Lilian berjalan menuju tempat berlatih memanah sambil membawa busur yang diberikan oleh Asgar. Jarak ia berdiri dengan papan panah sekitar lima belas meter, sesudah memastikan sesuatu, ia berbalik ke arah Zheyan dan Asgar sambil tersenyum lebar dan mengacukan jempolnya.
Awalnya semua orang menatap interaksi antara Zheyan, Asgar dan Lilian biasa saja. Karena setiap kali mereka bertemu pemandangan yang mereka lihat adalah Lilian yang selalu bersikap manja kepada keduanya. Namun kali ini berbeda, bukan hanya Zheyan dan Asgar memanjakannya namun Lilian terlihat fokus pada busur yang sebelumnya dipegang oleh Zheyan. Tidak hanya itu Lilian bahkan berjalan mendekat ke arah papan panah.
Ia terlihat seperti sedang mengukur jarak papan panah dengan tempatnya berdiri. "Tidak mungkin ia mau memanah." Itu yang semua orang pikirkan. Bagaimana mereka tak berpikir begitu, Jangankan untuk memanah Lilian bahkan tak pernah terlihat sekedar memegang busur.
Saat semua orang tengah memikirkan hal apa yang akan dilakukan oleh Lilian, mereka di buat terkejut pasalnya Lilian sedang melakukan ancang-ancang siap untuk memanah.
"Apakah dia akan memanah?" Tanya satu sama lainnya.
"Tidak mungkin dia bisa melakukannya, dia hanya tau merengek saja." Ucap salah satu Putri bangsawan sambil tersenyum sinis.
"Iya benar sekali, paling dia hanya bertingkah untuk mendapatkan perhatian dari Pangeran Mahkota." Timpal putri bangsawan lainnya.
"Aku bahkan berani bertaruh kalau panah yang ia lepaskan nanti akan jatuh tepat di depannya." Ucap Putri lainnya.
Raina dan putri lainnya tertawa mengejek ke arah Lilian, sedangkan Zheyan dan Asgar sudah sangat khawatir apa yang akan Lilian lakukan kali ini. Sementara Putri Evilia merasa yakin kalau Lilian bisa melakukannya. Pangeran Seint dan Artem hanya terdiam mereka hanya fokus melihat ke arah Lilian.
Sedangkan orang yang sedang mereka perhatikan berdiri dengan percaya diri, ia sedang memikirkan besar gaya yang harus ia gunakan untuk mendorong anak panah pada jarak tertentu hingga bisa sampai ke papan panah.
Setelah yakin Lilian pun mengambil anak panah yang sudah di sediakan di samping tempat ia berdiri, dia berdiri dengan tegak membuka sedikit kaki kirinya kedepannya dan mulai mengangkat busur dengan tangan kirinya mengarahkannya ke arah papan panah lalu ia menarik busurnya dan menyipitkan mata ke arah tujuannya hingga setelah yakin ia pun melepas anak panahnya.
Satu dua tiga hingga beberapa detik setelah anak panah dilepaskan tidak ada yang bersuara, mereka terdiam membulatkan matanya sempurna bahkan ada dari mereka yang tidak menutup mulutnya karena terkejut.
Anak panah yang Lilian lepaskan tertancap kuat pada titik hitam kecil papan panah tersebut. Hingga suara prajurit penjaga papan panah menyadarkan keterkejutan mereka.
"95 nilai untuk Nona Lilian, Putri dari keluarga Duke Marven." Teriak prajurit tersebut.
Zheyan dan Asgar sontak berlari ke arah Lilian setelah sadar dari keterkejutannya. Zheyan bahkan menggenggam kuat tangan mungilnya dan menatap Lilian lekat.
"Sejak kapan kamu berlatih memanah?" Tanya Zheyan serius.
Lilian mengerjapkan matanya ke arah Zheyan dan Asgar bergantian, ia bingung mau menjawab pertanyaan Zheyan. Sebenarnya tadi ia sudah menyiapkan jawabannya namun melihat ekspresi dari Zheyan dan Asgar membuatnya seketika lupa.
Zheyan yang tak sabar mendengar jawaban Lilian pun menggerakkan tangan Lilian. "Jawab Kakak Lilian!"
Lilian bahkan merasa sulit bernafas saat melihat tatapan Zheyan kepadanya sampai ia menjawab dengan terbata. "A...ak..aku ti..tidak ta..tau..kakak, a..aku tidak ingat."
