Lilian dan Rosa sekarang menormalkan detak jantung mereka. Lilian rasa jantungnya sebentar lagi akan copot saking kagetnya, untung ia tak punya penyakit jantung bisa-bisa ia mati untuk yang ke dua kalinya.
"Haruskah kau muncul seperti itu secara tiba-tiba?" Ucap Lilian kesal.
"Maksud mu?" Ucap orang itu.
"Seharusnya kau tidak muncul seperti itu, membuatku kaget saja, bagaimana kalau aku punya riwayat penyakit jantung, sangat tidak lucu sekali kalau ada berita putri bungsu dari Duke Marven meninggal karena kaget." Ucap Lilian kesal.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya orang itu.
"Seharusnya aku yang bertanya apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Lilian kesal.
Orang itu menghela napas pelan. "Ini perkebunan ku." Ucapnya.
"Ini juga perkebunan ku." Ucap Lilian malas.
"Terus?" Ucapnya.
"Terus apa?" Ucap Lilian bingung.
Orang itu kembali menghela napas. "Kau siapa nama mu?" Tunjuknya ke arah Rosa.
"Hormat yang mulia Pangeran, nama saya Rosa." Ucap Rosa sambil menundukkan badannya.
Orang yang tiba-tiba muncul dari semak-semak itu adalah Seint, saat ia sedang memeriksa sesuatu di perkebunanya, ia mendengar suara orang yang sedang mengobrol dan suara itu sangat ia kenali. Seint berjalan menuju sumber suara sambil mengibas-ngibaskan semak yang menghalangi jalannya menggunakan pedang.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya Seint pada Rosa.
"Ampun Yang Mulia, kami sedang mempersiapkan sesuatu untuk acara festival mendatang." Ucap Rosa yang masih menunduk sesekali melirik takut ke arah Lilian.
Lilian menatap kesal ke arah Seint, "Kenapa kau bertanya padanya?" Ucap Lilian masih Kesal.
"Karena percuma bertanya padamu." Ucap Seint datar.
Saat Lilian ingin membalas ucapan Sein, suara Zheyan terdengar memanggil namanya membuat Lilian tak jadi membalas ucapan Seint.
Zheyan berlari ke arah Lilian dan saat sampai dihadapan adiknya, ia memandang Lilian dari atas ke bawah. "Apa kau terluka ? Kenapa kau berteriak?" Ucap Zheyan khawatir.
"Karena dia." Tunjuk Lilian ke arah Seint.
Zheyan menatap ke arah tunjuk Lilian dan membungkuk hormat saat melihat Seint. Ia tadi tak memperhatikan sekitar karena khawatir mendengar suara teriakan Lilian yang sangat nyaring.
"Hormat saya yang mulia." Ucap Zheyan.
Seint menggangguk singkat kemudian dari arah belakang Seint, tiba-tiba Artem muncul. Artem sebelumnya juga mendengar suara teriakan yang sangat nyaring tanpa pikir panjang ia berlari menuju sumber suara.
Artem menatap satu persatu orang yang ada di hadapannya dan bertanya. "Apa yang kalian lakukan di sini?"
"Kami sedang mempersiapkan bahan untuk festival nanti Tuan." Ucap Zheyan.
"Tak perlu seformal itu, kau bisa memanggil ku Artem saja seperti Lilian dan saya akan memanggil Zheyan saja bagaimana?". Ucap Artem.
Zheyan mangangguk. "Baiklah."
Seint berdehem pelan melihat ke akraban Artem dan Zheyan lalu menatap tajam ke arah Artem. Artem yang di tatappun pura-pura tak menghiraukan Seint.
"Kalian sudah menentukan sesuatu yang akan kalian tunjukkan saat festival?" Ucap Artem.
"Ya kami sudah menentukannya." Ucap Zheyan.
"Apa?" Tanya Seint singkat.
"Kami akan mengolah buah dari pohon itu." Ucap Zheyan sambil menunjuk salah satu pohon kakao.
Seint mengangkat alisnya penasaran. "Caranya?" Tanya Seint.
"Untuk caranya saya belum tau, namun adik saya Lilian tau cara mengolahnya." Ucap Zheyan dan menatap ke arah Lilian.
Lilian mengangkat wajahnya angkuh saat Sein menatapnya penasaran.
"Katakan padaku." Ucap Seint.
"Kenapa kau ingin tau?" Ucap Lilian curiga.
"Karena aku tak yakin kau bisa mengolahnya." Ucap Seint datar.
"Heiiii, aku bisa mengolahnya tapi aku tak akan mengatakan caranya padamu, atau jangan-jangan kau juga mau mengolah buah ini mengingat perkebunan ini sebelumnya adalah anggota kerajaan tidak menutup kemungkinan pohon ini juga tumbuh di wilayah perkebunan mu." Ucap Lilian curiga.
