6. Istana 2

Suara dentingan pedang terdengar jelas dimana-mana, saat ini Pangeran Mahkota dan pewaris keluarga bangsawan lain sedang berlatih tanding. Peluh membasahi badan mereka semua akan tetapi tidak ada satupun dari mereka yang beranjak dari tempat latihan hingga satu suara menghentikan aktifitas mereka semua.

"Kita istirahat sebentar dan akan dilanjutkan nanti." Suara Pangeran Seint yang sangat tegas.

Semua menghentikan aktifitas masing-masing dan mencari tempat untuk beristirahat. Pangeran Seint duduk ditempat yang sudah disediakan bersama dengan Artem.

"Bagaimana menurut mu latihan kita kali ini?" Tanya Artem.

"Ku rasa sudah cukup baik, lain kali kita akan menjadwalkan latihan sesering mungkin." Ucap pangeran Seint sambil meminum minumannya.

Tak jauh dari tempat pangeran Seint dan Artem duduk, terlihat Zheyan dan Asgar duduk berhadapan. Zheyan menghapus peluh yang membanjiri wajahnya setelah itu ia mengipas-ngipas kan tangannya.

"Cuaca hari ini sangat panas, ku harap Lilian baik-baik saja di sana." Ucap Zheyan mengingat adiknya.

"Apakah ia juga menghadiri acara bersama Tuan Putri?" Tanya Asgar.

Zheyan mengangguk. "Tadi aku berangkat kesini bersamanya dan kami berpisah di depan sana karena tempat tujuan kami berbeda."

"Bagaimana kabarnya sekarang? Apakah dia sudah bisa mengingat sesuatu?" Tanya Asgar.

Zheyan menghembuskan napas berat dan menggelengkan kepalanya. "Dia belum bisa mengingat apapun dan itu membuat ku sangat mengkhawatirkannya."

Asgar mengangguk tersenyum. "Kau takut ia bertingkah lagi saat dia tak mengingat apapun?"

"Itu yang menjadi masalahnya, lebih baik ia bertingkah daripada dia hanya diam." Ujar Zheyan.

"Bukannya bagus jika ia tak banyak tingkah?" Ucap Asgar bingung.

"Aku lebih suka dia yang banyak tingkah setidaknya aku bisa mengetahui apa yang ia inginkan sedangkan untuk sekarang ia hanya menurut dan tidak banyak berkomentar." Ucap Zheyan.

Zheyan dan Asgar tidak menyadari jika ada orang lain yang mendengar percakapan mereka, dia adalah Pangeran Seint dan sahabatnya Artem.

"Kau begitu menikmati pembahasan tentang nona Lilian rupanya." Ucap Artem sambil tersenyum jahil ke arah Seint.

Ia melirik tajam ke arah Artem. "Apa kau pikir aku tak punya pekerjaan lain?"

Artem mengedikan bahunya. "Mungkin." sambil menahan senyumnya.

Setelah beristirahat cukup lama Pangeran Seint dan yang lainnya kembali melakukan latihan lagi. Mereka bahkan tak menyadari dari kejauhan segerombolan Putri bangsawan berjalan mendekat ke arah mereka.

Suara sorakan semangat terdengar dari depan tempat latihan Pangeran Sein dan teman-temannya, semua refleks menghadap ke arah sumber suara. Mereka membulatkan mata tak percaya bagaimana bisa para Putri bangsawan datang ke tempat latihan mereka.

Terlihat Putri Evilia berjalan mendekat ke arah Seint dan membungkukkan badan. "Salam Pangeran Mahkota kami datang hanya untuk melihat-lihat saja semoga kami tak mengganggu aktifitas kalian."

Seint mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang, pandanganya terkunci pada satu sosok yang sekarang sedang tersenyum manis dan melambaikan tangannya ke arah Zheyan, ia tak lain adalah Lilian. Tepat di samping Lilian ada seorang gadis yang tersenyum hangat ke arahnya dia adalah Raina, gadis itu berjalan mendekat dan menundukkan badannya.

"Maaf kami telah mengganggu latihan Pangeran." Ucap Raina lembut.