"Tapi sejak awal kau memegang busur itu sepertinya kau sangat yakin bisa melakukannya." Ucap Zheyan sambil menatap dalam ke mata Lilian.
"Aku hanya melakukan sesuai insting ku saja makanya aku yakin bisa melakukannya." Ucap Lilian.
"Kalau hanya mengandalkan insting saja nilainya tidak mungkin hampir sempurna Lilian." Kali ini Asgar yang berucap.
"Ya mungkin saja hari ini adalah hari keberuntungan ku." Ucap Lilian.
Zheyan menghembuskan napas kasar dan menatap ke arah Asgar "bagaimana ini?"
"Hei kau biasa saja tak perlu merasa khawatir, yang tadi itu hanya kebetulan saja." Ucap Asgar.
"Apa kau yakin?" Tanya Zheyan menatap dalam ke arah Asgar.
Asgar bahkan tak yakin dengan yang ia ucapkan. "Lilian sudah bilang hanya bergerak sesuai insting."
"Insting bisa hampir sesempurna itu?" Tanya Zheyan.
"Haissss" Asgar mengacak rambutnya frustasi. "Kita pulang saja, lebih baik kita membahasnya kepada Ayah dan Paman." Saran Asgar.
"Ya....kurasa itu yang harus kita lakukan." Ucap Zheyan.
Lilian bingung kenapa kakaknya dan Asgar bereaksi sangat berlebihan padahal dia hanya memanah sekali saja. Reaksi yang mereka berikan berbeda dengan perkiraannya, bukannya merasa senang mereka lebih seperti orang yang sedang khawatir. Saat tangannya ditarik oleh Zheyan ia hanya berjalan mengikuti langkah kakaknya tak berani bertanya.
Sedangkan di tempat orang-orang yang menertawakan Lilian tadi mereka masih terkejut dengan yang mereka lihat, "Bagaimana bisa Lilian melakukannya dengan sangat baik," kurang lebih begitu yang mereka pikirkan. Dari jauh mereka juga bisa melihat Reaksi Zheyan dan Asgar yang sama bingungnya dengan mereka.
Begitu halnya dengan pangeran Seint, Putri Evilia, Artem dan Raina mereka memikirkan hal yang sama. "Sejak kapan Lilian belajar memanah?" Saat banyak pertanyaan-pertanyaan yang mereka pikirkan Tentang bagaimana Lilian bisa memanah dengan baik, terlihat Zheyan, Lilian dan Asgar berjalan mendekat ke arah pangeran mahkota.
Sesampainya mereka di hadapan pangeran mahkota, Zheyan membukukan badannya hormat. " Hormat hamba Yang Mulia Pangeran maafkan saya jika lancang akan tetapi kami ingin minta ijin undur diri lebih awal di karenakan Adik saya merasa sedang tidak enak badan."
Pangeran Seint melirik ke arah Lilian hingga mata merekapun bertemu dan menatap satu sama lain cukup lama, Artem yang melihat pangeran Sein diam saja pun menyenggol lengannya.
"Baiklah, latihan kita pun saya rasa sudah selesai." Ucap Pangeran Seint.
"Terima kasih Pangeran, kalau begitu kami mohon undur diri." Ucap Zheyan, lalu menunduk hormat di ikuti oleh Lilian dan Asgar.
Selepas kepergian Zheyan, Lilian dan Asgar, yang lainpun mohon ijin untuk pulang tak terkecuali dengan Putri Evilian dan Raina. Kini tersisa hanya Pangeran Sein dan Artem yang sekarang sedang duduk dibawah pohon tepatnya di belakang tempat latihan mereka tadi. Tempatnya sangat sejuk karena di tumbuhi banyak pohon dan bunga hiasan. Di sana adalah tempat yang biasa mereka kunjungi setelah latihan, selain sejuk letak tempatnya dekat dengan tempat latihan sehingga mereka tak perlu berjalan jauh untuk sekedar beristirahat setelah berlatih.
Pangeran Seint berbaring dibawah pohon yang sangat rindang, matanya terpejam dan kedua tangannya ia jadikan sebagai bantal sedangkan Artem duduk bersandar pada batang pohon di samping Seint, Pikirannya kembali mengingat kejadian tadi.
Artem menegakkan badannya dan menatap ke arah Seint yang tengah berbaring. "Apa kau tidur?"
