10. Bandit I

Khusus untuk part yang ini dan part selanjutnya, ceritanya tentang kejadian pangeran Sein sebelum bertemu Lilian yang kesasar. Author kasih tau biar pembaca nggak bingung sama alur ceritanya. Selamat membaca jangan lupa tinggalkan jejak ya 🤭

_____________________________

Di dalam ruangan yang sangat luas terdapat rak-rak yang memenuhi seisi ruangan, Rak-rak tersebut diisi dengan berbagai buku.

Bagian tengah ruangan terdapat beberapa kursi empuk yang sangat nyaman. Ruangan tersebut memiliki teras yang pemandangan luarnya langsung mengarah ke sebuah taman.

Bagian pojok ruangan terdapat sebuah meja kerja dengan berbagai gulungan dokumen diatasnya, di samping meja tersebut ada sebuah kursi yang sekarang tengah di tempati oleh seseorang.

Kening orang tersebut mengerut bahkan sampai rahangnya mengeras saat ia membaca kalimat yang ada dalam salah satu gulungan dokumen yang sekarang ia pegang.

Gulungan tersebut ia remas dengan kuat, nafasnya memburu dan tatapan matanya menajam, orang yang melihat ekspresinya saat ini mungkin akan gemetar.

"Artem." Ucapnya saat ia menyimpan kembali gulungan tersebut.

"Hamba yang mulia." Memberi hormat dengan menundukkan badannya.

"Kirimkan laporan ke Ayahku, katakan aku akan turun tangan langsung dan siapkan pasukan pertahanan." Ucapnya tegas.

"Baik yang mulia." Ia berbalik dan keluar ruangan.

Orang tersebut adalah pangeran Seint calon Raja selanjutnya. Aura yang dipancarkan Seint sekarang sangat menakutkan, Artem bahkan selalu bersikap formal jikalau Seint sedang dalam mode serius seperti sekarang.

Jika ia sudah memutuskan turun tangan langsung maka tidak akan ada ampun bagi musuhnya.

Sudah sangat lama para bandit di daerah Nania melakukan aksinya hingga semakin hari membuat warga-warga tak nyaman. Para warga bahkan memilih keluar dari daerah tersebut dan mencari daerah aman lainnya untuk ditempati.

Sudah beberapa kali surat peringatan di layangkan untuk para bandit tersebut namun mereka bukannya berhenti mereka malah merajalela.

Setiap hari ada saja yang dilakukan oleh mereka, mulai merampok, menindas, memperkosa para gadis, dan mereka tak segan-segan untuk membunuh.

Sein memejamkan mata dan mengetuk-ngetuk meja menggunakan jarinya menunggu kedatangan Artem.

Tak berapa lama suara langkah kaki seseorang terdengar menuju kearahnya orang itu adalah Artem. "Lapor yang mulia, Baginda Raja sudah mengijinkan dan persiapan sudah selesai."

"Kita berangkat sekarang." Ia bangun dari duduknya dan berjalan mendahului Artem.

°°°

Setelah melewati perjalan menggunakan kuda menuju daerah Nania, pangeran Seint dan pasukannya menunggu informasi dari salah satu bawahannya tentang keberadaan para bandit tersebut, setelah cukup lama menunggu akhirnya orang yang ditunggu datang dan memberi hormat.

"Lapor yang mulia, para bandit tersebut memiliki tiga titik markas, dua titik ada disini termasuk markas inti sedangkan satu titik berada di ibukota." Lapor orang tersebut.

Seint tersenyum mendengar laporan bawahannya, orang-orang yang melihat senyum Sein meneguk ludah ngeri melihat ekspresi Sang Pangeran. Bukan senyum manis yang ia tunjukkan melainkan senyum yang membuat orang yang melihatnya bergidik ngeri.

"Lokasinya dimana saja?" Ucap Seint.

"Satu titik berada di selatan daerah Nania dan satu titik inti berada di daerah timur Nania sedangkan satu titiknya berada di ibukota dekat pasar utama." Jelas bawahan tersebut.

"Mereka bahkan ingin merentangkan sayap di ibukota." Ucap Seint.

"Lalu apa yang harus kita lakukan pangeran?" Ucap Artem.

Sein menatap Artem serius. "Kita akan membagi kelompok menjadi dua, satu kelompok ke arah selatan dan satu kelompok ke arah timur, kau akan memimpin ke selatan dan aku akan memimpin ke timur."

Artem terlihat ragu dengan ucapan Seint "Apa tidak masalah kita membagi kelompok menjadi dua yang mulia."

