Suara dentingan pedang terdengar jelas dimana-mana, saat ini Pangeran Mahkota dan pewaris keluarga bangsawan lain sedang berlatih tanding. Peluh membasahi badan mereka semua akan tetapi tidak ada satupun dari mereka yang beranjak dari tempat latihan hingga satu suara menghentikan aktifitas mereka semua.
"Kita istirahat sebentar dan akan dilanjutkan nanti." Suara Pangeran Seint yang sangat tegas.
Semua menghentikan aktifitas masing-masing dan mencari tempat untuk beristirahat. Pangeran Seint duduk ditempat yang sudah disediakan bersama dengan Artem.
"Bagaimana menurut mu latihan kita kali ini?" Tanya Artem.
"Ku rasa sudah cukup baik, lain kali kita akan menjadwalkan latihan sesering mungkin." Ucap pangeran Seint sambil meminum minumannya.
Tak jauh dari tempat pangeran Seint dan Artem duduk, terlihat Zheyan dan Asgar duduk berhadapan. Zheyan menghapus peluh yang membanjiri wajahnya setelah itu ia mengipas-ngipas kan tangannya.
"Cuaca hari ini sangat panas, ku harap Lilian baik-baik saja di sana." Ucap Zheyan mengingat adiknya.
"Apakah ia juga menghadiri acara bersama Tuan Putri?" Tanya Asgar.
Zheyan mengangguk. "Tadi aku berangkat kesini bersamanya dan kami berpisah di depan sana karena tempat tujuan kami berbeda."
"Bagaimana kabarnya sekarang? Apakah dia sudah bisa mengingat sesuatu?" Tanya Asgar.
Zheyan menghembuskan napas berat dan menggelengkan kepalanya. "Dia belum bisa mengingat apapun dan itu membuat ku sangat mengkhawatirkannya."
Asgar mengangguk tersenyum. "Kau takut ia bertingkah lagi saat dia tak mengingat apapun?"
"Itu yang menjadi masalahnya, lebih baik ia bertingkah daripada dia hanya diam." Ujar Zheyan.
"Bukannya bagus jika ia tak banyak tingkah?" Ucap Asgar bingung.
"Aku lebih suka dia yang banyak tingkah setidaknya aku bisa mengetahui apa yang ia inginkan sedangkan untuk sekarang ia hanya menurut dan tidak banyak berkomentar." Ucap Zheyan.
Zheyan dan Asgar tidak menyadari jika ada orang lain yang mendengar percakapan mereka, dia adalah Pangeran Seint dan sahabatnya Artem.
"Kau begitu menikmati pembahasan tentang nona Lilian rupanya." Ucap Artem sambil tersenyum jahil ke arah Seint.
Ia melirik tajam ke arah Artem. "Apa kau pikir aku tak punya pekerjaan lain?"
Artem mengedikan bahunya. "Mungkin." sambil menahan senyumnya.
Setelah beristirahat cukup lama Pangeran Seint dan yang lainnya kembali melakukan latihan lagi. Mereka bahkan tak menyadari dari kejauhan segerombolan Putri bangsawan berjalan mendekat ke arah mereka.
Suara sorakan semangat terdengar dari depan tempat latihan Pangeran Sein dan teman-temannya, semua refleks menghadap ke arah sumber suara. Mereka membulatkan mata tak percaya bagaimana bisa para Putri bangsawan datang ke tempat latihan mereka.
Terlihat Putri Evilia berjalan mendekat ke arah Seint dan membungkukkan badan. "Salam Pangeran Mahkota kami datang hanya untuk melihat-lihat saja semoga kami tak mengganggu aktifitas kalian."
Seint mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang, pandanganya terkunci pada satu sosok yang sekarang sedang tersenyum manis dan melambaikan tangannya ke arah Zheyan, ia tak lain adalah Lilian. Tepat di samping Lilian ada seorang gadis yang tersenyum hangat ke arahnya dia adalah Raina, gadis itu berjalan mendekat dan menundukkan badannya.
