Keesokan harinya saat pagi menjelang, Lilian terbangun dari tidur lelapnya. Setelah selesai melakukan kegiatan dikediamannya, Lilian, Rosa beserta para pengawal suruhan Kakaknya berangkat menuju pasar.
Sebelumnya Lilian sudah menuliskan bahan-bahan yang akan ia cari dalam selembar kertas yang sekarang tengah ia pegang.
Sesampainya di pasar Lilian mulai mencari bahan yang ia butuhkan.
"Rosa dimana tempat penjual, terigu, gula dan bahan pembuatan kue lainnya?" Tanya Lilian.
"Di Sana Nona." Ucap Rosa sambil menunjuk sebuah toko yang cukup besar.
Lilian, Rosa serta para pengawalnya berjalan menuju toko yang tadi di tunjuk oleh Rosa. Saat memasuki toko, beberapa pegawai datang menghampiri Lilian.
"Selamat datang di toko kami Nona, silahkan di lihat-lihat dulu." Ucap pegawai toko.
Lilian kemudian berjalan mencari bahan-bahan yang ia butuhkan. Kemudian ia menyuruh Rosa memanggil salah satu pegawai toko untuk membantunya mencari bahan-bahan yang ia butuhkan. Kemudian Rosa kembali datang bersama salah satu pegawai toko.
"Ada yang bisa saya bantu Nona?" Ucapnya sopan.
"Ya...saya membutuhkan 10 karung terigu, 15 tray telur ayam, 1 karung gula pasir, 10 liter minyak goreng, 1 karung kecil garam dan kacang-kacangan kalau ada." Ucap Lilian.
"Sebentar Nona akan saya siapkan, sembari menunggu silahkan duduk dulu di kursi sana." Ucap pegawai toko.
Lilian kemudian berjalan menuju kursi yang di maksud pegawai toko. Beberapa saat kemudian datang seorang wanita yang Lilian yakini adalah pemilik toko tersebut.
"Maaf karena Nona telah lama menunggu, pegawai saya sedang menyiapkan pesanan Nona." Ucap wanita pemilik toko tersebut.
"Tidak apa-apa." Ucap Lilian.
"Silahkan diminum dulu teh nya Nona." Tawar wanita pemilik toko.
Lilian mengangguk dan menyesap teh yang di sediakan oleh pemilik toko.
Setelah semua pesanan Lilian sudah terkumpul, Lilian menyuruh pemilik toko agar menghitung semua belanjaannya.
"Semuanya menjadi tujuh koin emas dan dua puluh koin perak Nona." Ucap pemilik toko.
Lilian mengeluarkan delapan koin emas dari kantongnya dan menyerahkannya pada pemilik toko. "Sisanya untuk biaya pengiriman, antarkan barang belanjaan saya ini ke kediaman Duke Marven." Ucap Lilian.
Pemilik toko tersebut langsung membulatkan matanya saat Lilian menyebut nama Ayahnya. "Ba...baik Nona, akan saya kirim secepatnya." Ucapnya.
Lilian kemudian mengangguk dan berjalan keluar dari tokoh tersebut setelah urusannya selesai.
"Untung saja tadi saya tak salah ngomong." Ucap pemilik toko saat melihat Lilian sudah berjalan menjauh.
°°°
"Nona apakah masih ada sesuatu yang Anda butuhkan?" Tanya Rosa.
"Aku membutuhkan banyak buah lemon, wadah penyimpanan air, dan kain. kau tau aku harus mencarinya dimana?" Ucap Lilian.
"Saya tau Nona, penjual lemon bersebelahan sama penjual wadah, mari saya tunjukkan jalannya." Ucap Rosa.
Setelah membeli banyak lemon dan beberapa wadah untuk penyimpanan air, Lilian berjalan menuju toko yang menjual kain dengan Rosa sebagai penunjuk jalannya.
Saat memasuki toko seorang pegawai wanita datang menyambut mereka. Lilian berjalan mengelilingi isi toko untuk mencari kain yang ia butuhkan.
"Nona membutuhkan kain yang seperti apa?" Ucap pegawai wanita tersebut.
"Saya membutuhkan kain yang tipis namun terbuat dari bahan yang bagus" Ucap Lilian.
"Sebentar Nona saya carikan dulu." Ucap pegawai tersebut.
Saat Lilian dan Rosa sedang memilih kain tiba-tiba beberapa orang datang mendekati Lilian.
"Salam Nona Lilian senang bisa bertemu anda disini." Ucap Raina sambil menundukkan badannya.
"Salam Nona Raina, senang juga busa bertemu dirimu." Ucap Lilian sambil menundukkan badannya juga.
"Sungguh kebetulan sekali bisa bertemu dengan mu disini, kalau boleh saya tau apa yang hendak putri bungsu Duke Marven lakukan di sini?" Ucap Raina.
Lilian mengangkat sebelah alisnya. "Seperti yang Anda lihat Nona, saya sedang berada di toko kain, yang berarti saya sedang membeli kain." Ucap Lilian.