"Pohon itu hanya tumbuh di perkebunan mu Lilian." Ucap Artem.
"Bagaimana aku harus percaya?" Ucap Lilian.
"Kau boleh memeriksanya sendiri." Ucap Seint.
Lilian tampak berpikir sejenak lalu setuju dengan ucapan Seint. "Baiklah."
Seint langsung melompat melewati dinding perbatasan dan mengangkat tubuh Lilian. Semua orang yang berada di sana kaget melihatnya termasuk Lilian sendiri.
"Apa yang kau lakukan? Turunkan aku." Ucap Lilian kesal sambil memukul dada bidang Seint.
Seint sendiri tak peduli dengan reaksi orang-orang, setelah ia kembali melompat melewati tembok perbatasan, Seint menurunkan Lilian.
"Astagaaaa jantungku kembali terasa mau copot lagi," Batin Lilian sambil memegang dadanya. "Apa tadi ? Dadanya begitu keras dan berisi....astaga Lilian sadarlah-sadar." Lilian kembali membatin sambil menggelengkan kepalanya.
"Kau tak apa-apa?" Ucap Zheyan yang sudah berada di sampingnya bersama Rosa.
"Aku tak apa-apa." Ucap Lilian.
Merekapun berjalan mengikuti Seint dan Artem dari belakang. Mereka menggunakan kereta yang sama seperti yang ada diperkebunan milik Duke Marven.
Sebagian perkebunan milik Seint di dominasi oleh pohon jeruk, apel, pir dan tanaman herbal. Setelah lama melihat perkebunan, mereka beristirahat di bawah pohon apel yang sangat rindang. Sepanjang perjalanan mereka memetik buah yang bisa mereka raih dan memakannya saat beristirahat.
"Sekarang kau percaya?" Tanya Seint.
Lilian menggeleng keras. "Aku belum lihat yang sebelah sana." Tunjuk Lilian ke arah timur.
"Disana hanya di tumbuhi tumbuhan rambat yang tak berguana." Ucap Artem.
"Aku tetap ingin memeriksanya." Ucap Lilian kekeh.
"Baiklah, ayo." Ucap Seint berdiri dari duduknya dan kembali menaiki kereta.
Tempat terakhir yang mereka kunjungi adalah bagian timur perkebunan milik Seint. Seperti yang dikatakan Artem di sana tak ada tanaman yang berguna, di sana hanya di tumbuhi oleh semak-semak berduri. Saat Lilian ingin berbalik dan kembali ke kerata matanya tak sengaja melihat sesuatu.
"Artem sini." Panggil Lilian keras.
Semua menatap kearah Lilian dan berjalan mendekat ke arahnya. Saat Artem sampai di hadapnnya Lilian menyuruhnya mengibaskan semak-semak yang menghalangi jalannya menggunakan pedang.
Saat semak-semak itu berhasil Artem bersihkan Lilian membuka mulutnya tak percaya saat melihat tamanan di depannya.
"Astagaaaa ini adalah tanaman kopi." Ucap Lilian girang.
"Kenapa kau tak memanennya ? Lihatlah tanaman-tanaman ini siap dipanen." Ucap Lilian senang.
"Kau tau tanaman apa ini?" Ucap Seint.
"Tentu saja aku tau, ini namanya tanaman kopi." Ucap Lilian.
"Kopi?" Ucap semua orang bingung.
"Iya ini namanya tanaman kopi, kau harus memanen buahnya dulu baru kau akan mengolahnya menjadi minuman, manfaatnya juga banyak misal....." Lilian menjeda ucapannya melihat ekspresi bingung dari semua orang.
"Kalian tidak tau tanaman ini?" Semua serentak menggeleng.
"Lanjutkan penjelasan mu." Ucap Seint.
"Tidak mau." Ucap Lilian.
"Kenapa?" Ucap Artem.
"Kalian tidak tau tanaman ini tapi aku mengerti cara mengolah serta tau manfaat tanaman ini." Ucap Lilian.
"Lalu?" Ucap Seint.
"Aku tidak akan memberikan informasi secara gratis, aku sudah menjelajahi perkebunan milik ku tapi aku tak melihat satupun tanaman kopi yang tumbuh di sana." Ucap Lilian.
"Berapa banyak jumlah yang kau inginkan?" Tanya Seint.
"Melihat begitu banyak tanaman ini tumbuh, aku tak ingin menyebut nominalnya tapi aku ingin kau berkerja sama denganku, kita akan membagi keuntungan sama besar." Ucap Lilian.
