7. Busur

Lilian berjalan menuju tempat berlatih memanah sambil membawa busur yang diberikan oleh Asgar. Jarak ia berdiri dengan papan panah sekitar lima belas meter, sesudah memastikan sesuatu, ia berbalik ke arah Zheyan dan Asgar sambil tersenyum lebar dan mengacukan jempolnya.

Awalnya semua orang menatap interaksi antara Zheyan, Asgar dan Lilian biasa saja. Karena setiap kali mereka bertemu pemandangan yang mereka lihat adalah Lilian yang selalu bersikap manja kepada keduanya. Namun kali ini berbeda, bukan hanya Zheyan dan Asgar memanjakannya namun Lilian terlihat fokus pada busur yang sebelumnya dipegang oleh Zheyan. Tidak hanya itu Lilian bahkan berjalan mendekat ke arah papan panah.

Ia terlihat seperti sedang mengukur jarak papan panah dengan tempatnya berdiri. "Tidak mungkin ia mau memanah." Itu yang semua orang pikirkan. Bagaimana mereka tak berpikir begitu, Jangankan untuk memanah Lilian bahkan tak pernah terlihat sekedar memegang busur.

Saat semua orang tengah memikirkan hal apa yang akan dilakukan oleh Lilian, mereka di buat terkejut pasalnya Lilian sedang melakukan ancang-ancang siap untuk memanah.

"Apakah dia akan memanah?" Tanya satu sama lainnya.

"Tidak mungkin dia bisa melakukannya, dia hanya tau merengek saja." Ucap salah satu Putri bangsawan sambil tersenyum sinis.

"Iya benar sekali, paling dia hanya bertingkah untuk mendapatkan perhatian dari Pangeran Mahkota." Timpal putri bangsawan lainnya.

"Aku bahkan berani bertaruh kalau panah yang ia lepaskan nanti akan jatuh tepat di depannya." Ucap Putri lainnya.

Raina dan putri lainnya tertawa mengejek ke arah Lilian, sedangkan Zheyan dan Asgar sudah sangat khawatir apa yang akan Lilian lakukan kali ini. Sementara Putri Evilia merasa yakin kalau Lilian bisa melakukannya. Pangeran Seint dan Artem hanya terdiam mereka hanya fokus melihat ke arah Lilian.

Sedangkan orang yang sedang mereka perhatikan berdiri dengan percaya diri, ia sedang memikirkan besar gaya yang harus ia gunakan untuk mendorong anak panah pada jarak tertentu hingga bisa sampai ke papan panah.

Setelah yakin Lilian pun mengambil anak panah yang sudah di sediakan di samping tempat ia berdiri, dia berdiri dengan tegak membuka sedikit kaki kirinya kedepannya dan mulai mengangkat busur dengan tangan kirinya mengarahkannya ke arah papan panah lalu ia menarik busurnya dan menyipitkan mata ke arah tujuannya hingga setelah yakin ia pun melepas anak panahnya.

Satu dua tiga hingga beberapa detik setelah anak panah dilepaskan tidak ada yang bersuara, mereka terdiam membulatkan matanya sempurna bahkan ada dari mereka yang tidak menutup mulutnya karena terkejut.

Anak panah yang Lilian lepaskan tertancap kuat pada titik hitam kecil papan panah tersebut. Hingga suara prajurit penjaga papan panah menyadarkan keterkejutan mereka.

"95 nilai untuk Nona Lilian, Putri dari keluarga Duke Marven." Teriak prajurit tersebut.

Zheyan dan Asgar sontak berlari ke arah Lilian setelah sadar dari keterkejutannya. Zheyan bahkan menggenggam kuat tangan mungilnya dan menatap Lilian lekat.

"Sejak kapan kamu berlatih memanah?" Tanya Zheyan serius.

Lilian mengerjapkan matanya ke arah Zheyan dan Asgar bergantian, ia bingung mau menjawab pertanyaan Zheyan. Sebenarnya tadi ia sudah menyiapkan jawabannya namun melihat ekspresi dari Zheyan dan Asgar membuatnya seketika lupa.

Zheyan yang tak sabar mendengar jawaban Lilian pun menggerakkan tangan Lilian. "Jawab Kakak Lilian!"

Lilian bahkan merasa sulit bernafas saat melihat tatapan Zheyan kepadanya sampai ia menjawab dengan terbata. "A...ak..aku ti..tidak ta..tau..kakak, a..aku tidak ingat."