Sein hanya mengangguk sebentar dan kembali menatap ke arah Lilian, gadis itu hanya mendekat ke arah kakaknya tanpa menengok sedikitpun ke arahnya. Padahal biasanya gadis itu seperti parasit yang mengikutinya kemana-mana namun kali ini gadis itu mengacuhkannya.

"Kau pasti berharap Nona Lilian juga menyapa mu kan?" Bisik Artem di telinga Seint.

Seint hanya menatap Artem tajam tanpa menjawab setelahnya kembali menatap Evilia. "Kalau begitu semoga kalian nyaman."

Sein kembali menatap Lilian yang sekarang tengah serius mendengar arahan dari kakaknya, sesekali ia mengelus busur yang dipegang oleh Zheyan. Entah apa yang mereka bahas namun senyum tak pernah luntur di wajahnya bahkan Zheyan berkali-kali mengelus kepala Lilian.

Raina dan yang lainnya mencoba mengambil perhatian dari Seint akan tetapi ia hanya terdiam sesekali melirik ke arah Lilian, mereka yang sadar pun ikut melirik ke arah pandang Seint. Raina terus mencoba mengalihkan perhatian Seint namun hasilnya tetap sama, Seint bahkan tak melirik ke arahnya.

Sedangkan orang yang di tatap oleh Seint sekarang tengah sibuk memperhatikan busur yang di pegang oleh Zheyan. saat pertama memasuki tempat latihan mata Lilian langsung tertuju ke arah Zheyan, tanpa sadar kakinya menuntun ke arah Zheyan dan Asgar berdiri.

"Lilian apa yang kau lakukan disini ?" Tanya Zheyan.

Lilian tersenyum lebar. "Tentu saja melihat mu latihan, para Putri tadi menyarankan agar kami melihat latihan kalian jadi aku pikir tidak ada salahnya melihat mu latihan."

Asgar yang berdiri di samping Artem terpana melihat senyum Lilian. "Sejak kapan dia bisa tersenyum selebar itu? Dari dulu ia selalu menampilkan muka juteknya dan sekarang yang aku lihat adalah Lilian yang memiliki senyum cerah." Batinnya.

Zheyan tersenyum dan mengelus kepala Lilian dengan sayang. Perlahan rasa hangat menjalar ke hati Lilian, ia tak pernah menyangka bisa merasakan kasih sayang Kakak laki-laki karena di kehidupan lamanya ia hanya memiliki Kakak perempuan saja. Lilian melirik ke arah busur yang dipegang oleh Zheyan, ia terpana melihat ukiran yang ada di busur tersebut tanpa sadar ia mengelus busur yang dipegang oleh Zheyan.

"Apa kau menyukainya?" Tanya Asgar melihat ekspresi Lilian.

Lilian tersenyum lebar dan mengangguk ke arah Asgar akan tetapi senyumnya luntur saat ia tak mengenali orang yang di samping kakaknya. Zheyan kembali mengelus kepala Lilian. "Namanya Asgar, Anak dari Paman Baron Avalon dan Bibi Emilia, kau sudah menganggapnya sebagai Kakak sendiri."

Asgar membulatkan matanya ke arah Lilian tak percaya. "Lilian kau melupakan ku juga? Sedari kecil aku mengendong mu kemana-mana yang kau inginkan, setiap hari kau datang ke rumahku merengek meminta sesuatu yang tak bisa Zheyan kakak mu berikan, aku memberikan mu makan dengan tangan ku sendiri dan aku bahkan pernah hampir jatuh dari tebing karena kau menangis meminta bunga yang berada di pinggir tebing." Ucap Asgar tanpa jeda dengan mata yang berkaca-kaca.

Sesak itu yang dirasakan oleh Asgar, gadis yang ia anggap adiknya sendiri itu tak mengenalinya, sedari kecil Lilian selalu menangis dan merengek ke Asgar meminta sesuatu yang ia inginkan, Lilian akan bersikap manis saat ia menginginkan sesuatu dan kembali jutek saat sudah mendapatkannya.

Lilian menatap Asgar sedih karena bisa ia lihat dari matanya ada ketulusan yang terpancar, "Maafkan aku Kakak." Ucapnya tak sadar.

Asgar menjambak rambutnya frustasi dan menoleh ke arah Zheyan. "Kau benar, lebih baik ia banyak membuat ulah daripada seperti ini."

