Khusus untuk part yang ini dan part selanjutnya, ceritanya tentang kejadian pangeran Sein sebelum bertemu Lilian yang kesasar. Author kasih tau biar pembaca nggak bingung sama alur ceritanya. Selamat membaca jangan lupa tinggalkan jejak ya 🤭
_____________________________
Di dalam ruangan yang sangat luas terdapat rak-rak yang memenuhi seisi ruangan, Rak-rak tersebut diisi dengan berbagai buku.
Bagian tengah ruangan terdapat beberapa kursi empuk yang sangat nyaman. Ruangan tersebut memiliki teras yang pemandangan luarnya langsung mengarah ke sebuah taman.
Bagian pojok ruangan terdapat sebuah meja kerja dengan berbagai gulungan dokumen diatasnya, di samping meja tersebut ada sebuah kursi yang sekarang tengah di tempati oleh seseorang.
Kening orang tersebut mengerut bahkan sampai rahangnya mengeras saat ia membaca kalimat yang ada dalam salah satu gulungan dokumen yang sekarang ia pegang.
Gulungan tersebut ia remas dengan kuat, nafasnya memburu dan tatapan matanya menajam, orang yang melihat ekspresinya saat ini mungkin akan gemetar.
"Artem." Ucapnya saat ia menyimpan kembali gulungan tersebut.
"Hamba yang mulia." Memberi hormat dengan menundukkan badannya.
"Kirimkan laporan ke Ayahku, katakan aku akan turun tangan langsung dan siapkan pasukan pertahanan." Ucapnya tegas.
"Baik yang mulia." Ia berbalik dan keluar ruangan.
Orang tersebut adalah pangeran Seint calon Raja selanjutnya. Aura yang dipancarkan Seint sekarang sangat menakutkan, Artem bahkan selalu bersikap formal jikalau Seint sedang dalam mode serius seperti sekarang.
Jika ia sudah memutuskan turun tangan langsung maka tidak akan ada ampun bagi musuhnya.
Sudah sangat lama para bandit di daerah Nania melakukan aksinya hingga semakin hari membuat warga-warga tak nyaman. Para warga bahkan memilih keluar dari daerah tersebut dan mencari daerah aman lainnya untuk ditempati.
Sudah beberapa kali surat peringatan di layangkan untuk para bandit tersebut namun mereka bukannya berhenti mereka malah merajalela.
Setiap hari ada saja yang dilakukan oleh mereka, mulai merampok, menindas, memperkosa para gadis, dan mereka tak segan-segan untuk membunuh.
Sein memejamkan mata dan mengetuk-ngetuk meja menggunakan jarinya menunggu kedatangan Artem.
Tak berapa lama suara langkah kaki seseorang terdengar menuju kearahnya orang itu adalah Artem. "Lapor yang mulia, Baginda Raja sudah mengijinkan dan persiapan sudah selesai."
"Kita berangkat sekarang." Ia bangun dari duduknya dan berjalan mendahului Artem.
°°°
Setelah melewati perjalan menggunakan kuda menuju daerah Nania, pangeran Seint dan pasukannya menunggu informasi dari salah satu bawahannya tentang keberadaan para bandit tersebut, setelah cukup lama menunggu akhirnya orang yang ditunggu datang dan memberi hormat.
"Lapor yang mulia, para bandit tersebut memiliki tiga titik markas, dua titik ada disini termasuk markas inti sedangkan satu titik berada di ibukota." Lapor orang tersebut.
Seint tersenyum mendengar laporan bawahannya, orang-orang yang melihat senyum Sein meneguk ludah ngeri melihat ekspresi Sang Pangeran. Bukan senyum manis yang ia tunjukkan melainkan senyum yang membuat orang yang melihatnya bergidik ngeri.
"Lokasinya dimana saja?" Ucap Seint.
"Satu titik berada di selatan daerah Nania dan satu titik inti berada di daerah timur Nania sedangkan satu titiknya berada di ibukota dekat pasar utama." Jelas bawahan tersebut.
"Mereka bahkan ingin merentangkan sayap di ibukota." Ucap Seint.
"Lalu apa yang harus kita lakukan pangeran?" Ucap Artem.
Sein menatap Artem serius. "Kita akan membagi kelompok menjadi dua, satu kelompok ke arah selatan dan satu kelompok ke arah timur, kau akan memimpin ke selatan dan aku akan memimpin ke timur."
Artem terlihat ragu dengan ucapan Seint "Apa tidak masalah kita membagi kelompok menjadi dua yang mulia."
