Seint menatap bingung ke arah Lilian, yang ada dipikirannya sekarang adalah bagaimana bisa Lilian mengetahui tanaman yang bahkan orang lain tak tau.
Dengan lancar ia menjelaskan proses serta manfaat dari tanaman tersebut, yang membuat Seint semakin heran adalah sebelumnya gadis itu di kabarkan kehilangan ingatannya, ia tak mengingat siapapun bahkan kedua orang tua dan Kakaknya tidak ia ingat, namun anehnya gadis itu secara lancar menjelaskan tanaman yang semua orang kira tak memiliki nilai jual.
Memang sebelumnya tingkah gadis itu selalu menarik perhatiannya, gadis itu dengan sengaja menyembunyikan bakatnya pada semua orang dan bertingkah berkebalikan dengan sifat aslinya. Seint bahkan akan tertipu oleh gadis itu jika seandainya ia tak melihat secara langsung bakat gadis itu secara tak sengaja.
Setiap sore hari Seint selalu melihat gadis itu sedang berlatih memanah dengan di temani oleh pelayannya di dekat hutan pinggir kota. Gadis itu bahkan secara sembunyi belajar strategi perang di dekat danau ujung kota.
Suatu hari Seint tertangkap basah oleh gadis itu saat ia sedang mengamati gadis itu berlatih dan berakhir seperti yang semua orang tau, gadis itu mengikutinya kemanapun ia pergi. Semua orang berpikir jika gadis itu tergila-gila padanya, namun kenyataannya di manapun Seint berada gadis itu selalu memberikan tanda mengancam jika Seint berani membocorkan ke orang-orang tentang bakatnya.
Maka dari itu Seint tidak merasa terganggu sama sekali dengan kehadiran gadis itu di dekatnya, karena gadis itu berada didekatnya hanya memastikan Seint tak membuka mulutnya tentang bakat yang ia miliki.
Hingga suatu hari gadis itu di kabarkan mengalami kecelakaan yang membuat gadis itu tak mengingat apapun. Seint sangat ingin menjenguk gadis itu namun ia tak punya alasan kuat agar bisa melihat kondisi gadis itu dari dekat, yang bisa ia lakukan hanya berpura-pura lewat saja di depan kediaman gadis itu selama gadis itu di rawat.
Suatu hari saat ia dan Artem sedang ingin melewati kediaman gadis itu, tiba-tiba gadis itu bersama pelayan yang selalu menemaninya keluar dari kediamannya, mereka terlihat seperti mendebatkan sesuatu hingga akhirnya gadis itu berjalan dengan riang menuju arah pasar.
Seint pun mengikuti gadis itu dari belakang meski ia harus mendengar omong kosong yang selalu Artem arahkan kepadanya. Hingga Seint melihat gadis itu berhenti pada penjual manisan gula, wajahnya terlihat sangat bahagia saat ia menerima tiga manisan gula dari penjual tersebut dan memberikan satu pada pelayannya.
Saat Seint ingin kembali mengikuti gadis itu tiba-tiba Artem menariknya dan mengatakan kalau prajurit kerajaan tadi melihatnya dan sekarang mengejar mereka. Seint berlari memutari jalanan pasar demi mengelabui prajurit agar tidak lagi mengejarnya dengan Artem, saat ia berlari menghindari kejaran prajurit, ia tak sengaja menabrak seseorang karena terlalu fokus menengok kebelakang.
Ia terdiam saat menyadari jika gadis yang ia tabrak ialah gadis yang sejak tadi ia ikuti, tatapan tajam gadis itu di arahkan padanya, gadis itu bahkan membentaknya karena manisan gula yang ia pegang terjatuh ke tanah.
Saat Seint sedang asiknya mengingat pertemuannya dengan Lilian, ia di kejutkan dengan sebuah pukulan di lengannya.
"Kau kenapa menatap ku seperti itu." Ucap Lilian setelah memukul lengan Seint.
