Lilian sedari tadi hanya diam mencari jawaban yang tepat untuk membalas pertanyaan Zheyan.
"Lilian." Panggil Zheyan yang sedari tadi melihat Lilian diam.
"Haisssss tidak penting aku tau dari mana. sekarang yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan buah-buah itu agar secepatnya bisa kita proses, aku akan membuat minuman dan kue dari buah pohon itu untuk festival tahunan." Ucap Lilian senang.
"Apa kau yakin bisa membuatnya dengan menggunakan buah pohon itu?" Tanya Asgar.
"Sangaaaaat yakin." Ucap Lilian.
"Terus bagaimana dengan rencana penanaman tanaman herbal?" Ucap Paman Wilson.
"Paman cari saja tempat lain, mulai sekarang tidak ada yang boleh mencoba menebang pohon ini, wilayah ini sudah aku tandai menjadi daerah milik ku." Ucap Lilian santai.
"Tapi bagaimana saya menjelaskannya pada tuan Duke Marven, Nona?" Ucap Paman Wilson.
"Paman tenang saja, biarkan saya yang menjelaskannya pada Ayah." Ucap Zheyan.
Lilian tersenyum senang mendengar ucapan Zheyan. "Oh ya paman kira-kira pohon ini ada berapa banyak?"
"Pohon itu tumbuh sekitar dua hektar Nona"
Lilian membulatkan mata sempurna. "Astaga...Kakak kita kaya."
Zheyan memijit kening bingung dengan kelakuan sang adik yang semakin hari semakin aneh saja.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang dengan buah itu?" Tanya Asgar.
"Sebelum kita proses buah-buah itu, kita harus tau kapan festival itu akan di adakan secara resmi." Ucap Lilian.
"Festival itu akan di adakan sebulan dari sekarang, yang mulia Raja dan Ratu memberikan para bangsawan waktu untuk mempersiapkan sesuatu yang akan di lomba kan." Jelas Asgar.
"Terus bagaimana cara penilaiannya?" Ucap Lilian.
"Cara penilaiannya di lihat dari seberapa banyak penduduk yang suka punya kita, festival ini di adakan secara terbuka dan biasanya melibatkan banyak penduduk, baik itu penduduk dalam kota maupun penduduk luar yang sengaja datang meramaikan festival." Jelas Asgar.
Lilian mengangguk pelan, "Sebelumnya keluar Duke dan Baron mempersiapkan apa untuk di lombakan?" Ucap Lilian sambil menatap Zheyan dan Asgar bergantian.
"Sebelumnya keluarga Duke mengolah hasil perkebunan teh dan keluarga Baron membuat kerajinan tangan dari kayu." Ucap Zheyan.
Lilian kembali mengangguk. "Terus biasanya keluarga mana yang posisinya paling kuat dalam festival ini?" Tanya Lilian.
"Keluarga Marquis Gaustark dan keluarga Viscount Wilson Pavel, mereka berkerja sama karena memiliki bisnis yang searah, keluarga Marquis adalah penghasil kain terbaik dan keluarga Viscount ahli dalam strategis perdagangan." Ucap Asgar.
"Kalau begitu lombanya bisa menggabungkan dua keluarga dalam satu team?" Tanya Lilian lagi.
"Ya." Ucap Zheyan dan Asgar bersamaan.
Lilian tersenyum senang dan menatap kedua kakak nya. "Kalau begitu keluarga dari Duke Marven dan Baron Avalon harus berkerja sama."
Zheyan dan Asgar saling bertatapan bingung. Melihat ke dua kakaknya belum bisa melihat gambaran umum dari rencananya Lilian kembali mencoba menjelaskan.
"Untuk tahun ini keluarga dari Duke Marven akan mengolah pohon kakao menjadi coklat yang akan kita gunakan sebagai bahan utama pembuatan kue dan minuman, nahh aku membutuhkan meja, kursi dan berbagai pajangan lainnya sebagai hiasan kedai, dengan adanya keluarga Baron sebagai penghasil kayu maka akan lebih mudah membuat meja, kursi dan yang lainnya." Jelas Lilian.
Zheyan dan Asgar mengangguk singkat, mulai mengerti arah dari rencana Lilian.
"Nanti kita akan membagi tugas, Kak Zheyan akan mengontrol proses pengelupasan biji kakao menjadi coklat, Kak Asgar akan mengontrol semua hiasan yang akan kita gunakan dalam kedai sedangkan aku akan mempersiapkan bahan-bahan lain yang akan kita gunakan dalam pembuatan kue dan minumannya." Jelas Lilian.
