Setelah menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan saat matahari masih terik-teriknya. Zheyan turun dari kudanya dan berjalan menghampiri kereta kuda Lilian. Saat Zheyan hampir sampai ke kereta, Lilian keluar dari dalam kereta bersama Rosa.
"Apakah kau lelah?" Tanya Zheyan.
Lilian mengangguk dan memperhatikan sekelilingnya, di depan sana ia melihat sebuah rumah yang tak terlalu besar namun terlihat sangat terawat.
"Apakah selama disini kita akan beristirahat di sana?" Tunjuk Lilian kearah rumah tersebut.
Zheyan menatap arah tunjuk Lilian dan mengangguk, "Iya ... Selamat kita disini kita akan beristirahat di sana, rumahnya mungkin tak terlalu besar namun kakak pastikan kamu nyaman selama disini."
"Rumahnya terlihat sangat terawat, apakah ada yang merawatnya?" Tanya Lilian penasaran.
"Iya...rumah itu setiap hari selalu dibersihkan oleh pekerja perkebunan, agar setiap kali kita datang rumahnya akan tetap bersih." Ucap Zheyan.
"Lalu dimana para pekerja itu tinggal?" Lilian kembali bertanya.
"Di sekitar sini ada sebuah desa namanya desa Orsinia, para pekerja disini sebagian berasal dari desa tersebut, pagi-pagi mereka akan kesini dan sorenya kembali pulang, namun disini ada yang namanya kerja rolling sebagian pekerja pulang dan sebagiannya tetap disini untuk menjaga perkebunan dan akan berganti sesuai jadwal masing-masing." Jelas Zheyan.
"Umm begitu rupanya." ucap Lilian.
"Ayo sekarang kita masuk dan beristirahat dulu" ucap Zheyan.
Zheyan dan Lilian berjalan memasuki rumah tersebut, saat Lilian memasuki rumah tercium aroma bunga yang Lilian sukai yaitu bunga daisy. Sesekali ia memejamkan matanya dan menghirup dalam-dalam aroma yang ia sukai ini.
Lilian sangat menyukai tiga aroma yaitu, yang pertama adalah aroma hasil pembuatan permen kapas, yang ke dua adalah aroma dari bunga daisy dan yang terakhir adalah aroma saat hujan pertama kali membasahi bumi (petrikor).
Zheyan tersenyum saat melihat Lilian memejamkan matanya menikmati aroma dari bunga daisy tersebut.
"Kau tau ... Halaman belakang rumah ini ditumbuhi banyak sekali tanaman bunga daisy, ibu sengaja menyuruh pengurus rumah ini untuk menanamnya agar setiap kau nyaman setiap kali kau datang." Ucap Zheyan panjang.
Lilian tersenyum cerah, "Benarkah ? Woahhhh aku sangat menyukai aromanya, benar-benar bikin nyaman."
"Syukurlah kalau begitu sekarang kau masuk dan beristirahatlah di dalam kamar mu, kakak akan menyuruh pengurus rumah ini menyiapkan makan siang untuk kita, kalau nanti sudah selesai kakak akan memanggil mu." Ucap Zheyan hangat.
"Baiklah kalau begitu." Ucap Lilian senang.
"Nah....kamar mu ada di sana." Zheyan menunjuk salah satu kamar yang berada dipojok ruangan tersebut. Setelah melihat arah tunjuk Zheyan, ia berjalan memasuki kamar tersebut.
°°°
Setelah Makan siang dan beristirahat secukupnya, Zheyan, Asgar dan Lilian sekarang berada di tengah-tengah perkebunan teh. Tak heran keluarga Duke Marven terkenal dengan penghasil teh terbanyak melihat begitu luasnya perkebunan tersebut.
Lilian berlari ke sana dan kemari menikmati sejuknya udara sekitar perkebunan, sesekali ia bersenandung sambil merentangkan kedua tangannya. Zheyan dan Asgar hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang adik.
"Aku sangat menyukai tempat ini, untuk kedepannya kita harus lebih sering kesini, udara disini sangat sejuk." Ucap Lilian senang.
Zheyan dan Asgar hanya tersenyum menanggapi ucapan Lilian. Mereka berjalan mengikuti Lilian yang bahkan tidak sadar kalau ia telah berjalan cukup jauh.
Setelah berjalan melewati perkebunan teh, mata Lilian dimanjakan dengan berbagai macam tanaman sayur dan buah. Beda halnya saat ia sedang melewati kebun teh yang tak melihat satupun pekerja, di sana ia melihat ada banyak pekerja yang sedang duduk dibawah pohon untuk beristirahat.
"Kakak kenapa saat di kebun teh tadi aku tak melihat satupun pekerja." Tanya Lilian bingung.
"Itu karena para pekerja sedang beristirahat, daun teh juga biasanya dipetik pada saat pagi dan sore hari jadi pada siang hari para pekerja gunakan waktunya agar beristirahat." Ucap Zheyan.
Lilian mengangguk singkat tanda mengerti, saat mereka ingin melanjutkan perjalanan tiba-tiba seseorang datang dan menunduk hormat ke arah mereka.
"Maaf tadi saya pikir tuan-tuan dan nona hanya pengunjung biasa, tetapi saat saya lihat dari dekat ternyata keluarga dari pemilik perkebunan ini, saya pikir hari ini tuan dan nona sedang beristirahat karena perjalanan jauh dan akan melihat perkebunan besok makanya saya tak menyiapkan kereta, sekali lagi saya minta maaf." Ucap pria paruh baya tersebut.
"Tak apa-apa paman, kami hanya berjalan-jalan biasa niatnya hanya berjalan disekitar perkebunan teh namun tak disangka adik saya begitu menyukai tempat ini sampai kami berjalan sejauh ini." Ucap Zheyan ramah.
"Kalau begitu tuan-tuan dan nona duduk saja dulu di sana saya akan menyiapkan kereta untuk berkeliling perkebunan." Ucap pria bayah tersebut.
Zheyan mengangguk setuju, "Oh iya Lilian sebelumnya kakak akan perkenalkan, ini namanya paman Wilson, paman inilah yang bertanggung jawab mengurus perkebunan kita" ucap Zheyan.
Paman Wilson tersenyum hormat ke arah Lilian "Jika butuh sesuatu, nona bilang saja pada saya."
"Baik paman, senang bertemu dengan paman." Ucap Lilian.
Setelahnya paman Wilson mengarahkan Zheyan, Asgar dan Lilian agar beristirahat sebentar ke tempat yang teduh dan nyaman. Mereka berjalan melewati para pekerja yang menunduk dan memberi hormat yang ditanggapi senyuman oleh mereka.
Inilah yang para pekerja sukai dari keluarga Duke Marven, mereka tak pernah memandang rendah orang-orang yang berstatus rendah dari mereka dan memperlakukan mereka dengan sangat baik, memang ada desas desus yang mengatakan bahwa putri bungsunya sangat sombong namun saat melihat Lilian yang rela berjalan panas-panasan diperkebunan membuat mereka berasumsi jikalau itu hanyalah berita bohong.
Lilian bahkan tersenyum ramah ke arah para pekerja saat ia berjalan melewati para pekerja, mereka tak berhenti mengangumi kencatikan yang dimiliki oleh putri bungsu dari Duke Marven.
Sembari menunggu kereta, paman Wilson menyiapkan minuman dan juga berbagai buah yang baru saja dipetik. Selang beberapa waktu kemudian, Paman Wilson datang dengan seorang kusir yang mengendarai sebuah kereta kuda.
Kereta yang mereka naikin cukup besar. samping kiri, kanan, depan dan belakang kereta tidak tertutupi apapun sehingga mereka dengan leluasa bisa melihat perkebunan dengan jelas.
Setelah melewati perkebunan sayur dan buah, kereta mereka berhenti pada perkebunan yang terlihat tidak terurus. Lilian sempat mau menanyakan sesuatu namun terhenti saat ia melihat para pekerja perkebunan mau menebang sebuah pohon.
Lilian secara tak sadar mengangkat gaunnya dan melompat dari kereta, ia berlari ke arah para pekerja sambil berteriak. "Jangan tebang pohon itu!" Ucapnya ngos-ngosan.
Para pekerja yang mendengar teriakan Lilian, tidak jadi menebang pohon tersebut dan beralih menatap Lilian bingung.
Zheyan, Asgar dan Paman Wilson baru sadar setelah mendengar teriakan Lilian. Mereka begitu kaget dan tak percaya saat melihat Lilian melompat dari kereta. Setelah sadar mereka bertiga sontak melompat dari kereta dan berlari ke arah Lilian dan para pekerja.
"Lilian apa yang kau lakukan?" Ucap Zheyan setelah sampai di hadapan adiknya.
"Mereka ingin menebang pohon itu." Tunjuk Lilian ke arah pohon tersebut.
"Lalu kenapa?" Tanya Zheyan bingung.
Lilian menatap Zheyan tak percaya. "Aku yang harusnya bertanya kenapa pohonnya mau di tebang?" Ucap Lilian bingung.
"Emm maaf Nona, tadi selama perjalanan saya sudah menjelaskan kalau kita akan membuka lahan perkebunan baru untuk kita tanami tanaman herbal." Jelas Paman Wilsoon.
Lilian memijijit keningnya dan menatap ke arah semua orang. "Kenapa tidak di tempat lain saja jangan menebang pohon ini!"
"Tapi Nona tempat ini yang paling pas untuk kita membuka lahan baru." Ucap Paman Wilson.
"Tidak boleh, pokoknya pohon ini tidak boleh di tebang." Ucap Lilian tak mau kalah.
"Tapi Nona..."
"Aku bilang tidak ya tidak!" Ucap Lilian dengan nada tinggi.
Asgar mendekati Lilian yang mulai marah karena berdebat dengan Paman Wilson. "Tenanglah adik kecil, kau akan terlihat jelek kalau marah-marah." Ucap Asgar sambil mengelus pelan kepala Lilian.
Mendapat elusan di kepala membuat Lilian kembali tenang. Asgar paling mengerti hal apa yang harus dia lakukan saat Lilian sedang marah. "Bisa beri tau kami kenapa pohonnya tidak boleh ditebang ?" Ucap Asgar dengan nada lembut.