"Seperti apa?" Ucap Seint.
"Seperti ini." Lilian memperagakan ekspresi seperti yang Seint tunjukkan tadi.
Seint menahan bibirnya agar tidak tersenyum melihat tingkah Lilian. "Ohh hanya penasaran." Ucapnya kemudian.
"Penasaran tentang apa?" Tanya Lilian.
"Tentang bagaimana kau tau tentang semua ini." Ucap Seint.
"Astaga kau tadi mengucapkan tujuh kata, itu kata terpanjang yang pernah aku dengar dari mu." Ucap Lilian.
"Jawab saja!" Ucap Sein kesal.
"Mana aku tau, aku tak mengingatnya, mungkin itu salah satu ingatan yang aku punya sebelum aku kehilangan ingatan, melihat tanaman itu aku jadi seperti tau secara detail tentang tanaman itu." Ucap Lilian asal, jawaban Lilian tak sepenuhnya berbohong karena memang Lilian tau tanaman itu dari ingatan di dunianya yang lama.
"Benar juga." Batin Seint.
Tiba-tiba Artem datang membawa sekeranjang besar buah kopi yang sudah ia panen bersama para pekerja yang berkerja diperkebunan Seint.
"Lilian apakah ini cukup?" Tanya Artem sambil menunjuk keranjang tersebut.
Lilian mengangguk sebentar. "Cukup, buah kopi ini akan aku bawa pulang ke kediaman ku untuk di jemur di sana, karena besok aku sudah harus segera pulang memeriksa bahan lainnya untuk festival nanti, sepertinya kalian harus tetap disini dulu setidaknya sampai besok, kalian harus menentukan dulu berapa jumlah pekerja yang harus diperkerjakan disini, arahkan dulu pekerja agar memetik buah kopi yang berwana merah dan segera kirimkan buah-buah ini ke kota, aku akan menunggu kalian di sana, sampai kalian selesai dengan urusan di sini, aku tidak akan memulai proses pemisahan biji kopi tanpa kalian karena kalian juga harus melihat sendiri prosesnya dari awal." Jelas Lilian.
"Apakah kalian akan berangkat pagi?" Tanya Artem.
"Ya...karena akan ada banyak persiapan yang harus aku kerjakan di sana, karena ini festival yang akan di hadiri oleh banyak orang aku memutuskan agar kopi kita akan aku ikut sertakan dalam lomba, di sana selain aku akan memperkenalkan coklat dan hiasan kedai kami, aku akan memperkenalkan kopi kita sebagai promosi awal. Hingga kita tak perlu lagi repot-repot mengumpulkan banyak orang untuk promosi, di sana nanti biarkan mereka sendiri yang melihat dan mencobanya." Ucap Lilian.
"Itu ide yang bagus Lilian, ku rasa kau sangat ahli dalam perdagangan." Ucap Artem sambil tersenyum.
Lilian hanya tersenyum menanggapi ucapan dari Artem. "Tentu saja aku adalah ahlinya, di dunia ku sebelumnya, ibu ku mempunyai toko roti yang cukup besar dan di sukai banyak orang tak heran aku mengerti banyak tentang toko, promosi dan lainnya." Batin Lilian.
"Sepertinya aku harus segera kembali ke penginapan ku sebelum gelap, badan ku terasa lengket dan pegal semua." Ucap Lilian.
"Kalau begitu pergi dan beristirahatlah." Ucap Seint.
"Tumben ini orang baik," batin Lilian, "kalau begitu aku pamit dulu ya." Ucap Lilian.
"Perlu kami antar ?" Ucap Artem.
"Tidak perlu, Kakak Zheyan sudah menyuruh Paman Wilson agar kesini untuk menjemput." Ucap Lilian.
"Baguslah." Ucap Seint.
"Apa-apaan ini orang, baru saja dia bersikap baik sekarang kembali datar." Batin Lilian.
