Selama di perjalanan, Livi merasa bingung. Bagaimana bisa Haris menyatakan cintanya secepat itu?
Pertanyaan seperti itu terus saja berkeliling di pikirannya.
"Beruntungnya Rania... Dengan mudahnya mendapatkan pasangan sesempurna Haris. Semoga kalian bahagia," Livi bergumam sendiri di mobilnya, tersenyum.
Di mobil om Faris.
"Mama lapar nggak?" tanya om Faris pada istrinya.
"Lumayan sih pa. Mau berhenti dulu?"
"Coba telfon Livi dulu, biar kita bisa makan siang bareng."
"Iya bentar pa."
"Liv, di depan ada restoran anugrah, kamu berhenti disana ya kita makan siang dulu," ucap tante april menelfon Livi.
"Iya ma," jawab Livi sekenanya saja. Mematikan sambungan telfonnya.
"Pa Livi kaya ngambek gitu, suaranya lesu," ucap tante april.
"Paling juga ngambek karna kita paksa dia pulang," Om Faris biasa saja.
"Jangan terlalu keras padanya pa, kasian," tante April memeluk lengan suaminya hendak merayu.
"Keras bagaimana? Bukannya selama ini papa selalu memberikan apa yang Livi butuhkan?" menjawab santai.
"Ya soal papa mau menikahkannya itu. Biarkan saja Livi menemukan jodohnya sendiri seperti Rania," bela tante april.
"Mama gak boleh bicara seperti itu di depan Livi, nanti dia tambah membangkang lagi."
Mobil berhenti di sebuah restoran mewah. Om Faris dan tante April turun dari mobil, duduk dikursi yang disediakan di teras restoran menunggu Livi.
Tak lama kemudian Livi sampai, turun dari mobilnya dan menghampiri mama papanya.
"Ma pa, sudah lama sampainya?" sapa Livi
"Lumayan, yuk masuk saja sayang," jawab tante april.
Mereka bertiga masuk ke restoran itu. Tante April memesan makanan, Livi dan om Faris mencari tempat duduk.
Mereka berbincang selagi menunggu makanan datang.
"Ah capeknya," ucap Livi sambil menekuk jari-jarinya.
"Bagaimana skripsi kamu Liv? Apa sudah siap?" tanya om Faris.
"Hampir, papa mau langsung menikahkan ku?" tanya Livi sinis.
"He bisa pelan gak bicara sama orang tua!" om Faris mulai kesal dengan tingkah anaknya.
"Maaf pa." Livi tak mau berdebat karena lelah.
"Papa akan menikahkanmu setelah skripsi kamu diterima. Wisuda lalu menikahlah," ucap om Faris tegas.
"Baik pa." Livi memainkan ponselnya, tak mau ambil pusing sama perkataan papanya.
Tante april menghampiri Livi dan suaminya , diikuti para pelayan restoran membawa beraneka makanan.
"Lama nunggunya ya?" tante april tersenyum.
"Ahirnya datang juga. Aku lapar ma," ucap Livi manja.
"Ya ini kamu boleh makan semua," jawab mamanya.
Pelayan menaruh semua pesanan di meja.
Livi senang melihat makanan sebanyak itu.
"Waaahhh banyak banget ma. Aku pasti akan menghabiskan semuanya," kata Livi bersemangat.
para pelayan pergi, mereka makan siang dengan tenang. Hanya suara sendok dan piring yang saling bersenggolan.
Selesai makan siang.
"Kenyangnya." Livi bersandar pada kursinya. Mengelus perutnya yang kekenyangan.
"Kamu tu makan banyak tapi badan krempeng aja begitu," ejek papanya.
"Apaan sih papa. Dari tadi bikin kesel terus!" Livi cemberut.
Tante april hanya tersenyum, selalu ada saja yang diributkan oleh bapak dan anak ini. Tiap hari seperti kucing dan tikus, berantem terus.
"Oya pa, Rania dan Haris itu baru kenal empat hari lo. Kok bisa ya Haris langsung berniat melamarnya begitu?" ujar Livi.
"Kamu tau sendiri lah, Rania itu gadis idaman semua pria. Cantik, rajin, tangguh... Kamu harusnya menirunya," jawab om Faris lagi-lagi membuat Livi kesal.
"Tapi aku boleh kan pa mencari jodohku sendiri?" Livi merayu papanya.
"Kamu mau mencari yang bagaimana si?" tanya papanya tersenyum
"Yang kaya," jawab Livi singkat.
"Kaya tidak bisa menjamin kebahagiaan."
"Kalo begitu terserah papa aja deh." Livi tersenyum ceria.
Livi memeluk papanya, om Faris mengacak rambut Livi.
Tante April hanya tersenyum.
"Dua orang ini selalu membuatku merasa geli" batin tante april.
"Udah mau jalan lagi?" tanya tante april.
"Ayo. biar gak kemaleman sampe rumah," ujar om Faris.
Tante april membayar tagihan makan siangnya, lalu mereka keluar restoran.
"Kamu hati-hati ya sayang, gak usah ngebut bawa mobilnya," ucap mamanya mencium Livi.
"Iya, mama papa juga hati-hati ya?"
Livi masuk mobilnya, om dan tante juga.
Mobil berjalan beriringan.
"Kalo papa menjodohkanku suatu saat nanti, semoga jodohku orang yang baik, yang sayang padaku tanpa menuntut apa-apa dariku," batin Livi, tanpa sadar bibirnya mengembangkan senyuman.
Sekitar empat jam perjalanan, Livi, mama papanya sampai di rumah. Jam menunjukkan pukul 05.00 sore.
Mereka merasa kelelahan, apa lagi om dan tante yang pulang pergi tanpa menginap dahulu.
Meskipun lelah, tante April tetap menyiapkan makanan untuk makan malam.
Mereka membersihkan diri,bersiap siap makan malam.
Setelah makan malam selesai lalu mereka beristirahat. Tidur dengan sangat nyenyak karena ini hari yang sangat melelahkan..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Mariani Sitepu
Rania Punya om Dan tante tp sptnya gak perduli gitu ya
2020-04-26
3