Raina tersenyum mengejek mendengar ucapan Lilian, "Tak biasanya Nona Lilian langsung turun tangan sendiri dalam memilih kain." Raina melirik sebentar ke arah kain yang Lilian pegang. "Terlebih kain yang anda pilih adalah kain tipis." Lanjutnya.
"Saya memang sedang membutuhkan kain yang tipis, di kediaman ku ada begitu banyak kain namun sayangnya kain-kain itu terlalu tebal dan halus." Ucap Lilian tersenyum tenang.
"Oh begitukah ? Saya kira Nona Lilian hanya asal memilih kain saja, makanya saya ingin membantu Nona Lilian untuk memilih kain terbaik." Ucap Raina sambil tersenyum.
"Tidak perlu repot-repot." Ucap Lilian.
"Tidak perlu sungkan Nona Lilian, keberadaan saya disini juga sedang memahami keinginan pembeli, sebentar lagi festival akan di adakan oleh pihak istana jadi saya harus memahami keinginan pembeli, oh iya bicara tentang festival apakah keluarga Duke juga sudah menyiapkan sesuatu?" Ucap Raina.
"Tentu saja, festival ini di adakan untuk para bangsawan, bertujuan untuk tetap mempererat hubungan dengan penduduk. Karena festival ini akan di hadiri oleh banyak orang tentu saja keluarga Duke harus mempersiapkan yang terbaik." Ucap Lilian.
"Anda benar sekali, kami juga selalu mempersiapkan yang terbaik makanya keluarga Marquis dan Viscount selalu menang dalam festival ini." Ucap Raina.
"Ini orang kayaknya ngajak ribut, baiklah akan aku ladenin" Batin Lilian.
"Ohh tentu saja keluarga Marquis selalu menang dalam festival, siapa di kerajaan ini yang tidak tau kualitas kain yang di miliki keluarga Marquis ? Terlebih lagi keluarga Viscount ahli dalam strategi dagang, Tentu saja tambah membuat kedua keluarga tambah kuat, tapi..." Ucap Lilian gantung.
"Tapi kenapa?" Tanya Raina.
"Saya heran meski kedua keluarga selalu menang dalam festival..." Jeda Lilian sebentar pura-pura sedang berpikir. "Kenapa kedua keluarga tersebut tidak bisa menguasai harga pasar ya?" Ucap Lilian.
Senyum yang selalu terukir indah di wajah Raina sedari tadi memudar mendengar ucapan Lilian.
"Tapi tetap saja keluarga mu selalu kalah dalam festival ini." Ucap Sona (pelayan Raina) tiba-tiba dengan nada tinggi.
Rosa yang mendengar nonanya dibentak tidak terima. "Diam kamu, status mu hanya pelayan rendahan seperti ku, berani-beraninya kau meninggikan suara mu di dapan Nona ku." Ucap Rosa marah.
"Diam kamu...apakah dirumah tuan mu tidak di ajarkan bagaimana caranya bersopan santun di depan bangsawan?" Ucap Raina marah pada Rosa.
Lilian tersenyum mengejek ke arah Raina. "Bagaimana caranya dia bisa bersopan santun menghadapi bangsawan dan pelayan rendahan yang sama sekali tak memiliki etika." Ucap Lilian tegas.
"Apa maksud mu?" Ucap Raina marah.
"Kami ke sini bertujuan untuk berbelanja bukan mau ribut, ku harap Nona Raina pergi dari sini untuk mencegah kekeributan." Ucap Lilian tenang.
"Berani sekali kau mengusir Nona ku, dasar tidak tau malu, selama ini kau yang selalu membuat keributan." Ucap Sona.
"Kau begitu lancang dasar pelayan rendahan tak tau diri, saya masih ingat dengan jelas siapa yang selalu memulai keributan, namun seperti biasa seseorang akan bertingkah sebagai korban, lalu siapa disini yang tak tau malu?" Ucap Rosa marah.
"Beraninya kau..." Ucap Raina marah sambil mengangkat tangannya untuk menampar Rosa.
Namun sebelum tangan Raina mendarat dipipi Rosa, dengan sigap Lilian menangkap tangan Raina. "Jaga Batasan mu Nona Raina, status mu lebih rendah dariku." Ucap Lilian lalu menghempaskan tangan Raina.
Raina terdorong kebelakang karena hempasan dari Lilian. Mendengar suara ribut dari arah toko kain, semua warga sekitar toko datang melihat keributan yang terjadi. Mereka tak menyangka keributan itu berasal dari dua putri keluarga bangsawan terpandang di kerajaan Apollonia.
Pemilik toko bahkan tak berani melerai kedua bangsawan tersebut, ia takut melakukan kesalahan sehingga membuat keberadaannya terancam.
Mendengar banyak keributan Raina menjatuhkan tubuhnya kelantai dan menangis, "Apa kesalahan ku Nona Lilian ? Kenapa kau begitu keras mendorong ku?" Ucap Raina sambil menangis sesegukan.
Lilian mendengus kesal ke arah Raina, "Benar-banar wanita licik, tampang doang polos namun bermuka dua." Batin Lilian.