Zheyan tertawa mendengar ucapan Asgar. "Kau tak perlu sedih, saat Lilian terbangun dia juga tak mengenal Ayah, Ibu dan aku."

Asgar menghembuskan napas kasar, ia tak menyangka jika kondisi Lilian bisa separah itu, memang saat Lilian terbangun ia dan Ayahnya harus keluar daerah untuk melakukan tugas. selama beberapa hari ia dan Zheyan bergantian menjaga Lilian saat tak sadarkan diri dan sebelum pergi ia menyempatkan diri untuk melihat Lilian. Dia dan Ayahnya baru kembali semalam dan berniat mengunjungi Lilian saat setelah selesai latihan.

Asgar kembali menatap Lilian dan kembali bertanya. "Apa kau menyukai busurnya?"

Lilian tersenyum dan kembali mengangguk, Asgar menoleh ke arah Zheyan. "Kalau begitu berikan."

"Maksudnya?" Tanya Zheyan bingung.

"Berikan busur itu kepadanya!" Ucap Asgar.

Zheyan menghembuskan napas berat. "Ia tak akan bisa menggunakannya."

"Biarkan saja, siapa tau Lilian ingin memajangnya dikamar." Ucap Asgar.

Zheyan pasrah dan memberikan busur itu kepada Lilian, sebelum mengambilnya Lilian menatap Zheyan ragu.

"Ambil saja, busur itu milik Asgar tadinya Kakak hanya melihat-lihat, kakak sudah punya pedang yang diberikan Asgar." Jelas Zheyan.

Lilian menatap ke arah Asgar, orang yang ditatap hanya memberikan senyum. "Ambil saja aku punya banyak di rumah, rencananya aku akan memberikan mu aksesoris yang aku beli saat ke luar daerah dan siapa sangka kau juga menyukai busurnya."

"Terima kasih Kakak kau memang yang terbaik." Ucap Lilin semangat.

"Akan kau apakan busur itu?" tanya Zheyan.

"Tentu saja akan aku pakai." Jawabnya enteng sambil mengelus busur yang ada ditangannya.

Zheyan dan Asgar yang mendengar pun terkejut, sejak kapan Lilian menyukai hal-hal yang berbau perang.

"Kau bahkan tak bisa menggunakannya bagaimana bisa kau dengan yakin ingin menggunakannya." Ucap Zheyan

"Tidak apa-apa akan kakak mu ini ajarkan." Sela Asgar sambil menunjuk dirinya.

"Lilian bahkan tak menyukai bau keringat, lagian butuh waktu agar kau bisa menggunakan busur itu, kau harus belajar dasar-dasarnya dulu." Jelas Zheyan

"Siapa bilang aku tak bisa menggunakan busur?" Lilian mendongakkan wajahnya dan menatap Zheyan dan Asgar bergantian.

"Kami." Ucap Zhyan dan Asgar bersamaan.

"Kalau begitu mari kita coba busur baru ku." ucap Lilian semangat.

°°°

Mohon dukungan dan sarannya ya 😊

Terpopuler

Comments

Tria Ast

Tria Ast

akhirnya dapet cerita baguss banget.makasih Thor

2022-11-30

0

@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡

@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡

makin seru ceritanya, sampe aku gemezz sendiri

2022-03-04

0

Rina

Rina

keren

2021-09-07

3

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. kembali terlahir
3 2. Permen kapas
4 3.Bertemu
5 4.istana
6 5.Jamuan Teh
7 6. Istana 2
8 7. Busur
9 8. Bakat
10 9. Bertemu lagi
11 10. Bandit I
12 11. Bandit II
13 12. Khawatir
14 13. Kasih Sayang
15 14. Kakao
16 15. kerja sama
17 16. Kopi
18 17. Marah
19 18. Menggambar
20 19. Gadis bermuka dua
21 20. Bubuk coklat
22 21. Rencana
23 22. Keju dan Permen Kapas
24 23. Cemburu
25 24. Mentega dan Kopi
26 25. Mentega II
27 26. Membuat Kopi dan Coklat
28 27. Harga
29 28. Ruangan Pribadi
30 29. Perusak Ketenangan
31 30. Festival I
32 31. Festival II
33 32. Festival III
34 33. Keluarga Terkuat
35 34. Permintaan Pertama
36 35. Berlatih Menunggangi Kuda
37 36. Terluka
38 37. Teka-Teki
39 38. Sahabat
40 39. Ketahuan
41 40. Memilih Gaun
42 41. Lilian
43 42. Cantik
44 43. Dunia Novel ?
45 44. Orang Asing
46 45. Kepemilikan
47 46. Ayah dan Putra
48 47. Rencana
49 48. Latihan I
50 49. Latihan II
51 50. Permintaan Kedua
52 51. Perangkap
53 52. Teman
54 53. Perkara Ciuman
55 54. Jangan menangis
56 55. Lukisan
57 56. Lilian II
58 57. Rencana Kegiatan
59 58. Memulai
60 59. Pertemuan Kembali
61 60. Merasa Kesal
62 61. Harimau
63 62. Kondisi
64 63. Kucing ?
65 64. Hewan Mitos
66 65. Citto
67 66. Naga Kecil
68 67. Mahkota
69 68. Rencana Lagi
70 69. Kesabaran
71 70. Adik
72 71. Surat
73 72. Kabur
74 73. Preman Pasar
75 74. Surat 2
76 75. Langkah Awal
77 76. Rencana Perayaan
78 77. Menggoda
79 78. Gantungan Burung Poenix
80 79. Rahasia
81 80. Pengakuan
82 81. Buntelan Kain
83 82. Wilayah barat
84 83. Persiapan Acara
85 84. Perayaan Panen 1
86 85. Perayaan Panen II
87 86. Perayaan Panen III
88 87. Perjalanan I
89 88. Janji Masa Depan
90 89. Harapan
91 90. Kekayaan Yang Tersembunyi
92 91 . Informasi
93 92. Tanaman Pembunuh
94 93. Keluarga Kecil
95 94. Memancing Kemarahan Raja Reinal
96 95. Bahasa Citto
97 96. Kerajaan Apollonia
98 97. Tempat Ritual
99 98. Pembahasan Rencana
100 99. Pertengkaran Kecil
101 100. Laporan
102 101. Perubahan Citto
103 102. Petunjuk Lain
104 103. Permintaan Maaf termanis
105 104. Perjalanan II
106 105. Penyerangan
107 106. Khawatir
108 107. Saran Seorang Ayah
109 108. Baikan
110 109. Pesta Dansa I
111 110. Pesta Dansa II
112 111. Perayaan Pesta III
113 112. Pancingan
114 113. Penyerangan dalam Istana
115 114. Pelaku Pertama
116 115. Pembunuhan Masal
117 116. Buku Catatan Lilian I
118 117. Buku Catatan Lilian II
119 118. Terungkap
120 119. Buku Catatan Lilian III
121 120. Merencanakan Sesuatu
122 121. Masuk Perangkap
123 122. Alben Benito
124 123. Kambing Hitam
125 124. Rencana Awal Berhasil
126 125. Membakar Gedung Belakang
127 126. Kebakaran
128 127. Bola Kristal
129 128. Kondisi Lilian
130 129. Cerita Lilian Masa Lalu
131 130. Rencana Malam Lentera
132 131. Kebakaran Gua
133 132. Dalang kebakaran
134 133. Rangkaian Beberapa Kejadian
135 134. Malam Lentera
136 135. Malam Lentera 2
137 136. Perubahan Naga Citto
138 137. Pertarungan Dua Pangeran
139 138. Selir Gracia
140 139. Pangeran Igor
141 140. Pertarungan
142 141. Pengorbanan
143 142. Peristirahatan Terakhir Rosa
144 143. Hukuman
145 144. Kondisi Lilian
146 145. Kepergian
147 Pemberitahuan
148 Pengumuman
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Prolog
2
1. kembali terlahir
3
2. Permen kapas
4
3.Bertemu
5
4.istana
6
5.Jamuan Teh
7
6. Istana 2
8
7. Busur
9
8. Bakat
10
9. Bertemu lagi
11
10. Bandit I
12
11. Bandit II
13
12. Khawatir
14
13. Kasih Sayang
15
14. Kakao
16
15. kerja sama
17
16. Kopi
18
17. Marah
19
18. Menggambar
20
19. Gadis bermuka dua
21
20. Bubuk coklat
22
21. Rencana
23
22. Keju dan Permen Kapas
24
23. Cemburu
25
24. Mentega dan Kopi
26
25. Mentega II
27
26. Membuat Kopi dan Coklat
28
27. Harga
29
28. Ruangan Pribadi
30
29. Perusak Ketenangan
31
30. Festival I
32
31. Festival II
33
32. Festival III
34
33. Keluarga Terkuat
35
34. Permintaan Pertama
36
35. Berlatih Menunggangi Kuda
37
36. Terluka
38
37. Teka-Teki
39
38. Sahabat
40
39. Ketahuan
41
40. Memilih Gaun
42
41. Lilian
43
42. Cantik
44
43. Dunia Novel ?
45
44. Orang Asing
46
45. Kepemilikan
47
46. Ayah dan Putra
48
47. Rencana
49
48. Latihan I
50
49. Latihan II
51
50. Permintaan Kedua
52
51. Perangkap
53
52. Teman
54
53. Perkara Ciuman
55
54. Jangan menangis
56
55. Lukisan
57
56. Lilian II
58
57. Rencana Kegiatan
59
58. Memulai
60
59. Pertemuan Kembali
61
60. Merasa Kesal
62
61. Harimau
63
62. Kondisi
64
63. Kucing ?
65
64. Hewan Mitos
66
65. Citto
67
66. Naga Kecil
68
67. Mahkota
69
68. Rencana Lagi
70
69. Kesabaran
71
70. Adik
72
71. Surat
73
72. Kabur
74
73. Preman Pasar
75
74. Surat 2
76
75. Langkah Awal
77
76. Rencana Perayaan
78
77. Menggoda
79
78. Gantungan Burung Poenix
80
79. Rahasia
81
80. Pengakuan
82
81. Buntelan Kain
83
82. Wilayah barat
84
83. Persiapan Acara
85
84. Perayaan Panen 1
86
85. Perayaan Panen II
87
86. Perayaan Panen III
88
87. Perjalanan I
89
88. Janji Masa Depan
90
89. Harapan
91
90. Kekayaan Yang Tersembunyi
92
91 . Informasi
93
92. Tanaman Pembunuh
94
93. Keluarga Kecil
95
94. Memancing Kemarahan Raja Reinal
96
95. Bahasa Citto
97
96. Kerajaan Apollonia
98
97. Tempat Ritual
99
98. Pembahasan Rencana
100
99. Pertengkaran Kecil
101
100. Laporan
102
101. Perubahan Citto
103
102. Petunjuk Lain
104
103. Permintaan Maaf termanis
105
104. Perjalanan II
106
105. Penyerangan
107
106. Khawatir
108
107. Saran Seorang Ayah
109
108. Baikan
110
109. Pesta Dansa I
111
110. Pesta Dansa II
112
111. Perayaan Pesta III
113
112. Pancingan
114
113. Penyerangan dalam Istana
115
114. Pelaku Pertama
116
115. Pembunuhan Masal
117
116. Buku Catatan Lilian I
118
117. Buku Catatan Lilian II
119
118. Terungkap
120
119. Buku Catatan Lilian III
121
120. Merencanakan Sesuatu
122
121. Masuk Perangkap
123
122. Alben Benito
124
123. Kambing Hitam
125
124. Rencana Awal Berhasil
126
125. Membakar Gedung Belakang
127
126. Kebakaran
128
127. Bola Kristal
129
128. Kondisi Lilian
130
129. Cerita Lilian Masa Lalu
131
130. Rencana Malam Lentera
132
131. Kebakaran Gua
133
132. Dalang kebakaran
134
133. Rangkaian Beberapa Kejadian
135
134. Malam Lentera
136
135. Malam Lentera 2
137
136. Perubahan Naga Citto
138
137. Pertarungan Dua Pangeran
139
138. Selir Gracia
140
139. Pangeran Igor
141
140. Pertarungan
142
141. Pengorbanan
143
142. Peristirahatan Terakhir Rosa
144
143. Hukuman
145
144. Kondisi Lilian
146
145. Kepergian
147
Pemberitahuan
148
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!