Sein menatap Artem dan tersenyum sinis. "Apa kau takut?"
Artem menghela napas pelan. "Hamba bukannya takut yang mulia, hamba bahkan akan sangat bahagia jika seandainya hamba gugur sebagai kesatria dari Apollonia."
"Lantas apa yang membuat mu ragu?" Ucap Sein.
"Hamba hanya mengkhawatirkan mu yang mulia, pasukan yang kita bawa tidak cukup banyak dan kita harus membaginya menjadi dua kelompok, kau akan ke markas inti itu artinya anggota mereka akan jauh lebih banyak di sana." Jelas Artem.
"Kau meragukan kemampuan ku Artem ?" Ucap Sein.
"Bukan yang mulia, hamba hanya..." Belum sempat Artem melanjutkan ucapannya, Seint menyela.
"Kalau begitu lakukan seperti yang ku katakan" ucap Seint final.
Artem pasrah ia tau betul bagaimana sifat sahabatnya tersebut kalau keputusannya sudah bulat. "Baiklah."
"Sisanya ku serahkan padamu." Sein menepuk pundak Artem dan berjalan kearah kudanya.
Artem menatap ke arah pasukan. "Kalau begitu untuk malam ini kita istirahat dulu, besok sebelum matahari terbit kita sudah harus sampai ke markas mereka dan jangan ada yang membuat pergerakan yang membuat mereka mengendus keberadaan kita."
"Baik Tuan." Ucap pasukan pertahanan serempak.
°°°
Seperti yang direncanakan sebelumnya bahwa pasukan pertahanan akan dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing dipimpin oleh Seint dan Artem. Mereka bergerak ke arah yang berbeda, satu kelompok ke arah timur dan satu kelompok ke arah selatan. Hasil dari perundingan antara kedua kelompok jika mereka berhasil maka mereka akan bertemu ditengah daerah Nania akan tetapi jika mereka kesulitan maka mereka harus menyalakan tanda ke atas langit supaya kelompok lain dapat membantu.
Sekarang Seint tengah memantau kondisi markas para bandit tersebut sebelum ia dan pasukannya menyerang. Terlihat ada beberapa orang didepan gerbang sebuah bangunan sedang berjaga.
Sein memberi kode agar ia dan pasukannya menyerang dengan hati-hati, Seint mendekat ke arah gerbang dan melempar sebuah batu ukuran segenggam tangan kearah penjaga.
"Siapa di sana?" Teriak salah satu penjaga.
"Apa ada orang di sana?" Tanyanya lagi, saat tak ada jawaban penjaga tersebut mendekati arah batu tadi untuk memeriksa namun tak ada siapapun di sana.
Saat penjaga ingin memeriksa ke semak-semak sebuah tangan menariknya dan mematahkan lehernya dengan sekali gerakan, penjaga tersebut terkapar di tanah dan tak lagi bergerak.
Penjaga lainnya mulai curiga temannya yang pergi memeriksa tak kunjung kembali. saat mereka ingin menyusul temannya, tiba-tiba segerombolan orang datang dan menyerang mereka. Tak butuh waktu lama segerombolan orang tersebut dapat melumpuhkan para penjaga namun salah satu penjaga berhasil kabur dan berlari masuk ke dalam markas dan berteriak.
"PENYUSUP....ADA PENYUSUP...." Teriak penjaga tersebut sehingga membangunkan orang-orang.
Sein memberi kode pada pasukannya agar bersiaga. "Kalian siap?"
"Siap yang mulia." Ucap pasukannya serempak.
Mereka memasuki markas dan puluhan bandit menghadang mereka, salah satu dari bandit yang mempunyai luka gores di pipi menunjuk ke arah Seint menggunakan pedangnya "Beraninya kalian menyerang di markas kamis, apa kalian cari mati?"
Seint tersenyum sinis ke arah bandit tersebut. "Kita lihat siapa yang akan mati disini." Ia mulai mengeluarkan pedang dari pinggangnya
Muka bandit tersebut memerah karena marah, tatapannya pun menajam. "SERANG!" Teriak bandit tersebut.
Seint dan pasukannya maju melawan para bandit tersebut. Gerakkan pedang Sein sangat lincah sehingga membuat bandit tersebut kewalahan melawannya.
Sein menangkis pedang yang diarahkan padanya, dengan gerakan cepat ia menendang perut bandit tersebut dan berputar mengayunkan pedangnya ke arah bandit. Terlihat luka menganga di bagian dada bandit tersebut hasil dari pedang yang diarahkan oleh Seint.
Tak memberikan waktu lama untuk bandit tersebut meringis karena lukanya, Seint menusuk bandit tersebut tepat di jantungnya sehingga bandit tersebut memuntahkan darah dari mulutnya dan terkapar di tanah.
Saat Seint ingin berbalik sebuah pedang mengarah ke arahnya beruntung instingnya sangat kuat walau gelap Seint dapat menghindar dari pedang tersebut dan pedang tersebut hanya merobek bagian lengan baju Seint.
Tatapan mata Seint menajam kearah tiga bandit didepannya, dengan gerakan cepat ia mengarahkan pedangnya ke arah bandit tersebut dan dengan lihainya pedang Seint melukai beberapa anggota badan para bandit.
Tak ingin membuang waktu lama, Seint bergerak lincah ke arah para bandit. CRACH...CRACH...CRACH..........para bandit terkapar di atas tanah dengan beberapa luka menganga di daerah vital mereka.
Seint melirik kearah pasukannya yang sekarang sedang bertarung melawan para bandit, pasukan pertahanan adalah pasukan yang dilatih khusus oleh Seint meskipun pasukan pertahanan diurutan paling bawah dari pasukannya yang lain namun kemampuan pasukan pertahan tidak bisa diremehkan.
Pasukan pertahanan mendominasi pertarungan namun sebelum mereka dapat melumpuhkan para bandit, puluhan bandit lainnya bahkan jauh lebih banyak dari sebelumnya datang menyerang mereka.
Seint bergerak lincah mengayunkan pedangnya ke arah para bandit entah sudah berapa banyak nyawa yang sudah melayang karena pedangnya. Sesekali Seint melirik kearah pasukannya kalau-kalau ada pasukannya yang membutuhkan bantuan.
Cukup lama mereka bertarung akhirnya Seint dan pasukannya berhasil melumpuhkan para bandit, sebagian dari bandit tersebut bahkan sudah tak bernyawa dan sebagiannya lagi masih bernafas namun memiliki luka yang serius sehingga tak bisa lagi bertarung.
"Apa kalian masih sanggup bertarung ?" Tanya Sein pada pasukannya. Mau bagaimanapun Seint tidak bisa memaksa pasukannya bertarung dalam kondisi tidak baik, ia harus memikirkan keselamatan para pasukannya juga.
"Kami masih sanggup yang mulia." Ucap pasukannya serempak.
Seint mengangguk dan menatap seluruh bagian markas. "Kalau begitu kita akan masuk lebih dalam markas ini."
Seint dan pasukannya memasuki markas lebih dalam lagi, dengan gerak hati-hati dan tetap siaga. Saat mereka sampai ditengah markas ternyata puluhan bandit sudah menunggu mereka.
Salah satu bandit yang memiliki tubuh besar dan memegang kapak besar maju dan meludah ke tanah. "Berani sekali kalian mengacau markas kami."
Seint tersenyum sinis. "Siapa pemimpinnya disini?"
Bandit tersebut tertawa dengan lantang. "Kau bahkan belum tentu bisa mengalahkan kami akan tetapi kau berani-berani bertanya siapa ketua kami."
Tatapan mata Seint menajam. "Aku tak punya banyak waktu meladeni kalian."
Bandit tersebut marah dan maju menyerang Seint dengan kapak besarnya. Seint dengan lincahnya menghindari tebasan kapak besar tersebut. Beberapa kali kapak besar tersebut hampir mengenai kulit Seint namun Seint dengan cepat selalu bisa menghindar.
Bandit tersebut menendang kearah Seint namun Seint dapat dengan muda menghindar, tak sampai disitu bandit tersebut mengangkat kapak besarnya dan mengarahkannya ke arah Seint, dengan gerakan cepat Seint berguling ke atas tanah dan menendang dengan keras kaki bandit tersebut. Sedari tadi Seint hanya menghindar untuk membuat bandit tersebut kewalahan dan mencari kelemahan bandit tersebut.
Seint bergerak cepat dan menebas punggung bandit tersebut.CRACH....."AKHHHHHHH" teriakan kesakitan bandit tersebut.
Bandit tersebut tak menyerah walau punggungnya terluka ia masih tetap bisa mengangkat kapaknya ke arah Seint, dengan gerakan memutar Sein menghindari serangan kapak tersebut dan mengayunkan pedangnya ke arah bandit tersebut hingga mengenai lengan bandit tersebut.
°°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments