji namun bisa lah dikit dikit baca Qur'an ngga b*go b*go amat.
Sebelum mandi dan sekolah aku memutuskan untuk lari pagi sebentar keliling komplek sambil melihat-lihat komplek tempat tinggalku.
Tak beda jauh dengan komplek ku dulu saat di Jakarta, jarang dari mereka yg keluar hanya tukang koran, tukang sayur dan tukang sarapan seperti bubur saja yg melintas juga beberapa ibu ibu yg melakukan aktivitas nya di pagi hari.
"Hahhh ! Dimana mana kompleks sama aja, sepi..."gumamku.
"Memangnya kamu berharap kompleks yang kaya gimana ?" suara seseorang mengejutkan ku dari arah belakang.
"Willy ?!"
"Kamu suka lari pagi juga ?" tanya nya.
"Iya, udara nya enak ya ! Beda banget sama Jakarta," ucapku menyeka keringat ku.
"Iya, tapi sekarang Bandung juga aga sedikit berkurang kesegaran nya," jawabnya.
Olahraga pagi kututup dengan berjalan bersama Willy menuju rumah masing-masing.
Pukul setengah 7, mobil Willy sudah stand by di depan rumahku bersama keempat teman kompleks lainnya.
Sepanjang perjalanan di mobil, tidak ada yg memulai obrolan. Kedua teman cewek ku sedang sibuk berias dan bercermin, "guys, menurut loe warnanya bagus ga buat gue ?" tanya Inggrid sambil menunjukan bibirnya.
"Heem, " jawaban Inggrid.
"Iya serah loe deh de," jawaban kedua cowo di depan.
"Njirrrr ! Gila, gue udah nge-push rank lagi dong Will !" ucap Gibran heboh, menunjukan ponselnya pada Willy yang tengah menyetir.
Aku hanya diam melihat pemandangan luar kaca mobil, mataku menyipit saat melihat banyak anak-anak yg memakai seragam yang sama dengan kami berjalan beriringan menuju sekolah. Rupanya sekolah sudah tidak jauh lagi, mereka terlihat tertawa lepas karena saling tegur sapa dan bercanda, aku mengalihkan pandanganku pada beberapa orang yg kukenal. Mita bersama teman teman kelasku termasuk geng anak-anak preman itu sesekali mereka tertawa terbahak-bahak.
"Suutt Will, liat nih gue push rank ampe dua kali loh !" Gibran menunjukkan ponsel nya di hadapan wajah Willy, membuat pandangan Willy terhalang.
"Awas Ran !! Loe ngalangin mata gue bege, shittt !"umpat Willy saat ban mobil mengenai genangan dan mencipratkan airnya ke arah beberapa anak yang sedang berjalan.
"Will, gimana sih !" gerutu Dea, "tuh ahhh, jadi ini lipstik nya kemana mana."
"Sorry--sorry. Ini si Gibran nih."
"Woyy !" dari arah luar mobil.
Seragamnya kotor pada bagian rok.
Willy menepikan mobilnya, kami keluar mobil.
Willy membuka kacamata hitam yg bertengger manis di hidungnya.
"Aduh, kotor deh !" ucap si gadis.
"Aduh sorry ya, gue ga sengaja," ucap Willy namun si gadis melongo melihat Willy, ia mengurungkan niatnya yang ingin marah, karena melihat seorang Willy dan ketiga lainnya yg berdiri angkuh dihadapannya entah ia takut, segan, atau kagum aku tak tau tatapannya.
"Iya ga papa."
"Alahh ! Baru juga segitu, ini mah dibersihin pake air juga bersih ko !"ucap angkuh Inggrid.
"Lebay banget sih ! Lagian seragam loe juga palingan beli di pasar nih gue ganti, " ucap Dea mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan melemparkannya ke wajah si gadis.
"Astaga aku ga nyangka mereka bersikap seperti ini," aku menutup mulutku dengan sebelah tanganku.
Aku mendekati gadis itu, "kamu ga apa-apa, maaf ya temenku ga sengaja. Nih ada tissue, aku bantu bersiin ya ?!" aku mengambil tissu dari dalam tasku dan hendak membantunya membersihkan air kubangan yg mengotori roknya.
"Eitsss, Nara sayang.. loe mau ngapain ? Jangan bilang, loe mau bersiin dia ?! Aduh please deh udah yu !" Inggrid menarikku.
"Apa gitu, cara kalian memperlakukan seseorang yg sudah kalian dzolimi, " ucap seseorang dari arah belakang dialah Rama yg berjalan bersama kawan-kawannya.
"Gue tau kalian banyak uang, tapi uang tidak biasa membeli sebuah sikap. Bukan berarti dengan uang kalian bisa nginjek-nginjek harga diri orang lain, dimata Allah kita semua sama, ga ada orang kaya orang miskin, ga ada orang kampung dan orang komplek," tambahnya lagi sorotan matanya tajam.
"Hadeuuuh ! Kalo mau ceramah jangan disini pa ustadz, so alim loe preman pasar !" sinis Inggrid.
Bayu, dan Gilang mengepalkan tangannya hendak melayangkan tangannya, namun ditahan Rama dan Ridwan.
"Apa loe ?! Berani sama cewek ?"sinis dan decihan Gibran.
"Dasar anak kampung," tambahnya.
"Udah yu, cabut ! Males gue berurusan sama mereka, ga mutu !"Dea memutar bola mata jengah.
Inggrid menarikku ke dalam mobil, pandanganku masih pada gadis yg tadi terciprat air dan menunduk juga kepada Rama dan kawan-kawan nya, Mita tengah membantu gadis itu membersihkan roknya. Mobil kami melaju masuk ke parkiran.
TBC 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Jeissi
hadeh nara jangan polos² amat lah, udah tau mereka bukan orang baik masih aja temenan sama mereka 😏
2024-10-30
0
Jeissi
ga bener nih
2024-10-30
0
Trituwani
temen toxic jauhin aja ra
2024-07-03
0