"Maaf kami telah mengganggu latihan Pangeran." Ucap Raina lembut.
Sein hanya mengangguk sebentar dan kembali menatap ke arah Lilian, gadis itu hanya mendekat ke arah kakaknya tanpa menengok sedikitpun ke arahnya. Padahal biasanya gadis itu seperti parasit yang mengikutinya kemana-mana namun kali ini gadis itu mengacuhkannya.
"Kau pasti berharap Nona Lilian juga menyapa mu kan?" Bisik Artem di telinga Seint.
Seint hanya menatap Artem tajam tanpa menjawab setelahnya kembali menatap Evilia. "Kalau begitu semoga kalian nyaman."
Sein kembali menatap Lilian yang sekarang tengah serius mendengar arahan dari kakaknya, sesekali ia mengelus busur yang dipegang oleh Zheyan. Entah apa yang mereka bahas namun senyum tak pernah luntur di wajahnya bahkan Zheyan berkali-kali mengelus kepala Lilian.
Raina dan yang lainnya mencoba mengambil perhatian dari Seint akan tetapi ia hanya terdiam sesekali melirik ke arah Lilian, mereka yang sadar pun ikut melirik ke arah pandang Seint. Raina terus mencoba mengalihkan perhatian Seint namun hasilnya tetap sama, Seint bahkan tak melirik ke arahnya.
Sedangkan orang yang di tatap oleh Seint sekarang tengah sibuk memperhatikan busur yang di pegang oleh Zheyan. saat pertama memasuki tempat latihan mata Lilian langsung tertuju ke arah Zheyan, tanpa sadar kakinya menuntun ke arah Zheyan dan Asgar berdiri.
"Lilian apa yang kau lakukan disini ?" Tanya Zheyan.
Lilian tersenyum lebar. "Tentu saja melihat mu latihan, para Putri tadi menyarankan agar kami melihat latihan kalian jadi aku pikir tidak ada salahnya melihat mu latihan."
Asgar yang berdiri di samping Artem terpana melihat senyum Lilian. "Sejak kapan dia bisa tersenyum selebar itu? Dari dulu ia selalu menampilkan muka juteknya dan sekarang yang aku lihat adalah Lilian yang memiliki senyum cerah." Batinnya.
Zheyan tersenyum dan mengelus kepala Lilian dengan sayang. Perlahan rasa hangat menjalar ke hati Lilian, ia tak pernah menyangka bisa merasakan kasih sayang Kakak laki-laki karena di kehidupan lamanya ia hanya memiliki Kakak perempuan saja. Lilian melirik ke arah busur yang dipegang oleh Zheyan, ia terpana melihat ukiran yang ada di busur tersebut tanpa sadar ia mengelus busur yang dipegang oleh Zheyan.
"Apa kau menyukainya?" Tanya Asgar melihat ekspresi Lilian.
Lilian tersenyum lebar dan mengangguk ke arah Asgar akan tetapi senyumnya luntur saat ia tak mengenali orang yang di samping kakaknya. Zheyan kembali mengelus kepala Lilian. "Namanya Asgar, Anak dari Paman Baron Avalon dan Bibi Emilia, kau sudah menganggapnya sebagai Kakak sendiri."
Asgar membulatkan matanya ke arah Lilian tak percaya. "Lilian kau melupakan ku juga? Sedari kecil aku mengendong mu kemana-mana yang kau inginkan, setiap hari kau datang ke rumahku merengek meminta sesuatu yang tak bisa Zheyan kakak mu berikan, aku memberikan mu makan dengan tangan ku sendiri dan aku bahkan pernah hampir jatuh dari tebing karena kau menangis meminta bunga yang berada di pinggir tebing." Ucap Asgar tanpa jeda dengan mata yang berkaca-kaca.
