Para bandit yang tersisa menatap ngeri pada pemimpin mereka yang mati mengenaskan ditangan Seint, mereka meneguk ludah dan memandang takut ke arah Seint.
Tak lama berselang pemimpin yang satunya melawan Artem juga jatuh tak berdaya kondisinya tak jauh beda dari bandit yang melawan Seint.
Begitu juga dengan kondisi jajaran para bandit yang berhasil ditaklukan oleh pasukan menengah. Para bandit yang tersisa membuang pedang dan mengangkat tangannya tanda mereka menyerah.
Saat Seint, Artem dan pasukannya fokus menangani sisa pertarungan segerombolan bandit berlari keluar markas menuju ke arah pasar. Seint memberi kode kepada Artem untuk ikut bersamanya berlari mengejar sisa dari bandit tersebut.
"Markas ini sudah aman, kalian selesaikan sisanya, saya dan Pangeran akan mengejar sisa dari bandit." Ucap Artem.
"Baik tuan." Ucap pasukan serentak.
Seint dan Artem berlari mengejar sisa dari bandit tadi, sebelum para bandit tersebut mencapai pasar Seint dan Artem berhasil menyusul dan menghadang mereka.
Para bandit tersebut bergerak maju dan menyerang Seint dan Artem, tanpa kesulitan yang berarti Seint dan Artem berhasil menumbangkan bandit tersebut satu persatu, hingga salah satu bandit bergerak berlainan arah menuju seseorang gadis yang sekarang hanya berdiri diam dan tak bergerak sedikitpun.
Seint dengan gerakkan cepat berlari menuju gadis tersebut sebelum pedang bandit berhasil menyentuh kulitnya, ia berhasil menarik tangan gadis tersebut dan menangkis pedang bandit.
Dengan sekali ayunan pedang, Seint berhasil melukai dada bandit tersebut, sedangkan gadis yang ia selamatkan masih tak bergerak sedikitpun. Seint yakin gadis tersebut masih sangat syok dengan yang dilihatnya.
Seint akhirnya memberi kode pada Artem untuk segera menyelesaikan sisanya dan menarik gadis tersebut menjauhi tempat tersebut. (Tak perlu saya kasih tau pasti kalian udah tau siapa gadis yang saya maksud 🤭)
°°°
Sejak Lilian menghilang kondisi Rosa tidak bisa di bilang baik, mata sembab, hidung merah, rambut acak-acakan bahkan jari kaki yang mengeluarkan cairan merah yang sudah mengering tak ia hiraukan.
Terakhir kali ia bersama Lilian adalah saat mereka sedang memilih kudapan namun karena asik memilih Rosa tidak menyadari bahwa Lilian sudah tidak ada lagi disampingnya.
Saat menyadari Lilian tak lagi bersamanya Rosa mencoba mencari Lilian disekitar pasar yang menjual jajanan lainnya namun Rosa tak dapat menemukannya. Ia memutuskan mencari ke semua sudut pasar bahkan sampai di gang-gang kecil di dekat pasar sudah ia cari namun sosok yang ia cari sama sekali tidak ada.
Perasaan khawatir mulai menyerang Rosa saat beberapa kali ia memutari jalanan pasar, namun Lilian juga tidak ia temukan. Ia mulai menangis dan berlari memanggil nama Lilian, orang-orang yang melihatnya menganggap Rosa mungkin sudah gila karena menangis dan berteriak.
Merasa usahanya tak membuahkan hasil, Rosa berlari menuju kediaman Duke Marven. Saat itu sang tuan sedang menyelesaikan dokumen didalam ruang kerjanya.
Rosa berlari menuju ruang kerja Duke Marven dan membuka pintu secara paksa membuat sang tuan kaget dan ingin memarahinya karena dianggap tidak sopan.
Melihat penampilan Rosa yang berantakan membuat Duke Marven mengurungkan niatnya.
"Ampun tuan saya tidak bisa menjaga nona dengan baik." Rosa menangis sambil berlutut dihadapan Duke Marven.
Duke Marven berdiri dan menatap Rosa bingung "apa maksud mu?"
