Malam di rumah Rania. Devi, adik Rania sedang belajar di meja kamarnya. Sembari menunggu kakaknya pulang dari bekerja.
Kemudian terdengar pintu diketuk. Devi segera membuka pintu.
"Assalamualaikum," ucap Rania tersenyum sambil menyodorkan punggung tangan pada Devi.
"Waalaikumsalam, mbak sudah pulang?" Devi mencium punggung tangan Rania terlihat bahagia.
"Sudah dek. Yuk masuk!" Mereka berdua masuk rumah, Rania mengelus rambut Devi perlahan.
"Ayo makan dulu sayang, mbak udah beliin kamu ayam goreng" ucap Rania manis.
"Yey ... terimakasih mba," kata Devi dengan senang hati.
Rania mengambil piring kemudian mereka makan. Melihat adiknya yang sangat lahap, Rania jadi teringat masalahnya di kafe tadi. Pak Arga memecatnya, bagaimana kalau dia tidak secepatnya mendapat pekerjaan lagi. Devi memandangi kakaknya yang terdiam.
"Mbak ayo makan!" Wajah Devi sangat menggemaskan dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"E e iya dek," Rania kaget terbangun dari lamunannya.
Devi dan Rania makan dengan tenang, setelah habis Rania menyuruh Devi untuk belajar lagi.
Devi pun menurut lalu pergi ke kamarnya. Sedangkan Rania membereskan piring. Rania duduk di ruang tamu, lagi-lagi dia termenung memikirkan hari esok. Sangking lelahnya, Rania sampai tertidur di kursi.
Devi yang dari tadi menunggu Rania masuk kamar dan sudah lama menunggu kenapa kakanya belum juga masuk. Devi memanggil kakanya tapi tidak ada jawaban. Devi keluar kamar dan mendapati kakanya yang tertidur di kursi sempit dan keras.
"Mbak Rani? Bangun mbak, ayo bobo dikamar!" Devi membangunkan kakanya
"Devi, kamu belum tidur?" Rania terlihat sangat mengantuk dan lelah. Rania tersenyum melihat adiknya.
"Ayo dek!"
Mereka berdua pergi ke kamar dan melanjutkan tidur.
Alarm berbunyi pukul 04.00 pagi. Rania biasa terbangun pagi-pagi sekali agar bisa menyiapkan sarapan dan juga beberes. Tapi pagi ini Rania enggan untuk bangun, dia masih memikirkan bahwa dia sudah tidak bekerja lagi. Sampai jam menunjukan pukul 05.00. Rania terbangun lalu bersiap- siap sholat subuh.
"Bagaimana bisa aku seceroboh itu hingga membuat diriku di pecat dan sekarang aku pengangguran," batin Rania setelah selesai sholat.
"Dek ayo bangun, udah jam 06.00 lho!" Rania menggoyang- goyangkan tubuh Devi.
"Iyaa mbak." Devi duduk lalu mengusap matanya.
"Anak pintar." Rania tersenyum.
Rania menyiapkan baju seragam Devi. Devi langsung mandi dan bersiap-siap.
"Mbak nggak kerja?" tanya Devi
"Kerja. Tapi mbak berangkat siang." Rania menjawab dengan perasaan sedih.
"Mbak mau Devi jadi anak yang rajin dan bertanggung jawab ya!" Rania menyisir rambut Devi.
"Iya mbak. Devi mau jadi seperti mbak yang selalu sayang sama semua orang," jawab Devi. Rania tersenyum.
"Jangan jadi seperti mbak dek, mbak yang cuma pelayan kafe ini selalu direndahkan orang lain." Rania membatin serasa ingin menangis.
Selesai menyisir rambut Devi, Devi pun mencium punggung tangan kakaknya, berpamitan berangkat sekolah.
"Devi berangkat ya mbak," pamit Devi.
"Iya, belajar yang giat ya dek, hati- hati!" Rania mencium pipi Devi. Devi melambaikan tangannya.
Di rumah tinggal Rania sendiri.
Semenjak orang tuanya meninggal, Rania menjadi orang tua pengganti untuk Devi, adik satu-satunya sekaligus teman hidupnya.
Bapak dan Ibu Rania meninggal karena kecelakaan mobil. Saat Rania kelas 2 SMP, dan Devi yang masih umur satu setengah tahun. Saat akan pergi menjenguk neneknya di desa tiba-tiba kecelakaan menimpa mobil keluarga Rania.
Rania juga ikut tapi dia selamat, sedangkan Devi tinggal di rumah bersama pengasuhnya. Waktu itu Rania merasa sangat tertekan. Setelah dua tahun orang tuanya meninggal, pengasuh Devi tiba-tiba mengundurkan diri karena selama ini tidak pernah mendapat upah, namun karena kasian pengasuh Devi rela merawat Devi dan Rania. Hingga sudah saatnya Rania hidup mandiri menjaga adiknya
setelah lulus SMP.
Jam sudah menunjukkan pukul 09.00, Rania masih belum bangun dari lamunan masa lalu.
Sangat sedih hingga ia meneteskan air mata. Tiga tahun sudah Rania hidup berdua dengan Devi.
Awalnya Rania ikut tetangga ke sebuah supermarket hingga ia melihat lowongan pekerjaan di kafe pak Arga. Dari situlah awal perjuangan hidup Rania di mulai.
Rania tersentak kaget mendengar telfon berbunyi. Panggilan dari pak Arga.
"Rania?" sapa pak Arga.
"Iya pak, maaf ada apa pak?"
"Kamu datang ke kafe sekarang ya!"
"Iya pak, sebentar."
Telfon ditutup, Rania bergegas mandi lalu bersiap-siap secepat kilat.
Sesampainya di kafe.
Rania masuk dan pak Arga yang sudah menunggu langsung menyapa.
"Sudah sampai Rania?" sapa pak Arga.
"Sudah pak, ada apa ya pak?"
"Hemh begini, tadi pagi mas yang kemarin menyuruh saya memecat kamu itu datang. Dia membatalkan ucapannya, dia mau kamu bekerja disini lagi. Saya sangat senang, karena kamu adalah anak buah saya yang paling paham dengan menu di kafe ini," ucap pak Arga menjelaskan.
"Alhamdulillah, terima kasih pak." Rania tersenyum bahagia.
"Ya sudah kamu mulai kerja aja ya dan lebih hati-hati!" Pak Arga pergi.
Rania sangat bahagia, "*J*ika bertemu mas kemarin aku ingin meminta maaf dan berterima kasih," ucapnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
🎯Pak Guru📝📶
Teman teman mampir yaaa
PENDEKAR TAK PERNAH KALAH.
2020-09-24
0
Kim Miso
hore rania kerja lagiiii
2020-04-02
2