"Aku tau kau kesal kepada ku namun tidak seharusnya kau mendorong ku begitu keras." Ujar Raina lagi sambil masih menangis.
Lilian menatap jijik ke arah Raina "Kau gadis yang paling menyedihkan yang pernah ku temui, pintar bersandiwara dan bermuka dua." Ucap Lilian tenang.
"Aku tak mengerti ucapan mu Nona Lilian." Ucap Raina lemah.
"Ya...bagaimana mungkin wanita seperti mu bisa mengerti ucapan ku, kau hanya akan mengerti sesuatu yang bisa menguntungkan mu saja, seperti berpura-pura lemah, menggunakan air mata sebagai senjata, dan bersikap seperti gadis yang tak berdaya." Ucap Lilian sambil tersenyum mengejek.
Mendengar ucapan Lilian membuat Raina mengepalkan tangan dibalik gaun panjangnya. "Biasanya dia akan meledak kalau aku panasin namun kenapa kali ini ia bersikap sangat tenang." Batin Raina.
Tak lama kemudian suara riuh kembali terdengar dari kerumunan warga, seseorang datang membelah kerumunan dan berdiri tepat dibelakang Lilian, orang tersebut adalah Seint.
Melihat keberadaan Seint membuat Raina kembali melanjutkan aksinya.
"Sebelumnya saya sudah meminta maaf namun kenapa Nona Lilian malah mendorong saya, kalaupun dengan menyakiti saya membuat mu bisa memaafkan saya silahkan sakiti saja saya Nona." Ucap Raina sambil menangis.
Lilian menatap Raina malas. "Rosa segera bayar pesanan kita, aku sudah sangat muak melihat gadis bermuka dua ini entah berapa banyak muka yang ia punya, hari ini aku punya banyak pekerjaan dan aku tak ingin merusak hari ku karena melihat gadis menyedihkan sepertinya." Ucap Lilian.
"Baik Nona." Ucap Rosa.
Saat Rosa berbalik ia begitu kaget melihat Sein berdiri tepat di belakang Lilian, lalu Seint memberikan kode pada Rosa agar ia tak memberi tau kan Lillian keberadaannya.
"Anda salah satu putri bangsawan tinggi namun kenapa kata-kata mu tidak mencerminkan seorang putri bangsawan." Ucap Raina.
"Saya tidak bisa menggunakan kesopanan saya sebagai putri bangsawan jika berhadapan dengan gadis seperti mu, lalu apakah kelakuan mu yang sangat menyedihkan itu mencerminkan status mu sebagai putri bangsawan ? Status mu lebih rendah dariku namun kau dengan tidak sopannya meninggikan suara didepan ku bahkan berniat menampar orang kepercayaan ku, belum lagi sikap pelayan rendahan mu itu yang dengan berani menyebut ku tak tau malu, jika aku melaporkan mu ke pihak istana maka hukuman cambuk 50 kali masih sangat ringan untuk mu dan jika aku mau besok pagi pelayan rendahan mu itu sudah tidak bisa kau lihat lagi." Ucap Lilian panjang.
Mendengar ucapan Lilian membuat Raina terdiam dan tak bisa menjawab ucapan Lilian.
"Karena hari ini aku punya banyak pekerjaan maka akan aku lepaskan pelayan rendahan mu itu namun kalau suatu hari nanti ia kembali bertingkah maka aku akan langsung merobek mulutnya." Ucap Lilian tegas.
Raina mengepalkan tangannya keras sampai kuku-kukunya memutih. Tak Raina sangka akan sangat sulit menghadapi Lilian sekarang, biasanya ia hanya perlu sedikit memancing Lilian akan langsung meledak. Namun sikap gadis itu sekarang begitu tenang.
"Sudah selesai?" Tanya Seint memecah ketegangan antara Raina dan Lilian.
Lilian berbalik dan terkejut melihat Seint tepat di belakangnya. "Sejak kapan ia berada di sini?" Batin Lilian bingung.
"Pulang." Ucap Seint lalu menarik tangan Lilian.
"Sejak kapan kau berada disini?" Tanya Lilian sambil menyeimbangkan langkahnya dengan Seint.
"Dari tadi." Ucap Seint.
Lilian hanya mengangguk singkat dan berjalan bersama dengan Seint yang masih setia memegang tangannya.
Raina yang melihat adegan Lilian dan Seint semakin marah dan memukul lantai toko beberapa kali dengan sangat keras. Ia tadi sempat berpikir Seint akan mengasihaninya dan akan menolongnya namun laki-laki itu hanya diam dan menunggu Lilian selesai berbicara setelah itu membawa gadis itu pergi.
°°°
Tetap beri dukungan untuk author ya 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
😏😏😏nona bermuka dua maaf ya d cuekkin, gak ada guna 😆😆😆😆
2022-03-04
0
Ayu Mokoginta
dasar siluman muka 2, g ad malu'y. cantik tp g ada akhlak
2021-12-10
0
Widy Dyaz
keren ceritanya... ❤❤❤❤
2021-07-29
0