"Tapi sejak awal kau memegang busur itu sepertinya kau sangat yakin bisa melakukannya." Ucap Zheyan sambil menatap dalam ke mata Lilian.

"Aku hanya melakukan sesuai insting ku saja makanya aku yakin bisa melakukannya." Ucap Lilian.

"Kalau hanya mengandalkan insting saja nilainya tidak mungkin hampir sempurna Lilian." Kali ini Asgar yang berucap.

"Ya mungkin saja hari ini adalah hari keberuntungan ku." Ucap Lilian.

Zheyan menghembuskan napas kasar dan menatap ke arah Asgar "bagaimana ini?"

"Hei kau biasa saja tak perlu merasa khawatir, yang tadi itu hanya kebetulan saja." Ucap Asgar.

"Apa kau yakin?" Tanya Zheyan menatap dalam ke arah Asgar.

Asgar bahkan tak yakin dengan yang ia ucapkan. "Lilian sudah bilang hanya bergerak sesuai insting."

"Insting bisa hampir sesempurna itu?" Tanya Zheyan.

"Haissss" Asgar mengacak rambutnya frustasi. "Kita pulang saja, lebih baik kita membahasnya kepada Ayah dan Paman." Saran Asgar.

"Ya....kurasa itu yang harus kita lakukan." Ucap Zheyan.

Lilian bingung kenapa kakaknya dan Asgar bereaksi sangat berlebihan padahal dia hanya memanah sekali saja. Reaksi yang mereka berikan berbeda dengan perkiraannya, bukannya merasa senang mereka lebih seperti orang yang sedang khawatir. Saat tangannya ditarik oleh Zheyan ia hanya berjalan mengikuti langkah kakaknya tak berani bertanya.

Sedangkan di tempat orang-orang yang menertawakan Lilian tadi mereka masih terkejut dengan yang mereka lihat, "Bagaimana bisa Lilian melakukannya dengan sangat baik," kurang lebih begitu yang mereka pikirkan. Dari jauh mereka juga bisa melihat Reaksi Zheyan dan Asgar yang sama bingungnya dengan mereka.

Begitu halnya dengan pangeran Seint, Putri Evilia, Artem dan Raina mereka memikirkan hal yang sama. "Sejak kapan Lilian belajar memanah?" Saat banyak pertanyaan-pertanyaan yang mereka pikirkan Tentang bagaimana Lilian bisa memanah dengan baik, terlihat Zheyan, Lilian dan Asgar berjalan mendekat ke arah pangeran mahkota.

Sesampainya mereka di hadapan pangeran mahkota, Zheyan membukukan badannya hormat. " Hormat hamba Yang Mulia Pangeran maafkan saya jika lancang akan tetapi kami ingin minta ijin undur diri lebih awal di karenakan Adik saya merasa sedang tidak enak badan."

Pangeran Seint melirik ke arah Lilian hingga mata merekapun bertemu dan menatap satu sama lain cukup lama, Artem yang melihat pangeran Sein diam saja pun menyenggol lengannya.

"Baiklah, latihan kita pun saya rasa sudah selesai." Ucap Pangeran Seint.

"Terima kasih Pangeran, kalau begitu kami mohon undur diri." Ucap Zheyan, lalu menunduk hormat di ikuti oleh Lilian dan Asgar.

Selepas kepergian Zheyan, Lilian dan Asgar, yang lainpun mohon ijin untuk pulang tak terkecuali dengan Putri Evilian dan Raina. Kini tersisa hanya Pangeran Sein dan Artem yang sekarang sedang duduk dibawah pohon tepatnya di belakang tempat latihan mereka tadi. Tempatnya sangat sejuk karena di tumbuhi banyak pohon dan bunga hiasan. Di sana adalah tempat yang biasa mereka kunjungi setelah latihan, selain sejuk letak tempatnya dekat dengan tempat latihan sehingga mereka tak perlu berjalan jauh untuk sekedar beristirahat setelah berlatih.

Pangeran Seint berbaring dibawah pohon yang sangat rindang, matanya terpejam dan kedua tangannya ia jadikan sebagai bantal sedangkan Artem duduk bersandar pada batang pohon di samping Seint, Pikirannya kembali mengingat kejadian tadi.

Artem menegakkan badannya dan menatap ke arah Seint yang tengah berbaring. "Apa kau tidur?"

"Tidak." Ucap Seint.

"Bagaimana menurut mu tentang Nona Lilian?" Tanya Artem.

Sein membuka matanya dan melirik sebentar ke arah Artem lalu menatap keatas langit. "Entah."