"Tapi Kakak tidak tau cara pengelupasan biji buah pohon itu." Ucap Zheyan.
"Kakak tenang saja nanti aku akan jelaskan kepadamu secara rinci biar nanti tidak akan ada kesalahan dalam prosesnya." Ucap Lilian.
"Baiklah." Ucap Zheyan.
"Baiklah kalau kalian sudah mengerti sebaiknya kita mulai mengumpulkan buah kakao saja." Ucap Lilian.
"Ayo." Ucap Zheyan dan Asgar barengan.
Lilian bersama Zheyan dan Asgar mulai menggerakkan para pekerja mempersiapkan keranjang untuk memanen buah kakao.
Setelah memeriksa kondisi buah kakao ternyata ada banyak buah kakao yang berjatuhan dari pohon dan sudah sangat kering.
"Semuanya perhatikan buah kakao yang sudah jatuh dari pohonnya dan sudah mengering, nahhh karena buah-buah itu jatuh sendiri dari pohon dan sudah mengalami proses pengeringan secara alami maka pisahkan buah yang kualitasnya baik dengan yang membusuk, sedangkan untuk buah yang masih belum di petik dari pohonnya, petik buah yang warnanya merah kecoklatan lalu masukan ke keranjang, buah itu nanti akan kita jemur sampai kadar air dalam buahnya berkurang." Jelas Lilian.
Semua pekerja melakukan seperti yang Lilian perintahkan, tak berapa lama puluhan keranjang pun terkumpul.
"Kakak sepertinya buah-buah ini cukup untuk festival, namun masih banyak lagi buah yang harus secepatnya kita panen agar tidak membusuk, sebaiknya kirimkan laporan ke Ayah agar menambah pekerja untuk mengurus pohon-pohon ini." Ucap Lilian.
"Baiklah, Kakak akan secepatnya mengirimkan laporan pada Ayah." Ucap Zheyan.
Lilian mengangguk. "Kakak sebaiknya kita akan memproses buah-buah ini di rumah saja, biar kita lebih mudah memantaunya."
"Kakak akan memerintahkan Paman Wilson untuk mempersiapkan kereta secepatnya untuk mengangkut buah-buah ini ke kediaman kita, namun sebelumnya kita belum bisa kembali ke kediaman kita harus memeriksa dulu luas perkebunan ini supaya kita tau berapa banyak pekerja yang kita butuhkan untuk mengurus perkebunan ini." Jelas Zheyan.
"Baiklah Kakak." Ucap Lilian.
"Sekarang kita kembali ke penginapan dulu sebelum gelap, sisanya kita akan selesaikan besok." Ucap Zheyan.
Lilian mengangguk singkat lalu berjalan mengikuti Zheyan.
"Paman Wilson siapkan kereta untuk membawa buah-buah ini ke kediaman kami." Ucap Zheyan.
"Baik Tuan." Ucap Paman Wilson.
Setelah memanen buah kakao, Zheyan, Asgar dan Lilian kembali ke penginapan. Begitu sampai penginapan mereka langsung membersihkan diri karena merasa sangat lengket. Selesai membersihkan diri mereka makan malam bersama dan langsung kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.
Seharian mereka menghabiskan banyak energi, mulai dari perjalanan panjang mereka dilanjutkan dengan Lilian yang ingin segera melihat perkebunan dan yang terakhir mereka harus memanen buah kakao.
Karena kecapean mereka bertiga tertidur dengan lelap sampai pagi menjelang.
°°°
Suasana di meja makan begitu tenang tak ada dari satupun mereka bertiga yang mau membuka suara, yang terdengar hanya suara dentingan sendok saja yang mengisi ruangan. Lilian meneguk habis minuman yang berada di sampingnya setelah selesai dengan sarapannya.
Lilian melirik ke arah dua orang yang juga sama-sama selesai dengan sarapannya.
"Emmm apa rencana kita untuk hari ini Kakak? Tanya Lilian.
"Kita hari ini akan kembali ke perkebunan kakao untuk memastikan berapa banyak pekerja yang kita butuhkan untuk mengurus perkebunan itu." Ucap Zheyan.
"Emm hari ini aku mungkin tak bisa menemani kalian untuk memeriksa perkebunan itu, aku harus memeriksa kayu-kayu yang akan kita butuhkan untuk membuat hiasan kedai kita nanti." Ucap Asgar.