Sesak itu yang dirasakan oleh Asgar, gadis yang ia anggap adiknya sendiri itu tak mengenalinya, sedari kecil Lilian selalu menangis dan merengek ke Asgar meminta sesuatu yang ia inginkan, Lilian akan bersikap manis saat ia menginginkan sesuatu dan kembali jutek saat sudah mendapatkannya.
Lilian menatap Asgar sedih karena bisa ia lihat dari matanya ada ketulusan yang terpancar, "Maafkan aku Kakak." Ucapnya tak sadar.
Asgar menjambak rambutnya frustasi dan menoleh ke arah Zheyan. "Kau benar, lebih baik ia banyak membuat ulah daripada seperti ini."
Zheyan tertawa mendengar ucapan Asgar. "Kau tak perlu sedih, saat Lilian terbangun dia juga tak mengenal Ayah, Ibu dan aku."
Asgar menghembuskan napas kasar, ia tak menyangka jika kondisi Lilian bisa separah itu, memang saat Lilian terbangun ia dan Ayahnya harus keluar daerah untuk melakukan tugas. selama beberapa hari ia dan Zheyan bergantian menjaga Lilian saat tak sadarkan diri dan sebelum pergi ia menyempatkan diri untuk melihat Lilian. Dia dan Ayahnya baru kembali semalam dan berniat mengunjungi Lilian saat setelah selesai latihan.
Asgar kembali menatap Lilian dan kembali bertanya. "Apa kau menyukai busurnya?"
Lilian tersenyum dan kembali mengangguk, Asgar menoleh ke arah Zheyan. "Kalau begitu berikan."
"Maksudnya?" Tanya Zheyan bingung.
"Berikan busur itu kepadanya!" Ucap Asgar.
Zheyan menghembuskan napas berat. "Ia tak akan bisa menggunakannya."
"Biarkan saja, siapa tau Lilian ingin memajangnya dikamar." Ucap Asgar.
Zheyan pasrah dan memberikan busur itu kepada Lilian, sebelum mengambilnya Lilian menatap Zheyan ragu.
"Ambil saja, busur itu milik Asgar tadinya Kakak hanya melihat-lihat, kakak sudah punya pedang yang diberikan Asgar." Jelas Zheyan.
Lilian menatap ke arah Asgar, orang yang ditatap hanya memberikan senyum. "Ambil saja aku punya banyak di rumah, rencananya aku akan memberikan mu aksesoris yang aku beli saat ke luar daerah dan siapa sangka kau juga menyukai busurnya."
"Terima kasih Kakak kau memang yang terbaik." Ucap Lilin semangat.
"Akan kau apakan busur itu?" tanya Zheyan.
"Tentu saja akan aku pakai." Jawabnya enteng sambil mengelus busur yang ada ditangannya.
Zheyan dan Asgar yang mendengar pun terkejut, sejak kapan Lilian menyukai hal-hal yang berbau perang.
"Kau bahkan tak bisa menggunakannya bagaimana bisa kau dengan yakin ingin menggunakannya." Ucap Zheyan
"Tidak apa-apa akan kakak mu ini ajarkan." Sela Asgar sambil menunjuk dirinya.
"Lilian bahkan tak menyukai bau keringat, lagian butuh waktu agar kau bisa menggunakan busur itu, kau harus belajar dasar-dasarnya dulu." Jelas Zheyan
"Siapa bilang aku tak bisa menggunakan busur?" Lilian mendongakkan wajahnya dan menatap Zheyan dan Asgar bergantian.
"Kami." Ucap Zhyan dan Asgar bersamaan.
"Kalau begitu mari kita coba busur baru ku." ucap Lilian semangat.
°°°
Mohon dukungan dan sarannya ya 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Tria Ast
akhirnya dapet cerita baguss banget.makasih Thor
2022-11-30
0
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
makin seru ceritanya, sampe aku gemezz sendiri
2022-03-04
0
Rina
keren
2021-09-07
3