Lilian mendongak dan menatap mata Asgar lembut. "Aku sangat menyukai pohon itu."
Asgar melirik sebentar ke arah pohon yang akan di tebang dan kembali menatap Lilian. "Sejak kapan?"
"Sejak aku pertama melihatnya." Ucap Lilian aneh.
Asgar menengok ke arah Zheyan dan memberinya kode untuk menjelaskannya pada Lilian.
"Lilian kau tau apa alasannya pohon itu di tebang?" Tanya Zheyan.
Lilian menggeleng tanda ia tak tau, Zheyan melirik sebentar ke arah Paman Wilson dan kembali menatap Lilian. "Pohon itu sudah tumbuh sangat lama, Paman Wilson dan para pekerja lainnya tidak tau apa manfaat atau kegunaan pohon tersebut, bukan cuman mereka...Ayah, Ibu, Kakak dan orang-orang di kerajaan ini bahkan tak tau apa manfaatnya selain rasa dari buahnya yang sedikit masam." Jelas Zheyan.
Lilian membulatkan matanya tak percaya. "Sungguh?"
Zheyan mengangguk singkat. "Makanya Paman Wilson ingin menebang pohon-pohon itu dan membuka lahan baru untuk ditanami tanaman lain."
Lilian masih tak terima jika pohon itu akan di tebang. Untuk memastikan jika ia tak salah mengenali jenis pohon tersebut, Lilian berjalan mendekat ke arah pohon tersebut.
Tinggi pohon tersebut sekitar 10 meter, memiliki daun tunggal pada setiap tangkai, ujung dan pakal daun meruncing serta tepi daunnya berbentuk rata. Pohon tersebut miliki daun yang bewarna hijau dan buahnya berbentuk bulat memanjang. Buahnya juga bewarna hijau saat belum matang dan berwarna kuning kemerahan saat ia matang.
"Tidak salah lagi." Batin Lilian.
Lilian berbalik dan menatap ke arah semua orang sambil tersenyum lebar. "Ini adalah pohon kakao."
Semua orang menatap Lilian bingung. Melihat tak ada yang menanggapi ucapannya Lilian kembali berjalan mendekat ke arah semua orang setelah memeriksa jenis pohon tersebut.
"Itu adalah pohon kakao atau kata lainnya adalah pohon coklat, buahnya harus kita proses dulu dalam beberapa tahap baru bisa kita olah menjadi makanan atau minuman." Ucap Lilian senang.
Melihat semua orang masih diam Lilian kembali melanjutkan penjelasannya. "Buah ini memang biasa saja jika kita tidak mengolahnya dengan baik, pengolahannya juga membutuhkan sedikit waktu lebih lama, di kerajaan ini kita hanya cenderung meminum teh saja, apa kalian tau ? Buah ini bisa kita olah menjadi minuman yang sangat enak, baik diminum dalam keadaan panas ataupun dingin, selain itu buah ini bisa kita olah sebagai salah satu bahan dalam pembuatan kue atau kudapan, manfaat buahnya juga banyak, salah satunya adalah menghilangkan stres." Jelas Lilian panjang.
Zheyan, Asgar dan yang lain hampir tak percaya mendengar penjelasan Lilian. Bagaimana mereka bisa yakin, hampir semua orang yang mengerti tentang tanaman sudah melihat pohon tersebut namun mereka tidak tau manfaatnya dan dengan mudah Lilian memberinya nama bahkan ia tau proses pengolahannya.
Zheyan dengan ragu bertanya. "Dari mana kau tau tentang pohon itu?"
Saat Lilian ingin menjawab pertanyaan Zheyan, ia baru menyadari betapa bodohnya dia sekarang. Tidak mungkin dia menjawab kalau ia tau dari buku sedangkan pada zaman yang ia tempati sekarang belum mengenal dengan namanya coklat.
°°°
Untuk satu minggu kedepan mungkin tidak bisa UP karena sekolah mengadakan acara Baitul Arqam selama 3 hari 3 malam tapi kalau memungkinkan insyaallah Author sempatin untuk UP. Selama Author pergi tolong jangan tinggalkan Author ya 🤭🤭
Terima kasih atas dukungan dan sarannya ya 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
D'vee
I think chocolate tree is not that tall..
mungkin sekitar 3-4 meter karena disini juga ada pohon itu.. jadi kalau 10M keknya g yakin itu pohon coklat
2022-04-15
1
Dorkas
Maaf yah Thor. aku mau ngasih pendapat ajha.. dikampung ku banyak pohon kakao dan tingginya itu tidak sampai 10 meter atau lebih dari itu Thor. tingginya itu hanya bisa 2 atau 3 meter. soalnya keluargaku punya lahan dan pohon ini menjadi salah satu mata pencaharian keluarga ku.
buahnya juga tidak asam Thor malah manis kayak sirsak gitu. yg digunakan hanya bijinya yg nanti dikeringkan atau dijemur terus diolah menjadi bubuk coklat.
2021-08-24
7
Naswatul Dhyana
aasiiikkkk😀😀
2021-08-16
0