Sein menatap Artem dan tersenyum sinis. "Apa kau takut?"

Artem menghela napas pelan. "Hamba bukannya takut yang mulia, hamba bahkan akan sangat bahagia jika seandainya hamba gugur sebagai kesatria dari Apollonia."

"Lantas apa yang membuat mu ragu?" Ucap Sein.

"Hamba hanya mengkhawatirkan mu yang mulia, pasukan yang kita bawa tidak cukup banyak dan kita harus membaginya menjadi dua kelompok, kau akan ke markas inti itu artinya anggota mereka akan jauh lebih banyak di sana." Jelas Artem.

"Kau meragukan kemampuan ku Artem ?" Ucap Sein.

"Bukan yang mulia, hamba hanya..." Belum sempat Artem melanjutkan ucapannya, Seint menyela.

"Kalau begitu lakukan seperti yang ku katakan" ucap Seint final.

Artem pasrah ia tau betul bagaimana sifat sahabatnya tersebut kalau keputusannya sudah bulat. "Baiklah."

"Sisanya ku serahkan padamu." Sein menepuk pundak Artem dan berjalan kearah kudanya.

Artem menatap ke arah pasukan. "Kalau begitu untuk malam ini kita istirahat dulu, besok sebelum matahari terbit kita sudah harus sampai ke markas mereka dan jangan ada yang membuat pergerakan yang membuat mereka mengendus keberadaan kita."

"Baik Tuan." Ucap pasukan pertahanan serempak.

°°°

Seperti yang direncanakan sebelumnya bahwa pasukan pertahanan akan dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing dipimpin oleh Seint dan Artem. Mereka bergerak ke arah yang berbeda, satu kelompok ke arah timur dan satu kelompok ke arah selatan. Hasil dari perundingan antara kedua kelompok jika mereka berhasil maka mereka akan bertemu ditengah daerah Nania akan tetapi jika mereka kesulitan maka mereka harus menyalakan tanda ke atas langit supaya kelompok lain dapat membantu.

Sekarang Seint tengah memantau kondisi markas para bandit tersebut sebelum ia dan pasukannya menyerang. Terlihat ada beberapa orang didepan gerbang sebuah bangunan sedang berjaga.

Sein memberi kode agar ia dan pasukannya menyerang dengan hati-hati, Seint mendekat ke arah gerbang dan melempar sebuah batu ukuran segenggam tangan kearah penjaga.

"Siapa di sana?" Teriak salah satu penjaga.

"Apa ada orang di sana?" Tanyanya lagi, saat tak ada jawaban penjaga tersebut mendekati arah batu tadi untuk memeriksa namun tak ada siapapun di sana.

Saat penjaga ingin memeriksa ke semak-semak sebuah tangan menariknya dan mematahkan lehernya dengan sekali gerakan, penjaga tersebut terkapar di tanah dan tak lagi bergerak.

Penjaga lainnya mulai curiga temannya yang pergi memeriksa tak kunjung kembali. saat mereka ingin menyusul temannya, tiba-tiba segerombolan orang datang dan menyerang mereka. Tak butuh waktu lama segerombolan orang tersebut dapat melumpuhkan para penjaga namun salah satu penjaga berhasil kabur dan berlari masuk ke dalam markas dan berteriak.

"PENYUSUP....ADA PENYUSUP...." Teriak penjaga tersebut sehingga membangunkan orang-orang.

Sein memberi kode pada pasukannya agar bersiaga. "Kalian siap?"

"Siap yang mulia." Ucap pasukannya serempak.

Mereka memasuki markas dan puluhan bandit menghadang mereka, salah satu dari bandit yang mempunyai luka gores di pipi menunjuk ke arah Seint menggunakan pedangnya "Beraninya kalian menyerang di markas kamis, apa kalian cari mati?"

Seint tersenyum sinis ke arah bandit tersebut. "Kita lihat siapa yang akan mati disini." Ia mulai mengeluarkan pedang dari pinggangnya

Muka bandit tersebut memerah karena marah, tatapannya pun menajam. "SERANG!" Teriak bandit tersebut.

Seint dan pasukannya maju melawan para bandit tersebut. Gerakkan pedang Sein sangat lincah sehingga membuat bandit tersebut kewalahan melawannya.

Sein menangkis pedang yang diarahkan padanya, dengan gerakan cepat ia menendang perut bandit tersebut dan berputar mengayunkan pedangnya ke arah bandit. Terlihat luka menganga di bagian dada bandit tersebut hasil dari pedang yang diarahkan oleh Seint.