"Kalau begitu sampai bertemu di kota ya." Ucap Lilian lalu berjalan menjauh.
"Apa cuman perasaan ku saja ya, Lilian terasa berbeda dan semakin hari tambah cantik." Ucap Artem.
Seint menatap tajam ke arah Artem dan berjalan meninggalkan Artem sendirian.
"Salah lagi salah lagi." Ucap Artem sambil menepuk kepalanya berkali-kali.
°°°
Setelah persiapannya sudah selesai semua Lilian, Zheyan dan Asgar berangkat menuju ibukota. Setelah menempuh perjalan panjang Mereka sampai di ibukota pada siang hari.
Asgar berpamitan pulang dulu ke kediamannya untuk melihat kayu-kayu yang kemarin telah ia kirim dan akan menemui Zheyan nanti sore. Sedangkan Zheyan dan Lilian segera kembali ke kediamannya agar bisa secepatnya mempersiapkan bahan yang mereka butuhkan.
Saat sampai di gerbang kediaman, mereka disambut oleh beberapa prajurit yang sedang berjaga dan salah satu prajurit datang memberi hormat.
"Hormat saya Tuan dan Nona Muda, Tuan besar menyuruh saya memberi tau jika Tuan dan Nona sudah sampai segera temui Tuan besar di ruangan kerjanya." Ucap prajurit tersebut.
"Baiklah, turunkan barang bawaan kami dan bawa keranjang buah itu ke tempat keranjang buah yang sebelumnya saya kirim." Ucap Zheyan.
Setelah memberi perintah pada prajurit tersebut, Zheyan dan Lilian berjalan menuju ruangan Ayahnya.
Setelah memasuki pintu ruangan, mereka menunduk hormat saat melihat punggung Ayahnya.
"Hormat Ayah, kami telah kembali dari perkebunan dengan selamat tanpa kurang apapun". Ucap Zheyan.
Duke Marven berbalik dan melihat kedua anaknya yang masih menunduk.
"Duduklah!" Ucap Duke Marven.
Zheyan dan Lilian menegakkan badannya dan duduk di salah satu kursi yang berada di ruangan tersebut.
Melihat kedua anaknya yang sudah duduk, Duke Marven berjalan duduk di depan kedua anaknya. Sebelum bertanya ia menatap lekat kedua anaknya.
"Dua hari yang lalu Ayah mendapat beberapa surat darimu Zheyan, sekarang jelaskan pada Ayah maksud dari surat tersebut!" Ucap Duke Marven.
Zheyan menatap Lilian sebentar dan kembali menatap Ayahnya, "Begini Ayah, seperti yang sudah Zheyan tulis dalam surat itu bahwa lahan perkebunan yang akan kita jadikan tanaman herbal itu tidak jadi kita gunakan untuk tanaman herbal." Ucap Zheyan.
"Mengapa?" Ucap Duke Marven dingin.
"Karena lahan itu ditumbuhi oleh pohon kakao, selama ini kita menganggap pohon itu tidak berguna namun saat kami mengunjungi tempat itu siapa sangka ternyata Lilian mengenali pohon itu dan ia tau cara mengolah buah dari pohon itu." Jelas Zheyan.
Duke Marven mengangkat sebelah alisnya dan menatap ke arah Lilian. " Bisa kau jelaskan pada Ayah bagaimana kau bisa mengenali pohon itu bahkan tau cara pengolahannya ?" Ucap Duke Marven.
Lilian meneguk ludahnya sendiri saat melihat tatapan dingin dari Ayahnya. "Jujur saja Ayah aku tidak tau namun saat aku melihat pohon itu sepintas ingatan muncul di kepala ku tentang pohon itu." Ucap Lilian gugup.