"Tak ku sangka putri bungsu Duke Marven pintar bernegosiasi." Ucap Seint datar.
"Tentu saja aku harus pintar, bagaimana apa kau setuju?" Ucap Lilian.
"Kalau aku tak ingin bagaimana?" Tanya Seint.
"Ya sudah kalau tidak mau, tumbuhan itu hanya akan menjadi bagian dari semak kalau kau tak mengerti pengolahannya." Ucap Lilian memanasi.
"Aku setuju dengan adik ku, di kerajaan ini tidak akan ada yang tau cara pengolahan tumbuhan itu, seperti pohon kakao yang tumbuh di perkebunan kami, jika adik ku tau pengolahannya bukankah kalian sama di untungkan ? Yang mulia mempunyai tanaman namun tidak tau bagaimana pengolahannya sedangkan adik ku tau bagaimana caranya mengolah tanaman itu." Jelas Zheyan.
"Lebih baik kita terima saja daripada tumbuhan itu hanya akan menjadi semak." Bisik Artem pada Seint.
"Oh ya tanaman itu akan sangat berguna untuk istana dan saat berperang." Ucap Lilian .
Seint menghela napas pelan lalu mengangguk. "Baiklah." Ucapnya.
Lilian tersenyum senang mendengarnya. "Baiklah pertama kita bahas dulu tentang keuntungannya, hasil dari tanaman kopi itu akan kita bagi dua, namun keuntungan yang sudah bersih. Maksudnya keuntungan bersihnya adalah hasil dari penjualan kopi nanti akan kita gunakan untuk membayar pekerja, lalu untuk perawatan tanaman, pengiriman barang dan hal lain yang kita butuhkan, sisa dari kebutuhan itu adalah pendapatan bersih yang harus kita bagi dua bagaimana?" Jelas Lilian.
"Baiklah." Ucap Seint.
Lalu Artem berjalan ke arah Lilian lalu memberikannya lencana dengan lambang pangeran mahkota sebagai tanda kerja sama mereka. Lilian menerimanya dengan senang hati.
"Lalu jelaskan." Ucap Seint.
Lilian mengangguk. "Ini namanya tanaman kopi, kita bisa mengolahnya menjadi minuman, sebelum mengolahnya kita harus memanen buah yang berwana merah dan melakukan beberapa proses, proses pertama kita harus menjemur buah kopi ini secara langsung dibawah sinar matahari selama beberapa hari, setelah kandungan airnya berkurang kita akan mengeluarkan biji kopi yang ada di tengah buah kopinya dengan cara memukulnya dengan keras, proses yang ke tiga kita akan menyaring biji yang bagus dan biji yang tidak bagus dengan cara merendam di dalam wadah, kita akan pisahkan biji kopi yang tenggelam dan mengapung di permukaan air lalu kita keringkan kembali, proses yang ke empat adalah sangrai dimana kita harus meyangrai biji kopi di atas wajan yang sangat panas sampai gosong, proses kelima tumbuk biji kopi yang sudah kita sangrai sampai halus lalu saring menggunakan kain agar memisahkan biji yang masih halus dan kasar setelah itu jadilah serbuk kopi dan siap kita olah." Jelas Lilian panjang.
"Lalu?" Ucap Seint.
"Kita tinggal mengolahnya, panaskan air setelah mendidih masukan serbuk kopi sebanyak satu sendok makan ke dalam gelas lalu tambahkan sedikit gula sesuai selera, kita juga bisa mencampurkan susu jika kita mau itu akan menambah cita rasa kopi bagi orang tak ingin kopi pahit, manfaat bagi kopi sangat banyak salah satunya dapat menghilangkan rasa ngantuk, sangat berguna bagi penjaga istana yang sedang berjaga di malam hari bahkan berguna saat di medan perang, serbuk kopi juga bisa di gunakan untuk masker kencantikan wajah." Jelas Lilian.
Semuanya hanya mengangguk mendengar penjelasan dari Lilian.
°°°
Jujur saja yang membuat Author malas UP itu adalah lamanya respon pembaca terhadap novel ini. Author sempat punya rencana mau pindahkan cerita ini kelapak sebelah namun ada beberapa pembaca yang selalu buat saya tetap bertahan. Makasih ya untuk pembaca yang selalu setia dukung Author. Mohon tetap dukung Author ya 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Arhieva Jimshoneysruwen
baru Nemu novel ini thn 2023 🤭
bagus Thor novelnya
2023-02-03
0
Ririn Santi
dasar Liliana otak dagang, gak mau rugi haha ...
2022-06-17
0
*~W¥^ Al~*
ceritanya bagus kak
semangat...
2022-05-10
0