Tak memberikan waktu lama untuk bandit tersebut meringis karena lukanya, Seint menusuk bandit tersebut tepat di jantungnya sehingga bandit tersebut memuntahkan darah dari mulutnya dan terkapar di tanah.

Saat Seint ingin berbalik sebuah pedang mengarah ke arahnya beruntung instingnya sangat kuat walau gelap Seint dapat menghindar dari pedang tersebut dan pedang tersebut hanya merobek bagian lengan baju Seint.

Tatapan mata Seint menajam kearah tiga bandit didepannya, dengan gerakan cepat ia mengarahkan pedangnya ke arah bandit tersebut dan dengan lihainya pedang Seint melukai beberapa anggota badan para bandit.

Tak ingin membuang waktu lama, Seint bergerak lincah ke arah para bandit. CRACH...CRACH...CRACH..........para bandit terkapar di atas tanah dengan beberapa luka menganga di daerah vital mereka.

Seint melirik kearah pasukannya yang sekarang sedang bertarung melawan para bandit, pasukan pertahanan adalah pasukan yang dilatih khusus oleh Seint meskipun pasukan pertahanan diurutan paling bawah dari pasukannya yang lain namun kemampuan pasukan pertahan tidak bisa diremehkan.

Pasukan pertahanan mendominasi pertarungan namun sebelum mereka dapat melumpuhkan para bandit, puluhan bandit lainnya bahkan jauh lebih banyak dari sebelumnya datang menyerang mereka.

Seint bergerak lincah mengayunkan pedangnya ke arah para bandit entah sudah berapa banyak nyawa yang sudah melayang karena pedangnya. Sesekali Seint melirik kearah pasukannya kalau-kalau ada pasukannya yang membutuhkan bantuan.

Cukup lama mereka bertarung akhirnya Seint dan pasukannya berhasil melumpuhkan para bandit, sebagian dari bandit tersebut bahkan sudah tak bernyawa dan sebagiannya lagi masih bernafas namun memiliki luka yang serius sehingga tak bisa lagi bertarung.

"Apa kalian masih sanggup bertarung ?" Tanya Sein pada pasukannya. Mau bagaimanapun Seint tidak bisa memaksa pasukannya bertarung dalam kondisi tidak baik, ia harus memikirkan keselamatan para pasukannya juga.

"Kami masih sanggup yang mulia." Ucap pasukannya serempak.

Seint mengangguk dan menatap seluruh bagian markas. "Kalau begitu kita akan masuk lebih dalam markas ini."

Seint dan pasukannya memasuki markas lebih dalam lagi, dengan gerak hati-hati dan tetap siaga. Saat mereka sampai ditengah markas ternyata puluhan bandit sudah menunggu mereka.

Salah satu bandit yang memiliki tubuh besar dan memegang kapak besar maju dan meludah ke tanah. "Berani sekali kalian mengacau markas kami."

Seint tersenyum sinis. "Siapa pemimpinnya disini?"

Bandit tersebut tertawa dengan lantang. "Kau bahkan belum tentu bisa mengalahkan kami akan tetapi kau berani-berani bertanya siapa ketua kami."

Tatapan mata Seint menajam. "Aku tak punya banyak waktu meladeni kalian."

Bandit tersebut marah dan maju menyerang Seint dengan kapak besarnya. Seint dengan lincahnya menghindari tebasan kapak besar tersebut. Beberapa kali kapak besar tersebut hampir mengenai kulit Seint namun Seint dengan cepat selalu bisa menghindar.

Bandit tersebut menendang kearah Seint namun Seint dapat dengan muda menghindar, tak sampai disitu bandit tersebut mengangkat kapak besarnya dan mengarahkannya ke arah Seint, dengan gerakan cepat Seint berguling ke atas tanah dan menendang dengan keras kaki bandit tersebut. Sedari tadi Seint hanya menghindar untuk membuat bandit tersebut kewalahan dan mencari kelemahan bandit tersebut.

Seint bergerak cepat dan menebas punggung bandit tersebut.CRACH....."AKHHHHHHH" teriakan kesakitan bandit tersebut.

Bandit tersebut tak menyerah walau punggungnya terluka ia masih tetap bisa mengangkat kapaknya ke arah Seint, dengan gerakan memutar Sein menghindari serangan kapak tersebut dan mengayunkan pedangnya ke arah bandit tersebut hingga mengenai lengan bandit tersebut.

°°°

Episodes
1 Prolog
2 1. kembali terlahir
3 2. Permen kapas
4 3.Bertemu
5 4.istana
6 5.Jamuan Teh
7 6. Istana 2
8 7. Busur
9 8. Bakat
10 9. Bertemu lagi
11 10. Bandit I
12 11. Bandit II
13 12. Khawatir
14 13. Kasih Sayang
15 14. Kakao
16 15. kerja sama
17 16. Kopi
18 17. Marah
19 18. Menggambar
20 19. Gadis bermuka dua
21 20. Bubuk coklat
22 21. Rencana
23 22. Keju dan Permen Kapas
24 23. Cemburu
25 24. Mentega dan Kopi
26 25. Mentega II
27 26. Membuat Kopi dan Coklat
28 27. Harga
29 28. Ruangan Pribadi
30 29. Perusak Ketenangan
31 30. Festival I
32 31. Festival II
33 32. Festival III
34 33. Keluarga Terkuat
35 34. Permintaan Pertama
36 35. Berlatih Menunggangi Kuda
37 36. Terluka
38 37. Teka-Teki
39 38. Sahabat
40 39. Ketahuan
41 40. Memilih Gaun
42 41. Lilian
43 42. Cantik
44 43. Dunia Novel ?
45 44. Orang Asing
46 45. Kepemilikan
47 46. Ayah dan Putra
48 47. Rencana
49 48. Latihan I
50 49. Latihan II
51 50. Permintaan Kedua
52 51. Perangkap
53 52. Teman
54 53. Perkara Ciuman
55 54. Jangan menangis
56 55. Lukisan
57 56. Lilian II
58 57. Rencana Kegiatan
59 58. Memulai
60 59. Pertemuan Kembali
61 60. Merasa Kesal
62 61. Harimau
63 62. Kondisi
64 63. Kucing ?
65 64. Hewan Mitos
66 65. Citto
67 66. Naga Kecil
68 67. Mahkota
69 68. Rencana Lagi
70 69. Kesabaran
71 70. Adik
72 71. Surat
73 72. Kabur
74 73. Preman Pasar
75 74. Surat 2
76 75. Langkah Awal
77 76. Rencana Perayaan
78 77. Menggoda
79 78. Gantungan Burung Poenix
80 79. Rahasia
81 80. Pengakuan
82 81. Buntelan Kain
83 82. Wilayah barat
84 83. Persiapan Acara
85 84. Perayaan Panen 1
86 85. Perayaan Panen II
87 86. Perayaan Panen III
88 87. Perjalanan I
89 88. Janji Masa Depan
90 89. Harapan
91 90. Kekayaan Yang Tersembunyi
92 91 . Informasi
93 92. Tanaman Pembunuh
94 93. Keluarga Kecil
95 94. Memancing Kemarahan Raja Reinal
96 95. Bahasa Citto
97 96. Kerajaan Apollonia
98 97. Tempat Ritual
99 98. Pembahasan Rencana
100 99. Pertengkaran Kecil
101 100. Laporan
102 101. Perubahan Citto
103 102. Petunjuk Lain
104 103. Permintaan Maaf termanis
105 104. Perjalanan II
106 105. Penyerangan
107 106. Khawatir
108 107. Saran Seorang Ayah
109 108. Baikan
110 109. Pesta Dansa I
111 110. Pesta Dansa II
112 111. Perayaan Pesta III
113 112. Pancingan
114 113. Penyerangan dalam Istana
115 114. Pelaku Pertama
116 115. Pembunuhan Masal
117 116. Buku Catatan Lilian I
118 117. Buku Catatan Lilian II
119 118. Terungkap
120 119. Buku Catatan Lilian III
121 120. Merencanakan Sesuatu
122 121. Masuk Perangkap
123 122. Alben Benito
124 123. Kambing Hitam
125 124. Rencana Awal Berhasil
126 125. Membakar Gedung Belakang
127 126. Kebakaran
128 127. Bola Kristal
129 128. Kondisi Lilian
130 129. Cerita Lilian Masa Lalu
131 130. Rencana Malam Lentera
132 131. Kebakaran Gua
133 132. Dalang kebakaran
134 133. Rangkaian Beberapa Kejadian
135 134. Malam Lentera
136 135. Malam Lentera 2
137 136. Perubahan Naga Citto
138 137. Pertarungan Dua Pangeran
139 138. Selir Gracia
140 139. Pangeran Igor
141 140. Pertarungan
142 141. Pengorbanan
143 142. Peristirahatan Terakhir Rosa
144 143. Hukuman
145 144. Kondisi Lilian
146 145. Kepergian
147 Pemberitahuan
148 Pengumuman
Episodes

Updated 148 Episodes

1
Prolog
2
1. kembali terlahir
3
2. Permen kapas
4
3.Bertemu
5
4.istana
6
5.Jamuan Teh
7
6. Istana 2
8
7. Busur
9
8. Bakat
10
9. Bertemu lagi
11
10. Bandit I
12
11. Bandit II
13
12. Khawatir
14
13. Kasih Sayang
15
14. Kakao
16
15. kerja sama
17
16. Kopi
18
17. Marah
19
18. Menggambar
20
19. Gadis bermuka dua
21
20. Bubuk coklat
22
21. Rencana
23
22. Keju dan Permen Kapas
24
23. Cemburu
25
24. Mentega dan Kopi
26
25. Mentega II
27
26. Membuat Kopi dan Coklat
28
27. Harga
29
28. Ruangan Pribadi
30
29. Perusak Ketenangan
31
30. Festival I
32
31. Festival II
33
32. Festival III
34
33. Keluarga Terkuat
35
34. Permintaan Pertama
36
35. Berlatih Menunggangi Kuda
37
36. Terluka
38
37. Teka-Teki
39
38. Sahabat
40
39. Ketahuan
41
40. Memilih Gaun
42
41. Lilian
43
42. Cantik
44
43. Dunia Novel ?
45
44. Orang Asing
46
45. Kepemilikan
47
46. Ayah dan Putra
48
47. Rencana
49
48. Latihan I
50
49. Latihan II
51
50. Permintaan Kedua
52
51. Perangkap
53
52. Teman
54
53. Perkara Ciuman
55
54. Jangan menangis
56
55. Lukisan
57
56. Lilian II
58
57. Rencana Kegiatan
59
58. Memulai
60
59. Pertemuan Kembali
61
60. Merasa Kesal
62
61. Harimau
63
62. Kondisi
64
63. Kucing ?
65
64. Hewan Mitos
66
65. Citto
67
66. Naga Kecil
68
67. Mahkota
69
68. Rencana Lagi
70
69. Kesabaran
71
70. Adik
72
71. Surat
73
72. Kabur
74
73. Preman Pasar
75
74. Surat 2
76
75. Langkah Awal
77
76. Rencana Perayaan
78
77. Menggoda
79
78. Gantungan Burung Poenix
80
79. Rahasia
81
80. Pengakuan
82
81. Buntelan Kain
83
82. Wilayah barat
84
83. Persiapan Acara
85
84. Perayaan Panen 1
86
85. Perayaan Panen II
87
86. Perayaan Panen III
88
87. Perjalanan I
89
88. Janji Masa Depan
90
89. Harapan
91
90. Kekayaan Yang Tersembunyi
92
91 . Informasi
93
92. Tanaman Pembunuh
94
93. Keluarga Kecil
95
94. Memancing Kemarahan Raja Reinal
96
95. Bahasa Citto
97
96. Kerajaan Apollonia
98
97. Tempat Ritual
99
98. Pembahasan Rencana
100
99. Pertengkaran Kecil
101
100. Laporan
102
101. Perubahan Citto
103
102. Petunjuk Lain
104
103. Permintaan Maaf termanis
105
104. Perjalanan II
106
105. Penyerangan
107
106. Khawatir
108
107. Saran Seorang Ayah
109
108. Baikan
110
109. Pesta Dansa I
111
110. Pesta Dansa II
112
111. Perayaan Pesta III
113
112. Pancingan
114
113. Penyerangan dalam Istana
115
114. Pelaku Pertama
116
115. Pembunuhan Masal
117
116. Buku Catatan Lilian I
118
117. Buku Catatan Lilian II
119
118. Terungkap
120
119. Buku Catatan Lilian III
121
120. Merencanakan Sesuatu
122
121. Masuk Perangkap
123
122. Alben Benito
124
123. Kambing Hitam
125
124. Rencana Awal Berhasil
126
125. Membakar Gedung Belakang
127
126. Kebakaran
128
127. Bola Kristal
129
128. Kondisi Lilian
130
129. Cerita Lilian Masa Lalu
131
130. Rencana Malam Lentera
132
131. Kebakaran Gua
133
132. Dalang kebakaran
134
133. Rangkaian Beberapa Kejadian
135
134. Malam Lentera
136
135. Malam Lentera 2
137
136. Perubahan Naga Citto
138
137. Pertarungan Dua Pangeran
139
138. Selir Gracia
140
139. Pangeran Igor
141
140. Pertarungan
142
141. Pengorbanan
143
142. Peristirahatan Terakhir Rosa
144
143. Hukuman
145
144. Kondisi Lilian
146
145. Kepergian
147
Pemberitahuan
148
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!