Pagi di penginapan.
"Hari ini aku mau ke rumah Rania. Kamu mau ikut apa enggak terserah," ujar Apri seperti masih kesal saja.
Apri masuk kamar mandi. Haris yang masih rebahan merasa jengkel.
"Ya Tuhan. Kenapa temenku playboy nya melebihi batas gitu. Bahkan gadis desa saja dia kejar-kejar," gerutu Haris dalam hati.
"Apa dia lupa di kantor ada empat gebetannya? Ahhh bahkan aku yang gantengnya lebih 80° darinya saja gak punya satu perempuan pun di dunia ini. Aaarggh. Hanum. Kenapa kamu bikin aku gila begini sih?!" Haris memaki Apri dan mantan pacarnya.
Apri keluar dari kamar mandi. Memakai kemeja dengan rapinya. Haris yang melihat Apri membelalak kan mata.
"Kamu mau apa memakai pakaian berlebihan itu?" Haris heran melihat Apri yang berpenampilan kaya mau kencan saja.
"Diem aja deh. Hari ini aku mau ketemu 3 bidadari cantik di rumah Rania," ujar Apri dengan percaya dirinya.
Haris tergelak kecil melihat tingkah Apri. Kemudian Haris menuju kamar mandi.
"Tunggu aku!" ucap Haris sambil melempari wajah Apri dengan handuknya.
"Mending kamu disini aja. Aku gak mau kalo nanti kamu merepotkan ku." Apri masih menyisir rambutnya.
Haris tak menjawab.
Baru saja Haris menutup pintu. Apri sudah menggedor gedor pintu kamar mandi itu.
"Cepetan kalo mau ikut!" teriak Apri.
" Apa apaan coba dia bertingkah konyol begitu?" batin Haris.
Selesai mandi Haris segera memakai baju dan merapikan rambutnya.
Apri melajukan mobil dengan cepat. Haris kesal sendiri.
"Kamu ngejar apaan sih sampe ngebut2 gini?"
Teriak Haris.
"Mau ketemu adik Rania. Dia masih sekolah, jadi kalo enggak pagi-pagi sekali aku gak bisa ketemu dia nanti."
"Huft?!" Haris hanya mengusap keningnya. Selalu begini kalo sampe Apri kenal sama perempuan.
Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah
rumah sederhana. Mobil berhenti.
"Tau dari mana kamu kalo ini rumah Rania?" Tanya Haris sebal.
"Dari Liviana lah." Apri turun dari mobil.
Haris mengikutinya.
Liviana berlari keluar rumah setelah mendengar seperti ada suara mobil di depan rumah.
"Apri?" sapa livi melambaikan tangan.
Apri melambaikan tangan lalu berjalan mendekat ke arah livi.
Haris ikut saja dari pada dia kesepian di penginapan.
"Hay Ris," sapa livi.
Haris hanya tersenyum. Livi mengajak Haris dan Apri masuk.
Haris memandangi seisi rumah Rania. Tampak sangat sederhana.
"Sepertinya Rania orang susah. Kasian juga dia di pecat dari pekerjaannya," batin Haris.
Sedangkan Apri mencari cari seseorang.
"Dimana Rania?" tanya Apri.
"Ada dikamar bentar ya aku panggil. "
Rania kemudian menemui Apri. Rania pikir hanya Apri yang datang. Tapi dia sangat terkejut ternyata Haris juga ikut.
"Mas Apri," ucap Rania terbata2.
"Silahkan duduk mas," Rania masih canggung dan terlihat takut melirik Haris.
"Ran, kamu belum kenal dia kan? Dia Haris," ucap Apri.
"E iya, silahkan duduk mas Haris." Rania sangat canggung.
Haris dan Apri duduk.
Liviana menemani Rania membuat minuman.
"Eh Devi kemana ya Ris?" tanya Apri sangat penasaran.
"Ah Devi itu pasti sangat cantik, kakak dan kakak sepupunya saja cantik begitu," Apri masih saja bicara gak jelas dan membayang-bayangkan wajah Devi. Membuat Haris bosan saja.
Haris duduk dengan tenang sambil sesekali melihat-lihat sekeliling rumah Rania.
"Mba Rani, aku berangkat sekolah dulu ya?" Terdengar suara imut Devi memanggil kakaknya.
Mendengar suara itu Apri langsung berdiri. Mencari cari dari mana suara itu.
Devi berjalan melewati Apri dan Haris.
"Hai, om?" sapa Devi dengan suara manjanya.
"Hai?" Apri menjawab sambil melongo.
Haris sudah mulai menahan tawanya.
Devi salim dengan Apri dan Haris. Kemudian menghampiri Rania dan livi lalu berangkat sekolah.
Apri masih melongo.
"Jadi Devi ini anak kecil?" ucap Apri masih dengan wajah melongo.
"Hahahahaha." Tawa Haris tak bisa lagi ia tahan. Tergelak saking lucunya menurut dia.
"Ssttt diem! " Apri membungkam mulut Haris.
"Hahahahaa." Sekali lagi Haris masih ingin tertawa melihat ekspresi Apri.
Mendengar tawa yang begitu keras, Rania dan livi segera menghampiri Apri dan Haris. Membawa minuman juga cemilan.
"Ada apa ini kalian tampak senang sekali?" ujar Livi.
"Tadi itu adik kamu Rania?" tanya Apri penasaran.
"Iya, namanya Devi. Kami tinggal hanya berdua dirumah ini." Jelas Rania.
Lagi2 Haris tertawa.
Rania dan livi saling tatap.
"Ternyata Haris bisa ketawa juga,"
batin Rania dan livi bersamaan.
"Silahkan minumnya," Livi dan Rania duduk bersebelahan.
Haris masih menahan tawanya. Melihat itu Apri menonyor kepala Haris. Mereka berdua terlihat sangat lucu. Rania dan livi hanya saling pandang melihat tingkah Apri dan Haris.
Dalam hati Rania ingin meminta maaf pada Haris atas kejadian di kafe. Tapi ia urungkan niatnya saat melihat Haris sebegitu bahagianya sampai tertawa terbahak-bahak.
"He Rania. Kamu beneran di pecat dari kafe?" Tiba-tiba Haris bertanya dan membuat Rania gugup.
"E enggak mas, mas Apri sudah..."
"Aku yang bilang ke bosnya kalau kamu sudah memaafkan Rania." Apri memotong kata-kata Rania.
Rania tertunduk.
"Enak saja. Siapa bilang aku memaafkanmu?" Haris kembali dingin.
"Saya minta maaf. Tolong maafkan saya mas, saya mohon jangan membuat saya berhenti bekerja." Rania tampak sedih memohon.
Like komen dan dukung author ya readers, author janji bakal ngasih readers cerita yang menarik. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
RazkiYah Anam
koq aku ikutan ketawa sendiri bacanya. hahahaha....
2021-05-11
0
Retno Wulanningrum
bui
2020-07-17
2