"Aku sedari tadi tak berhenti memikirkannya." ucap Artem yang juga menatap ke arah langit.

Sein memicingkan mata ke arah Artem dan sedikit meninggikan suaranya, "Kau menyukainya?"

Artem membulatkan matanya dan refleks tubuhnya ia hadapkan ke arah Seint. "Bu..bukan begitu maksud ku, aku hanya memikirkan bagaimana bisa ia memanah dengan baik seperti orang yang terlatih."

"Benarkah?" Tanya Seint yang masih memicingkan matanya.

Artem tersenyum lebar melihat Seint, dia punya cara untuk menggodanya, Seint sendiri yang melihat Artem tersenyum mengerti arti dari senyumannya. Buru-buru ia paling kan wajahnya dan kembali menatap langit.

Artem yang melihat reaksi Seint pun tambah semangat ingin menggodanya. "Kenapa kau terlihat tidak suka saat aku bilang sedang memikirkan Nona Lilian?" Tanya Artem dengan senyum jahil.

"Aku hanya bertanya." Ucap Seint cuek.

"Lalu kenapa kau bertanya? Biasanya kau tak akan peduli." Ucap Artem masih dengan senyum jahilnya.

"Aku hanya bertanya siapa tau kau menyukainya." Ucap Seint masih dengan nada cueknya.

"Lalu kalau aku menyukainya bagaimana? Apa kau akan marah?" Tanya Artem lagi.

"Tidak, kenapa aku harus marah." Seint mulai meninggikan suaranya menatap tajam ke arah Artem.

"Ya sudah kalau begitu, berarti kau tak menyukainya sekarang aku bebas menyukai dan bertemu dengannya tanpa takut kau marah." Ucap Artem tersenyum sambil menatap langit.

Seint yang mendengar jawaban dari Artem refleks mendudukkan tubuhnya dan menatap tajam ke arah Artem, "Jadi selama ini kau menyukai dan sering bertemu dengannya tanpa aku ketahui?" Tanya Seint yang sekarang terlihat emosi.

Artem melihat perubahan wajah dari Seint sekarang nyalinya menciut untuk menggoda Sein, niatnya hanya menggoda tapi yang ia dapatkan tatapan yang seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup.

"Bu...bukan begitu maksud ku." Ucap Artem gugup.

"Lalu bagaimana maksud mu?" Tanya Seint lagi.

"A...aku hanya menggoda mu saja siapa sangka kau ternyata akan marah." Jelas Artem.

Sein memalingkan wajahnya dan menatap sembarang, "Siapa yang marah?" Ucapnya kembali dengan nada cuek.

"Haisssss kau bahkan menatap ku seakan-akan kau ingi menelan ku hidup-hidup." Ucap Artem

Seint kembali menatap Artem tajam dan yang di tatap pun kembali gugup, "Iya...iya aku percaya kau tak marah." Ucapnya.

Seint kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata kembali, Artem yang melihatnya pun tersenyum. Ia tahu sedari kecil Seint tidak pernah bisa mengatakan apa yang ia rasakan, Seint cenderung dingin dan cuek terhadap orang-orang sekitarnya. Tetapi sebagai sahabatnya sedari kecil, Artem bisa memahami apa yang Seint inginkan dan rasakan. Meski memang Seint adalah orang yang dingin namun sebenarnya ia memiliki hati yang hangat terhadap orang-orang yang ia sayangi.

Menjalin persahabatan sedari kecil membuat mereka sangat akrab dan memahami satu sama lain. Sifat Artem yang hangat pun bisa mengimbangi sifat Seint yang dingin. Melihat Sein yang berbaring dengan tenang membuat Artem ikut berbaring dan memejamkan matanya.

°°°

Mohon dukungan dan sarannya 😊

Terpopuler

Comments

@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡

@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡

rata rata ya pasti ceritanya klo kemarin d kejar gak mau, sekarang cuek penasaran

2022-03-04

1

tukang nyimak

tukang nyimak

gpp typo, aku yg klo gk buru2 jg sering begitu😁😁😁😁😁😁😁😁😁

2021-06-21

0

Misda Ichy'chypsyups

Misda Ichy'chypsyups

🤣🤣🤣🤣 sudah Author perbaiki . . . .