"Nona.....nona....nona....menghilang tuan" Ucap Rosa sesegukan.
Rahang Duke Marven mengeras dan wajahnya memerah. "CERITAKAN DENGAN JELAS!"
Rosa gemetar saat mendengar bentakan dari Duke Marven. "Ampun tuan, saya dan Nona tadi pergi ke pasar untuk membeli kudapan tehnya Nona, saat memilih kudapan Nona masih berada di samping saya namun karena asik memilih kudapan saya tidak menyadari sejak kapan Nona menghilang, saya pikir mungkin Nona mencari jajanan lain dan saya mencarinya ditempat penjual jajanan namun saya tak menemukan Nona lalu saya coba cari disekitar kami membeli kudapan akan tetapi Nona juga tidak ada, akhirnya saya memutuskan mencarinya di seluruh pasar namun juga Nona tidak terlihat, beberapa kali saya sudah mengelilingi pasar siapa tau saya terlewat, namun saya juga tak menemukannya, saya juga mencarinya di gang-gang kecil sekitar pasar namun Nona juga tidak ada tuan, akhirnya saya memutuskan berlari kesini dan mengabarkan pada Tuan."
"Sudah berapa lama ia menghilang " Tanya Duke Marven datar.
"Sudah beberapa jam lalu Tuan." ucap Rosa takut.
Duke Marven memejamkan mata dan mengepalkan tangannya erat. "PRAJURIT!"
Prajurit yang menjaga pintu masuk dan menunduk hormat "Iya Tuan."
"Kerahkan semua prajurit terbaik kediaman ini dan cari dimana keberadaan putriku, ia pergi ke pasar bersama pelayannya dan menghilang ditempat penjual kudapan, perintahkan satu orang agar pergi secepatnya ke istana dan katakan pada Zheyan segera pulang." Ucap Duke Marven tegas.
"Baik Tuan." Ucap prajurit tetsebut dan melangkah keluar.
°°°
Entah sudah berapa lama Duke Marven berjalan mondar mandir menunggu kabar sang putri yang di kabarkan menghilang, semua prajurit terbaik di kediamannya sudah ia kerahkan untuk mencari keberadaannya namun sampai sekarang belum ada informasi apapun mengenai sang putri.
Kondisi sang istri bahkan lebih buruk dari sang suami, sejak pelayan setia putrinya mengabarkan bahwa tuannya menghilang sang ibu tak henti-hentinya menangis dan meraung memanggil nama putrinya.
Zheyan bahkan meninggalkan urusannya di istana saat seorang prajurit dikediamannya mengabarkan bahwa sang adik menghilang. Baron Avalon ayah dari Asgar juga ikut mengerahkan prajurit di kediamannya untuk membantu mencari Lilian.
Beberapa waktu telah berlalu, suara langkah kaki terdengar memasuki kediaman, Duke Marven yang sedari tadi berjalan mondar mandir tak jelas berhenti dan memandang pintu masuk.
Terlihat Zheyan dan Asgar berjalan masuk dengan wajah lesuh dan kecewa yang tecetak jelas di wajah mereka masing-masing.
Duke Marven mendekati Zheyan dan bertanya. "Bagaimana ? Apakah adik mu sudah ketemu?"
Zheyan menghelas napas berat dan menggeleng. melihat jawaban putranya membuat Duke Marven kecewa, matanya bahkan mulai berkaca-kaca. Sang ibu yang sedari tadi mulai tenang kini kembali menangis histeris.
"Lilian kamu dimana nak....." Tangis ibu Lilian. "Dia belum bisa mengingat apapun, bagaimana jika ia kesasar dan tidak bisa pulang karena tidak tau jalan, dia bahkan belum makan, bagaimana kalau terjadi apa-apa kepadanya."
"Ibu tenanglah, Lilian pasti baik-baik saja." Ucap Zheyan mencoba menenangkan sang ibu.
"Bagaimana kamu tau dia akan baik-baik saja sedangkan kamu disini dan Lilian entah dimana sekarang, belum lagi tadi ada berita pasukan istana menyerang markas bandit yang berada disekitar pasar." Ucap ibunya histeris.