Duke Marven menatap tajam ke arah Zheyan, "Bagaimana bisa kamu mengambil sebuah keputusan yang masih dipertanyakan kebenarannya?" Ucap Duke Marven lalu menatap ke arah Lilian. "Lilian bahkan tidak mengingat jalan pulang dari pasar, Bagaimana bisa kamu langsung mengambil sebuah keputusan hanya karena mendengar sebuah opini dari adikmu yang belum tentu kebenarannya" Ucap Duke Marven mulai meninggi.
Zheyan hanya diam tak bisa menjawab pertanyaan dari Ayahnya. Benar yang dikatakan oleh Ayahnya namun melihat ekspresi Lilian saat diperkebunan membuat Zheyan yakin kalau adiknya itu memang mengetahui tentang pohon itu.
"Kenapa kamu hanya diam Zheyan? Ayah tau kau tidak akan bisa menolak permintaan dari adik mu namun kau juga tau kalau pohon itu tidak berguna di kerajaan ini." Ucap Duke Marven semakin meninggi.
"Tidak Ayah pohon itu sangat berguna dan akan membawa keuntungan untuk keluarga kita." Ucap Lilian memberanikan diri.
"Bagaimana kau bisa seyakin itu? Kau bahkan tidak mengingat sesuatu dengan benar dan lagipula pohon itu sudah dinyatakan para ahli tanaman jikalau pohon itu tak berguna." Ucap Duke Marven.
"Maka aku akan membuktikan kalau para ahli tanaman itu salah." Ucap Lilian tegas.
"Dengan cara apa kau membuktikannya?" Tanya Duke Marven.
"Beri kami kesempatan agar bisa mengolah buah dari pohon itu." Ucap Lilian.
"Kesempatan?" Ucap Duke Marven.
"Iya Ayah...kami telah sepakat akan mengolah buah itu menjadi salah satu bahan pembuatan makanan dan minuman yang akan kami lombakan dalam festival." Ucap Lilian.
Duke Marven memijit keningnya. "Kalian akan melombakan buah itu dalam festival?" Tanya Duke Marven.
"Iya Ayah, kami juga sudah berkerja sama dengan keluarga Baron." Ucap Lilian.
"ZHEYAN..." Ucap Duke Marven frustasi.
"Berikan kami kesempatan Ayah." Ucap Zheyan dan langsung berlutut di depan ayahnya dan di ikuti oleh Lilian.
Duke Marven menghembuskan napas berat. "Bangunlah, Ayah beri kalian kesempatan tapi ingat lomba itu adalah salah satu festival besar di kerajaan ini jadi jangan permalukan Ayah, terlebih kalian sudah menjalin kerja sama dengan keluarga Baron." Ucap Duke Marven.
"Baik Ayah." Ucap Zheyan dan Lilian barengan.
Setelah itu Zheyan dan Lilian berdiri, sebelum mereka berpamitan untuk keluar, Zheyan baru mengingat sesuatu kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya dan memberikannya pada Ayahnya.
Mata Ayahnya melebar melihat lencana lambang dari pangeran mahkota berada ditangannya sekarang. Lalu ia kembali meminta penjelasan kepada kedua anaknya.
"I..i..itu Ayah Lilian kembali menemukan pohon yang di anggap tak berguna diperkebunan Pangeran Mahkota namun...." Ucap Zheyan berhenti melihat raut wajah marah Ayahnya.
"NAMUN APA?" Kali ini suara Duke Marven benar-benar menggelegar, orang-orang dari luar ruangan bahkan bisa mendengar suaranya.
Tubuh Lilian gemetar lalu spontan bersembunyi dan memeluk Zheyan dari belakang.
°°°
Kali ini Author UP siang biar sorenya bisa fokus nulis part selanjutnya.
Tetap selalu dukung Author ya 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Ririn Santi
bayangin Lilian ketakutan kok malah jd ketawa ya
2022-06-17
1
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
😂😂😂😂😂aduh aduh kakaknya d jadiin tameng
2022-03-04
0
t
❤️❤️❤️❤️
2021-09-18
0