2021-04-26

3

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. kembali terlahir
3 2. Permen kapas
4 3.Bertemu
5 4.istana
6 5.Jamuan Teh
7 6. Istana 2
8 7. Busur
9 8. Bakat
10 9. Bertemu lagi
11 10. Bandit I
12 11. Bandit II
13 12. Khawatir
14 13. Kasih Sayang
15 14. Kakao
16 15. kerja sama
17 16. Kopi
18 17. Marah
19 18. Menggambar
20 19. Gadis bermuka dua
21 20. Bubuk coklat
22 21. Rencana
23 22. Keju dan Permen Kapas
24 23. Cemburu
25 24. Mentega dan Kopi
26 25. Mentega II
27 26. Membuat Kopi dan Coklat
28 27. Harga
29 28. Ruangan Pribadi
30 29. Perusak Ketenangan
31 30. Festival I
32 31. Festival II
33 32. Festival III
34 33. Keluarga Terkuat
35 34. Permintaan Pertama
36 35. Berlatih Menunggangi Kuda
37 36. Terluka
38 37. Teka-Teki
39 38. Sahabat
40 39. Ketahuan
41 40. Memilih Gaun
42 41. Lilian
43 42. Cantik
44 43. Dunia Novel ?
45 44. Orang Asing
46 45. Kepemilikan
47 46. Ayah dan Putra
48 47. Rencana
49 48. Latihan I
50 49. Latihan II
51 50. Permintaan Kedua
52 51. Perangkap
53 52. Teman
54 53. Perkara Ciuman
55 54. Jangan menangis
56 55. Lukisan
57 56. Lilian II
58 57. Rencana Kegiatan
59 58. Memulai
60 59. Pertemuan Kembali
61 60. Merasa Kesal
62 61. Harimau
63 62. Kondisi
64 63. Kucing ?
65 64. Hewan Mitos
66 65. Citto
67 66. Naga Kecil
68 67. Mahkota
69 68. Rencana Lagi
70 69. Kesabaran
71 70. Adik
72 71. Surat
73 72. Kabur
74 73. Preman Pasar
75 74. Surat 2
76 75. Langkah Awal
77 76. Rencana Perayaan
78 77. Menggoda
79 78. Gantungan Burung Poenix
80 79. Rahasia
81 80. Pengakuan
82 81. Buntelan Kain
83 82. Wilayah barat
84 83. Persiapan Acara
85 84. Perayaan Panen 1
86 85. Perayaan Panen II
87 86. Perayaan Panen III
88 87. Perjalanan I
89 88. Janji Masa Depan
90 89. Harapan
91 90. Kekayaan Yang Tersembunyi
92 91 . Informasi
93 92. Tanaman Pembunuh
94 93. Keluarga Kecil
95 94. Memancing Kemarahan Raja Reinal
96 95. Bahasa Citto
97 96. Kerajaan Apollonia
98 97. Tempat Ritual
99 98. Pembahasan Rencana
100 99. Pertengkaran Kecil
101 100. Laporan
102 101. Perubahan Citto
103 102. Petunjuk Lain
104 103. Permintaan Maaf termanis
105 104. Perjalanan II
106 105. Penyerangan
107 106. Khawatir
108 107. Saran Seorang Ayah
109 108. Baikan
110 109. Pesta Dansa I
111 110. Pesta Dansa II
112 111. Perayaan Pesta III
113 112. Pancingan
114 113. Penyerangan dalam Istana
115 114. Pelaku Pertama
116 115. Pembunuhan Masal
117 116. Buku Catatan Lilian I
118 117. Buku Catatan Lilian II
119 118. Terungkap
120 119. Buku Catatan Lilian III
121 120. Merencanakan Sesuatu
122 121. Masuk Perangkap
123 122. Alben Benito
124 123. Kambing Hitam
125 124. Rencana Awal Berhasil
126 125. Membakar Gedung Belakang
127 126. Kebakaran
128 127. Bola Kristal
129 128. Kondisi Lilian
130 129. Cerita Lilian Masa Lalu
131 130. Rencana Malam Lentera
132 131. Kebakaran Gua
133 132. Dalang kebakaran
134 133. Rangkaian Beberapa Kejadian
135 134. Malam Lentera
136 135. Malam Lentera 2
137 136. Perubahan Naga Citto
138 137. Pertarungan Dua Pangeran
139 138. Selir Gracia
140 139. Pangeran Igor
141 140. Pertarungan
142 141. Pengorbanan
143 142. Peristirahatan Terakhir Rosa
144 143. Hukuman
145 144. Kondisi Lilian
146 145. Kepergian
147 Pemberitahuan
148 Pengumuman
