Seorang driver o*** berhenti di depan rumah Rania. Mengantarkan makanan yang Apri pesan.
Apri langsung menghampirinya, memberikan uang lalu O*** itu pergi.
Haris dan Apri masuk. Apri yang memang sudah lapar langsung membuka makanan itu.
Haris mengambil bubur ayam, masuk ke kamar Rania lalu duduk di samping Rania.
"Bangun, kamu harus makan," Haris mengelus lembut bahu Rania.
"Aku masih kenyang mas," suara lemas Rania menoleh pada Haris.
"Tapi makanlah sedikit, kamu kan harus meminum obat." Haris bersikap sangat lembut.
Lalu Haris mengangkat badan Rania, menyenderkan pada bantal di belakang tubuh Rania.
"Aku makan sendiri mas." Rania mengambil kotak bubur di tangan Haris.
"Aku yang suapin kamu." Haris menahan kotak bubur itu.
Rania hanya memandang Haris dengan mata sayupnya.
"Aaa..." Haris menyodorkan sendok pada Rania.
Rania melahap nya. Haris tersenyum.
"Lagi..."
Haris merayu seperti sedang menyuapi anaknya saja.
"Mas, sudah..."
"Baru dua suapan. Dikit lagi ya?"
Rania malah menangis.
Haris meletakkan buburnya di meja kecil sebelah tempat tidur.
"Kenapa menangis? Sakit sekali ya?" Haris memijat pelan pelipis Rania.
"Aku terharu, kenapa bisa mas yang baru mengenalku memperlakukan aku sebaik ini?" Rania bicara tersedu.
"Bersyukurlah, Ini memang takdir kita, bertemu kemudian saling menjaga." Haris tersenyum.
Mata Rania sembab, malu untuk menatap Haris. Haris mengambil lagi buburnya, menyuapi lagi Rania.
Rania merasa sudah kenyang, Haris mengambilkan obat Rania. Rania meminum obatnya.
Haris menyuruh Rania istirahat lagi, dia keluar menghampiri Apri.
"Udah habis?" Haris melotot melihat kotak nasi Apri yang bersih tanpa sisa. Hanya tulang-tulang bekas gigitan Apri.
"hehee..." Apri menyenderkan tubuhnya yang gemuk pada kursi.
"Gimana Rania?" tanya Apri memelas.
"Istirahat, masih pusing katanya. Devi kenapa belum pulang-pulang ya?" Haris menoleh ke arah luar.
"Bentar lagi mungkin."
"Kamu mau makan nungguin Devi? "
"Aku udah lapar, duluan aja lah." Haris duduk lalu membuka kotak nasinya.
Haris mulai memakan makanannya. Terdengar langkah kecil masuk rumah Rania.
"Kak Haris?" Devi langsung tersenyum melihat Haris ada di rumahnya.
"Hai cantik, kamu sudah pulang, sini makan sama kakak." Haris tersenyum ramah.
Apri melongo melihat sikap Haris yang sangat berbeda dari kemarin-kemarin.
"Bisa-bisanya Haris baik begini sama Rania dan Devi?" batin Apri.
Apri menoleh pada Devi.
"Halo anak cantik, kamu panggil dia kakak? Panggl om saja, dia ini sudah tua lho," Apri ketawa cekikikan.
"Tapi kan kak Haris mau menikah sama Mba Rania. Oh iya, dimana Mba Rania?" Devi masih berdiri di depan Haris dan Apri.
"Mba kamu lagi istirahat di kamar, dia lagi sakit," jelas Apri.
Devi langsung berlari menemui kakaknya.
Berjalan pelan saat sudah dekat dengan Rania.
Devi memandangi kakaknya yang sedang tidur. Lalu keluar lagi karena tidak mau mengganggu kakaknya.
"Masih tidur? " tanya Haris pada Devi.
Devi mengangguk.
"Devi ganti baju dulu, cuci tangan habis itu makan ya? Kakak tungguin, ayo sana," ucap Haris sangat ramah. Apri saja terheran heran.
Devi kembali lagi ke meja makan, duduk di sebelah Haris lalu Haris membukakan kotak nasi milik Devi.
"Ayo makan!" ujar Haris tersenyum pada Devi.
"Terimakasih kak, kak Apri nggak makan?"
"Kakak udah duluan hehe..." sambil menunjuk bekas kotak nasinya.
Devi dan Haris makan dengan tenang, Apri pergi ke teras rumah. Membuat sambungan video call dengan Livia.
Livia yang masih ada jam kuliah pun tidak mengangkat panggilan apri karena ponselnya disilent.
"Ah nasib nasib. Mau manjaan sama Livi malah gak diangkat," gerutu Apri mengantongi lagi ponselnya.
Haris selesai duluan makannya, Devi masih lanjut makan. Haris tersenyum sambil beranjak ke luar menghampiri Apri.
"Kamu mau nemenin aku disini?" ujar Haris.
"Emang kamu mau disini sampe kapan?"
"Nanti sore juga pulang, setidaknya sampai Rania bisa bangunlah."
"Ya udah deh aku tungguin, lagian ngapain juga di penginapan, bosen juga. Mending main sama Devi," ucap Apri tersenyum.
"Ya ya, tapi jangan macam-macam sama adik aku." Haris terlihat ceria semenjak mengenal Rania.
"Siap kakak." Apri tertawa menggoda Haris.
selesai makan, Devi menghampiri Apri dan haris di luar.
"Kak, tadi ada PR dari sekolah, ajarin ya?" ucap Devi manja.
Biasanya Rania langsung menanyakan bagaimana harimu di sekolah, tapi hari ini tidak karena Rania sakit.
"Mana coba, mau di kerjain di sini?" tanya Apri.
Teras rumah Rania memang lumayan luas, sejuk karena banyak tanaman.
Haris mengeluarkan karpet kecil yang ada di mobil lalu membukanya untuk alas Devi belajar. Devi ke dalam mengambil tasnya.
Mereka bertiga terlihat bahagia, apa lagi Apri yang memang sangat gemes melihat Devi yang pipinya tebal kaya bakpao.
Devi juga terlihat tertawa tawa karena
Apri dan Haris selalu menggodanya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments