Lilian terbangun di dalam ruangan yang cukup besar dengan hiasan kuno. Perlahan dia membuka matanya lalu ia memegang kepalanya yang terasa sakit.
"Dimana aku sekarang?" Dia menggerakkan tubuhnya dan berniat untuk duduk tiba-tiba seseorang datang.
"Nona sudah bangun, syukurlah kalau begitu. Apa yang hendak Nona lakukan?" Ucapnya dengan kecemasan yang terlihat dimatanya. Ia membantu Lilian untuk duduk dan bersandar di sisi ranjang.
Lilian mengerutkan kening bingung dan bergumam. "Nona?".
"iya, Anda adalah Nona ku." Sambil memegang tangan Lilian.
"Kau bercanda? Aku bukan Nona mu, dan ini dimana?" Lilian melepaskan tangannya dari orang tersebut.
"Ah Nona anda yang bercanda, saya ini Rosa pelayan yang selalu menemani mu sejak kecil." Ucapnya sambil mengusap air matanya.
"Aku tidak punya pelayan dan aku tak mengenalmu." Tukas Lilian.
"Ah nona bagaimana bisa Anda tak mengenalku? apakah kepalamu terbentur sangat keras saat anda terjatuh dan membuat mu tak mengenaliku?" Rosa menatap Nonanya khawatir.
"Aku bukan terjatuh akan tetapi aku tertabrak dan memang aku sama sekali tak mengenalmu," dia menatap Rosa tajam.
"Nona anda terjatuh, ah bukan lebih tepatnya anda melompat sendiri Nona, saat anda tau Nona Raina dekat dengan Pangeran Seint" Rosa memberi penjelasan.
"Apa? Kalau begitu kau mengatakan aku hendak bunuh diri?" Lilian menatap Rosa tak percaya.
"Ah bukan begitu maksud saya Nona, ah lebih baik saya memanggil tuan saja,"ucapnya lalu berlari keluar.
Setelah kepergian Rosa, ia mengamati isi dari kamar tersebut terdapat ukiran-ukiran kuno dari sudut-sudut ruangan mirip ala eropa. Terdapat barang-barang kuno yang terlihat mewah.
Ranjang yang ia duduki sekarang berada di tengah-tengah kamar tersebut. Sisi kiri dari ranjang terdapat meja yang di isi dengan berbagai buku-buku sepertinya itu tempat untuk belajar, disampingnya ada jendela dan tanaman hias.
Sisi kiri depan tempat belajar ada meja dan kursi saling berhadapan, di sana juga ada jendela dan tak lupa dengan tanaman hias. Sisi depan ranjang ada tempat penyimpanan barang-barang. Seperti lemari besar dengan ukiran-ukiran yang indah, sisi kanan ranjang ada meja dan kursi kecil, sepertinya itu meja hias dan di samping meja hias itu ada sebuah pintu kayaknya itu pintu kamar kecil, sisi kanan pojoknya ada sebuah pintu yang tadi tempat pelayan itu keluar.
Setelah mengamati sisi kamar Lilian baru menyadari sesuatu, "Oh astaga apakah aku kembali ke masa lalu seperti novel yang ku baca sebelumnya? Tidak mungkin kalau seandainya seperti itu kenapa aku tidak mengingat apa-apa? Bukan seharusnya jika aku kembali ke masa lalu dan memasuki tubuh seseorang setelah kecelakaan itu bukannya ada ingatan yang seharusnya terlintas di kepala ku seperti cerita novel fantasi itu?" Ujarnya.
Saat lilia sedang berpikir keras beberapa orang terlihat memasuki ruangan. Seorang wanita paruh baya berlari kearahnya dan tanpa aba-aba langsung memeluknya dan menangis dalam pelukannya.
"Lilian, apa yang kau lakukan nak, sebegitu sukanya kau pada Pangeran Seint sehingga kau melakukan hal itu," ucap wanita itu lalu melepaskan pelukannya dari Lilian dan menatap gadis itu lekat.
"Lilian? Kau tau namaku?" Ucapnya.
Wanita itu kaget dan berkata. "iya kau Lilian Daisyla Marven Putriku."
"Oh astaga apa yang terjadi disini", Lilian memijit keningnya bingung dan berkata, "Begini Nyonya, saya jelaskan nama saya memang Lilian tapi Lilian Caroline." Lilian menatap mata seorang wanita yang tadi menyatakan sebagai ibunya.
"Lilian" suara laki-laki paruh baya yang berdiri dibelakang Ibu Lilian meninggi dan menatap tajam kearah Lilian, "Sudah cukup main-mainnya, kau tak harus bersikap seperti ini jika menginginkan sesuatu, Ayah akan mencarikan mu lelaki yang jauh lebih tampan dari pangeran sein bahkan biar perlu Ayah akan mencarinya di pelosok dunia jika tak menemukannya, jadi berhentilah bersikap kau tak mengingat kami." Habis sudah kesabaran Duke Marven, ia sedari tadi hanya berdiri dan mengamati interaksi kedua orang wanita yang ia sayangi itu.
"Betul Lilian, kakak akan mencarikan mu lelaki yang jauh lebih tampan, lagipula kau ini cantik ada banyak keluarga bangsawan yang menginginkan kau untuk di jadikan istri." tambah Kakaknya Zheyan Mateus Marven.
Lilian semakin bingung, ia hendak berdiri dan melepaskan tangannya dari dekapan Illyria ibunya, iapun berkata. "Apa-apaan kalian? Apakah kalian bermain sandiwara denganku?" Lilian hendak keluar ruangan sebelum itu ia melihat ke cermin di samping ranjangnya, betapa kagetnya ia melihat wajahnya.
"Apa-apaan, ini...ini...ini bukan wajahku," Lilian memegang wajahnya panik, napasnya tersendat dan jantungnya berdetak kencang tiba-tiba penglihatannya memburam dan dia terjatuh tak sadarkan diri.
Semua yang melihat itu kaget dan panik, ibunya Illyria menangis histeris melihat anaknya tak sadarkan diri, Duke Marven berteriak pada Rosa yang sedari tadi berdiri diam. "Rosa cepat panggilkan Tabib!"
Rosa berlari keluar ruangan sedangkan Zheyan mengangkat tubuh Lilian dan membaringkannya di atas ranjang.
°°°
Semua mata menatap seorang gadis yang sekarang sedang diperiksa oleh seorang Tabib, dia mengerutkan keningnya dan menatap ke tuan rumah Duke Marven.
"Ini kasus yang aneh, saat terakhir kali saya memeriksanya memang kondisi Nona mengkhawatirkan akan tetapi seharusnya kerusakan ada dalam organ dalam bukan kepalanya," ucap tabib tersebut.
"Apa yang kau katakan Tabib? Itu berarti kau tidak memeriksanya dengan baik terakhir kali?" Zheyan menatap tabib itu tajam.
"Tenanglah Zheyan," ucap Duke Marven dan beralih menatap tabib. "Lalu bagaimana keadaan Putriku sekarang? Apa dia masih bisa di sembuhkan?"
"Keadaan Nona sekarang baik-baik saja Tuan, hanya saja Nona kehilangan ingatannya, ini mungkin sedikit sulit untuknya, untuk itu tolong Tuan pastikan agar jangan membuatnya memaksa mengingat sesuatu yang kembali membuatnya tak sadarkan diri."
"Sampai kapan Putriku akan seperti ini Tabib?" Ucap illyria sambil menatap teduh kearah putrinya.
"Saya belum bisa memastikan sampai kapan Nyonya, saya hanya bisa meresepkannya obat untuk sekarang," ucap Tabib takut jika Tuan Duke Marven marah.
Untuk sekarang hanya itu yang bisa mereka bisa lakukan, selepas kepergian Tabib Duke Marven memegang tangan putrinya dan mengecup singkat. Ia sangat menyayangi putrinya, semua keinginan putrinya bisa ia penuhi kecuali jika berkaitan dengan Pangeran Seint. Duke Marven tidak bisa melakukan apa-apa untuk hal itu dikarenakan kesetiaannya pada kaisar, sehingga dia tidak bisa memaksakan sesuatu sesuai kehendaknya.
Duke Marven berdiri dan mendekap erat tubuh istrinya yang sedari tadi tak henti-hentinya menangis. Dia melirik ke anaknya Zheyan dan berkata, "Zheyan pastikan agar apa yang sekarang terjadi pada adikmu jangan sampai orang-orang mengetahuinya, cukup orang-orang mengetahui kalau Lilian terjatuh dan kehilangan ingatannya, jika ada seseorang dari kediaman kita berani membocorkannya keluar maka hukum dia dan seluruh anggotanya dengan cambuk hingga mati," ucap Marven tegas dengan aura kepemimpinannya.
"Baik Ayah," ucap Zheyan dan menatap Adiknya iba.
"Rosa jaga Lilian baik-baik dan jangan meninggalkannya," Ucap Duke Marven pada Rosa yang sedari tadi hanya diam.
°°°
Mohon dukungan dan sarannya ya ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
M Abid H Ghaeran
awalan nya cukup masuk akal. ketimbang novel2 reinkarnasi yng saya bca. ini yang masuk akal. gak langsung nerima
aneh aja kalau pindah rga lngsung terima gitu aja pling tidak kek gini minimal pingsan🤣
2022-08-22
1
Salma Cheng
terlahir kembali ....ceritanya menarik , next Thor 😘
2022-04-27
0
*𝕶𝖍𝖔𝖊𝖗𝖚𝖓𝖓𝖎𝖘𝖆*
baca ulang thor...
abisnya sru sihh, gk bosen baca ulang nya jga..
2022-03-03
0