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Prolog
2
1. kembali terlahir
3
2. Permen kapas
4
3.Bertemu
5
4.istana
6
5.Jamuan Teh
7
6. Istana 2
8
7. Busur
9
8. Bakat
10
9. Bertemu lagi
11
10. Bandit I
12
11. Bandit II
13
12. Khawatir
14
13. Kasih Sayang
15
14. Kakao
16
15. kerja sama
17
16. Kopi
18
17. Marah
19
18. Menggambar
20
19. Gadis bermuka dua
21
20. Bubuk coklat
22
21. Rencana
23
22. Keju dan Permen Kapas
24
23. Cemburu
25
24. Mentega dan Kopi
26
25. Mentega II
27
26. Membuat Kopi dan Coklat
28
27. Harga
29
28. Ruangan Pribadi
30
29. Perusak Ketenangan
31
30. Festival I
32
31. Festival II
33
32. Festival III
34
33. Keluarga Terkuat
35
34. Permintaan Pertama
36
35. Berlatih Menunggangi Kuda
37
36. Terluka
38
37. Teka-Teki
39
38. Sahabat
40
39. Ketahuan
41
40. Memilih Gaun
42
41. Lilian
43
42. Cantik
44
43. Dunia Novel ?
45
44. Orang Asing
46
45. Kepemilikan
47
46. Ayah dan Putra
48
47. Rencana
49
48. Latihan I
50
49. Latihan II
51
50. Permintaan Kedua
52
51. Perangkap
53
52. Teman
54
53. Perkara Ciuman
55
54. Jangan menangis
56
55. Lukisan
57
56. Lilian II
58
57. Rencana Kegiatan
59
58. Memulai
60
59. Pertemuan Kembali
61
60. Merasa Kesal
62
61. Harimau
63
62. Kondisi
64
63. Kucing ?
65
64. Hewan Mitos
66
65. Citto
67
66. Naga Kecil
68
67. Mahkota
69
68. Rencana Lagi
70
69. Kesabaran
71
70. Adik
72
71. Surat
73
72. Kabur
74
73. Preman Pasar
75
74. Surat 2
76
75. Langkah Awal
77
76. Rencana Perayaan
78
77. Menggoda
79
78. Gantungan Burung Poenix
80
79. Rahasia
81
80. Pengakuan
82
81. Buntelan Kain
83
82. Wilayah barat
84
83. Persiapan Acara
85
84. Perayaan Panen 1
86
85. Perayaan Panen II
87
86. Perayaan Panen III
88
87. Perjalanan I
89
88. Janji Masa Depan
90
89. Harapan
91
90. Kekayaan Yang Tersembunyi
92
91 . Informasi
93
92. Tanaman Pembunuh
94
93. Keluarga Kecil
95
94. Memancing Kemarahan Raja Reinal
96
95. Bahasa Citto
97
96. Kerajaan Apollonia
98
97. Tempat Ritual
99
98. Pembahasan Rencana
100
99. Pertengkaran Kecil
101
100. Laporan
102
101. Perubahan Citto
103
102. Petunjuk Lain
104
103. Permintaan Maaf termanis
105
104. Perjalanan II
106
105. Penyerangan
107
106. Khawatir
108
107. Saran Seorang Ayah
109
108. Baikan
110
109. Pesta Dansa I
111
110. Pesta Dansa II
112
111. Perayaan Pesta III
113
112. Pancingan
114
113. Penyerangan dalam Istana
115
114. Pelaku Pertama
116
115. Pembunuhan Masal
117
116. Buku Catatan Lilian I
118
117. Buku Catatan Lilian II
119
118. Terungkap
120
119. Buku Catatan Lilian III
121
120. Merencanakan Sesuatu
122
121. Masuk Perangkap
123
122. Alben Benito
124
123. Kambing Hitam
125
124. Rencana Awal Berhasil
126
125. Membakar Gedung Belakang
127
126. Kebakaran
128
127. Bola Kristal
129
128. Kondisi Lilian
130
129. Cerita Lilian Masa Lalu
131
130. Rencana Malam Lentera
132
131. Kebakaran Gua
133
132. Dalang kebakaran
134
133. Rangkaian Beberapa Kejadian
135
134. Malam Lentera
136
135. Malam Lentera 2
137
136. Perubahan Naga Citto
138
137. Pertarungan Dua Pangeran
139
138. Selir Gracia
140
139. Pangeran Igor
141
140. Pertarungan
142
141. Pengorbanan
143
142. Peristirahatan Terakhir Rosa
144
143. Hukuman
145
144. Kondisi Lilian
146
145. Kepergian
147
Pemberitahuan
148
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!