"Tidak." Ucap Seint.
"Bagaimana menurut mu tentang Nona Lilian?" Tanya Artem.
Sein membuka matanya dan melirik sebentar ke arah Artem lalu menatap keatas langit. "Entah."
"Aku sedari tadi tak berhenti memikirkannya." ucap Artem yang juga menatap ke arah langit.
Sein memicingkan mata ke arah Artem dan sedikit meninggikan suaranya, "Kau menyukainya?"
Artem membulatkan matanya dan refleks tubuhnya ia hadapkan ke arah Seint. "Bu..bukan begitu maksud ku, aku hanya memikirkan bagaimana bisa ia memanah dengan baik seperti orang yang terlatih."
"Benarkah?" Tanya Seint yang masih memicingkan matanya.
Artem tersenyum lebar melihat Seint, dia punya cara untuk menggodanya, Seint sendiri yang melihat Artem tersenyum mengerti arti dari senyumannya. Buru-buru ia paling kan wajahnya dan kembali menatap langit.
Artem yang melihat reaksi Seint pun tambah semangat ingin menggodanya. "Kenapa kau terlihat tidak suka saat aku bilang sedang memikirkan Nona Lilian?" Tanya Artem dengan senyum jahil.
"Aku hanya bertanya." Ucap Seint cuek.
"Lalu kenapa kau bertanya? Biasanya kau tak akan peduli." Ucap Artem masih dengan senyum jahilnya.
"Aku hanya bertanya siapa tau kau menyukainya." Ucap Seint masih dengan nada cueknya.
"Lalu kalau aku menyukainya bagaimana? Apa kau akan marah?" Tanya Artem lagi.
"Tidak, kenapa aku harus marah." Seint mulai meninggikan suaranya menatap tajam ke arah Artem.
"Ya sudah kalau begitu, berarti kau tak menyukainya sekarang aku bebas menyukai dan bertemu dengannya tanpa takut kau marah." Ucap Artem tersenyum sambil menatap langit.
Seint yang mendengar jawaban dari Artem refleks mendudukkan tubuhnya dan menatap tajam ke arah Artem, "Jadi selama ini kau menyukai dan sering bertemu dengannya tanpa aku ketahui?" Tanya Seint yang sekarang terlihat emosi.
Artem melihat perubahan wajah dari Seint sekarang nyalinya menciut untuk menggoda Sein, niatnya hanya menggoda tapi yang ia dapatkan tatapan yang seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup.
"Bu...bukan begitu maksud ku." Ucap Artem gugup.
"Lalu bagaimana maksud mu?" Tanya Seint lagi.
"A...aku hanya menggoda mu saja siapa sangka kau ternyata akan marah." Jelas Artem.
Sein memalingkan wajahnya dan menatap sembarang, "Siapa yang marah?" Ucapnya kembali dengan nada cuek.
"Haisssss kau bahkan menatap ku seakan-akan kau ingi menelan ku hidup-hidup." Ucap Artem
Seint kembali menatap Artem tajam dan yang di tatap pun kembali gugup, "Iya...iya aku percaya kau tak marah." Ucapnya.
Seint kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata kembali, Artem yang melihatnya pun tersenyum. Ia tahu sedari kecil Seint tidak pernah bisa mengatakan apa yang ia rasakan, Seint cenderung dingin dan cuek terhadap orang-orang sekitarnya. Tetapi sebagai sahabatnya sedari kecil, Artem bisa memahami apa yang Seint inginkan dan rasakan. Meski memang Seint adalah orang yang dingin namun sebenarnya ia memiliki hati yang hangat terhadap orang-orang yang ia sayangi.
Menjalin persahabatan sedari kecil membuat mereka sangat akrab dan memahami satu sama lain. Sifat Artem yang hangat pun bisa mengimbangi sifat Seint yang dingin. Melihat Sein yang berbaring dengan tenang membuat Artem ikut berbaring dan memejamkan matanya.
°°°
Mohon dukungan dan sarannya 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
rata rata ya pasti ceritanya klo kemarin d kejar gak mau, sekarang cuek penasaran
2022-03-04
1
tukang nyimak
gpp typo, aku yg klo gk buru2 jg sering begitu😁😁😁😁😁😁😁😁😁
2021-06-21
0
Misda Ichy'chypsyups
🤣🤣🤣🤣 sudah Author perbaiki . . . .
2021-04-26
3