"Tidak apa-apa kakak, mulai sekarang kita memang harus membagi tugas supaya pekerjaan kita tidak keteteran, kemarin aku sudah menjabarkan secara umum tentang tugas kita masing-masing bila ada yang perlu kita siapkan di sini maka mari kita bergerak secepatnya." Ucap Lilian.
"Sebelum aku memilih kayu yang akan kita gunakan, apakah kalian punya usulan kayu mana yang harus kita pilih?" Ucap Asgar.
"Aku tak terlalu mengerti tentang kayu Kak, mungkin Kak Zheyan punya usulan." Ucap Lilian.
"Sebelumnya kita harus tentukan dulu hiasan apa saja yang akan kita butuhkan, Kalau untuk pembuatan meja dan kursinya menurut ku pakai kayu yang biasa kau gunakan saja." Ucap Zheyan.
"Karena kita sudah sepakat untuk berkerja sama maka saran ku Kakak cari kayu yang punya kualitas terbaik, di sini kita akan menonjolkan hasil dari ke dua keluarga, untuk meja dan kursi cari kayu yang kualitasnya bagus dan tahan lama sedangkan untuk hiasannya cari kayu yang kualitasnya sedang namun kita ubah menjadi hiasan yang sangat bagus." Ucap Lilian.
"Lalu hiasan apa saja yang harus kita buat?" Ucap Asgar.
Lilian kembali mengingat masa sebelum ia terlempar ke dunia tersebut, ia mencoba mengingat hiasan-hiasan yang sering ia lihat saat mengunjungi cafe bersama-temannya. Di dunianya ada banyak cafe yang mengusung tema klasik modern untuk hiasan cafenya dan itu sangat di minati oleh banyak orang, baik dari kaum dewasa maupun kaum remaja dan anak-anak.
"Apa salahnya kalau aku mencobanya di sini." Batin Lilian.
"Bagaimana kalau aku yang nentuin hiasan kedainya? Maksud ku Kakak persiapkan saja dulu kayunya untuk masalah hiasannya aku harus menggambarnya dulu untuk menjelaskan fungsinya, nanti kita runding kan kembali gambar mana saja yang akan kita ambil bagaimana?" Ucap Lilian.
"Baiklah." Ucap Zheyan dan Asgar barengan.
"Kalau pembahasan kita sudah selesai, aku akan memanggil Rosa untuk membantu kita di perkebunan." Ucap Lilian dan berjalan meninggalkan Zheyan dan Asgar.
Zheyan dan Asgar menatap lekat ke arah Lilian yang berjalan semakin jauh dan hilang dari balik pintu.
"Apa cuman perasaan ku saja, menurut ku Lilian terasa berbeda dari sebelumnya." Ucap Asgar.
"Kamu benar, aku bahkan heran dari mana dia mendapat banyak ide dan terlihat dewasa, auranya pun terlihat sangat berbeda dari Lilian sebelumnya." Ucap Zheyan.
"Mungkin dia sedang memasuki proses pendewasaannya, yaaaa meski keras kepala dan kekanak-kanakannya masih melekat dalam dirinya." Ucap Asgar.
Zheyan tersenyum mendengar ucapan terakhir Asgar. "Ku harap dia tidak akan pernah dewasa." Ucap Zheyan sedih.
Asgar menghela napas pelan. "Ku harap juga begitu agar tidak ada yang mengambilnya dari kita, oh ya ngomong-ngomong bagaimana isu tentang Lilian yang mahir memanah ?" Ucap Asgar penasaran.
"Ayah sudah melakukan banyak upaya agar isu tersebut mereda, salah satu upayanya adalah tak membiarkan Lilian keluar dari kediaman." Ucap Zheyan.
"Lebih baik seperti itu, akan sangat bahaya baginya kalau kemampuannya tersebar, takutnya dia akan menjadi sasaran politik melihat dari kedudukan tinggi yang di miliki oleh ayah mu belum lagi sekarang ia tak mengingat apapun." Ucap Asgar sambil menghela napas pelan.
"Kenapa orang tua mu hanya memiliki satu anak saja ? seharusnya dulu mereka berencana memberikan mu adik laki-laki atau kau tak punya rencana menjadikan Lilian sebagai pasangan mu?" Ucap Zheyan menatap serius ke arah Asgar.
Asgar menabok kepala Zheyan. "Apa kau sudah tak waras ? Bagaimana mungkin aku menjadikannya pasangan sedangkan ia adalah adik ku." Ucap Asgar kesal.