Duke Marven, Zheyan dan Asgar tak bisa berkata apa-apa lagi memang mereka sudah mendengar kabar bahwa pasukan dari istana yang dipimpin langsung oleh pangeran mahkota berhasil meluluh lantahkan markas para bandit.
Kabar tersebut bersamaan dengan menghilangnya Lilian, kabar yang membuat mereka tambah khawatir adalah beberapa bandit berhasil melarikan diri dari markas dan berlari ke arah pasar. Saat mereka sedang sibuk memikirkan hal itu seorang prajurit masuk dan menunduk hormat.
"Lapor tuan, Nona Lilian terlihat berjalan pulang bersama Pangeran Mahkota dan Tuan Artem, sebentar lagi mereka akan memasuki gerbang kediaman." Ucap salah satu prajurit.
Mendengar itu semua orang yang berada di ruangan tampak bernafas lega seperti beban berat yang ada dipunggung mereka menghilang. Tak menunggu lama mereka berlari keluar menuju gerbang dan melihat Lilian tampak lesu sedang berjalan bersama Seint dan Artem.
Illyria berlari ke arah putrinya dan memeluk putrinya dengan sangat erat. "Kau kemana saja Lilian kami semua sangat mengkhawatirkan mu." Ucapnya sambil menangis.
Duke Marven, Zheyan dan Asgar menunduk memberikan hormat kepada Seint dan Artem. Seint hanya mengangguk dengan wajah tanpa ekspresi dan Artem menunduk memberi hormat kembali.
"Aw...aw..aduh ibu sakit." Ucap Lilian saat Illyria memeluknya dengan erat sehingga tak sengaja menyentuh luka di lengannya.
Duke Marven, Illyria, Zheyan dan Asgar tampak memandang ke arah luka Lilian dan melihat lukanya.
"Ini kenapa?" Tanya Illyria.
"Apa ini sakit?" Tanya Duke Marven
"Kamu kemana dan kenapa bisa terluka?" Tanya Zheyan.
"Apakah seseorang menyerang mu?" Tanya Asgar.
Lilian mengerjapkan mata beberapa kali dan memandang wajah mereka satu-satu, ia tak tau mau menjawab apa karena ia sendiri bingung dengan yang terjadi padanya.
Melihat Lilian yang diam saja sedangkan empat orang yang didepannya menuntut penjelasan, Seint menatap kearah Artem dan menggerakkan wajahnya ke arah empat orang tersebut agar Artem memberi penjelasan pada mereka.
Artem berdehem. "ekhmm....tadi saat kami sedang melawan sisa bandit yang kabur, kami melihat nona Lilian juga berada ditempat yang sama, salah satu bandit berlari kearahnya dan mengayunkan pedang, namun dengan cepat pangeran menyelamatkan dan membawanya pergi, untuk luka mungkin ujung dari pedang bandit tersebut sempat mengenai lengannya." jelas Artem.
Mendengar penjelasan dari Artem membuat semua orang kaget."Lalu apa yang kau lakukan di sana?" Ucap Asgar.
"Aku kesasar." Ucap Lilian cepat.
"Sudah...sudah...hal ini akan kita bahas nanti, yang mulia silahkan masuk dulu." Ucap Duke Marven.
"Maaf tuan Duke Marven kami harus segera pulang ke istana untuk melapor pada yang mulia raja." Ucap Artem.
"Mungkin lain kali." Ucap Seint.
Sebelum pergi Sein memandang Lilian dengan tatapan tajam, sadar di tatap dengan tajam Lilian pura-pura memandang arah lain.
°°°
Maaf ya part ini mungkin tidak sesuai keinginan kalian, Author sempatin nulis part ini disela-sela kegiatan Ramadhan di sekolah.
Kritik, saran dan likenya saya tunggu 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Rizky Anindiya
lanjut thor.seru nih
2022-03-16
0
Salsabila🦩⃝ᶠ͢ᵌRani
next kk author
2021-06-20
0
Siii_
Lanjut.....
2021-04-21
1