"Ya kalau begitu kenapa orang tuamu tak memberikan mu adik? Aku akan merasa tenang kalau Lilian berada di keluarga Baron." Ucap Zheyan.
"Hentikan omong kosong mu." Ucap Asgar dan berjalan meninggalkan Zheyan sendiri.
°°°
Di sinilah Zheyan dan Lilian sekarang, di tengah perkebunan kakao bersama Paman Wilson dan pekerja lain. Setelah berpisah dengan Asgar tadi pagi mereka langsung menuju perkebunan kakao bersama dengan Paman Wilson yang sudah menunggu mereka di atas keretanya.
Perkebunannya di tumbuhi banyak semak-semak karena tak pernah terurus sehingga membuat mereka harus berjalan dengan hati-hati agar tidak terluka.
"Paman Wilson saya rasa kita memerlukan pekerja sebanyak 60 orang lagi untuk mengurus perkebunan ini." Ucap Zheyan.
"Kalau begitu saya akan buat pengumuman di desa terdekat kalau kita membutuhkan pekerja tambahan." Ucap Paman Wilson.
"Sementara menunggu para pekerja itu datang, perintahkan pekerja yang ada dulu untuk memanen buahnya dan tambahkan upahnya." Ucap Zheyan.
"Baik Tuan." Ucap Paman Wilson.
"Bagaimana dengan buah-buah yang sudah kita panen kemarin?" Tanya Zheyan lagi.
"Buah-buah itu sudah saya kirim ke kediaman beserta dengan Beberapa surat yang anda berikan Tuan." Ucap Paman Wilson.
Zheyan mengangguk singkat, "Kerja bagus Paman." Ucap Zheyan.
Lilian berjalan ke arah Zheyan bersama Rosa yang selalu berjalan di sampingnya. "Kakak bolehkah aku memeriksa sebelah sana." Tunjuk Lilian ke arah selatan perkebunan.
Zheyan menatap Arah tunjuk Lilian lalu mengangguk singkat. "Tapi jangan terlalu jauh." Ucap Zheyan.
"Baik Kakak." Ucap Lilian senang dan menyuruh Rosa berjalan bersamanya.
Lilian berjalan sambil memperhatikan buah kakao yang sudah sangat banyak yang jatuh dan mengering sendiri bahkan buah-buah tersebut sudah banyak yang membusuk karena tidak ada yang mengurus.
"Sayang sekali buah-buah ini sudah banyak sekali yang busuk, sudah berapa kali pohon ini berbuah dan buahnya di buatkan begitu saja." Ucap Lilian sambil memeriksa buah-buah yang ia ambil dari tanah.
"Mungkin sejak dari dulu Nona, setau saya perkebunan ini diberikan oleh Baginda Raja pada Tuan Duke Marven sebagai hadiah karena dulu Tuan berhasil mengusir para pemberontak." Jelas Rosa.
"Jadi dulu perkebunan ini milik Baginda Raja?" Tanya Lilian.
"Iya Nona, makanya perkebunan ini bersebelahan dengan milik Baginda Raja." Ucap Rosa.
"Bersebelahan?" Ucap Lilian bingung.
"Iya Nona, itu tanda perbatasan perkebunan milik Tuan dan Baginda." Tunjuk Rosa ke arah tembok yang tingginya hanya sepinggang.
Lilian berjalan mendekati tembok pembatas dan memeriksanya. "Kenapa Kakak kemarin tak memberi tau ku." Ucap Lilian.
"Mungkin kemarin Tuan Muda lagi sibuk jadi nggak sempat jelasinnya." Ucap Rosa.
Lilian mengangguk singkat tanda setuju dengan ucapan Rosa. Tiba-tiba terdengar suara semak yang bergerak di depan mereka, suara itu semakin lama semakin mendekat membuat Lilian dan Rosa saling berpegangan tangan takut.
"Apakah di sini ada binatang buas?" Tanya Lilian takut.
"Saya kurang tau Nona." Ucap Rosa.
Suara itu semakin lama semakin mendekat ke arah mereka dan tiba-tiba ...
"Akhhhhhhhhh." Teriak Lilian dan Rosa barengan.
°°°
Tetap terus dukung Author ya 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
menjerit karena takut bukan kaget 😂😂😂😂
2022-03-04
0
... Grenn Girls ... 💚
Why kakao setahu aq nama nya Koko 🥲🤔 Kahh d Indonesia panggilannya Kakao ????
2021-10-20
1
Acedia
bahasanya thor kalo bisa d perbaikin
cmnkasihsaran#
2021-05-21
1