Rania masih sibuk dengan pekerjaannya. Haris kelaparan sampai dengan tidak malunya duduk di sebelah Apri. Haris memanggil pelayan kemudian memesan.
Tak lama kemudian datanglah pelayan membawa pesanan yang Haris minta.
" Silahkan," ucapnya sambil menaruh makanan.
" Makan tuh! Rasain sendiri, laper kan?" ledek Apri.
Haris tak peduli dengan omelan Apri. Tak peduli juga ada Liviana disana. Dia ingin cepat-cepat mengisi perutnya.
Liviana dan Apri juga menghabiskan makanan masing-masing. Tanpa ada yang berbicara.
Makan siang selesai, Apri berdiri dan menanyakan billnya, Liviana menghampiri Apri.
" Habis ini kamu mau kemana?" tanya Apri.
" Mau ke rumah Rania. Aku capek banget Pri," ucap liviana sambil mengusap tengkuknya.
"Yah gak bisa bareng dong?" Apri merengek seperti adik yang mau di tinggal kakaknya.
"Atau kamu mau ikut aku?" Liviana tersenyum.
"Ah pasti Haris gak akan mau, kita tukeran no HP aja deh biar bisa tetep ngobrol hee." Apri menyodorkan ponselnya.
Liviana menyimpan nomor Apri.Rania menghampiri mereka.
"Rania aku ke rumah dulu ya, capek banget nih," Ucap liviana.
"Iya mba, paling Devi udah pulang sekolah."
"Ya udah, duluan ya. Ayok Ris."
"Sampai jumpa Ran." Apri dan liviana berjalan keluar. Rania mengangguk.
"Devi.Wah di rumah Rania masih ada cewek lagi," batin Apri cekikikan sendiri.
Sampai di parkiran, mereka menaiki mobil masing-masing. Apri tampak sebal melihat Haris yang sudah terduduk di kursi belakang.
Mobil Liviana yang jalan duluan.
"Eh bisa gak sih sama orang tu jangan jutek-jutek?" gerutunya Apri.
"Kalo kamu jutek begitu bisa gak laku kamu nanti." Omel nya lagi.
"Heh dasar!" Apri tak bisa melanjutkan kata-katanya lagi karena Haris membungkam mulutnya.
" Bisa diem gak!"
Apri memilih diam. Dia paham sifat sahabatnya seperti apa. Tapi kadang Apri sendiri kesal dengan Haris yang juteknya sebesar gunung Everest.
Perjalanan pun hening. Haris memainkan ponselnya.
"Kenapa gadis kemarin gak kelihatan ya? Apa dia bener-bener dipecat?" batin Haris merasa bersalah.
Haris kembali mencari informasi tentang wisata di kota tersebut. Dia mengarahkan Apri
tempat yang mau mereka tuju mengikuti arahan google map.
Perjalanan kurang lebih empat puluh lima menit. Sampailah mereka pada pantai yang sangat indah. Ombaknya yang menggulung gulung, pasir putih dan sepoi-sepoi angin. Mereka turun dari mobil.
"Aaaaa indahnya." Apri berlari mendekati bibir pantai.
Haris menyiapkan kameranya.
"Tolong fotoin Ris!" Apri menyerahkan kameranya.
Beberapa kali Haris memotret Apri.
Mereka berdua bermain sampai lupa hari sudah petang. Mereka berdua pulang ke penginapan.
"Ahh hari yang melelahkan," ucap Haris sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
Sore di rumah Rania. Devi tengah belajar di meja kamarnya. Sedang liviana memainkan ponsel di ruang tengah. Terdengar ketukan dari pintu, Rania pulang dari bekerja.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, udah pulang Ran?" sapa Liviana.
"Iya mba, mana Devi?"
"Belajar di kamar."
Liviana tertawa sendiri memandangi ponselnya.
Rania menggelengkan kepala.
Sembari melepas lelah, Rania menengok Devi di kamarnya.
"Devi," panggil Rania lirih.
"Mba. Ada kak liviana," ucap Devi manja.
" Eh iya, kamu lanjutin belajar gih!"
" Iya mba." Devi menurut lalu kembali belajar.
"Mba lama kan liburan disini?" Rania mengawali obrolan.
"Enggak Ran, dua hari mungkin."
"Yah kok sebentar banget sih. Kan rame kalo ada mba Livi disini."
"Ya mau gimana lagi. Mba gak sengaja liburan, cuma mau hilangin penat aja habis tugas kuliah sangat memusingkan."
"Huft. Eh tadi gimana mba bisa barengan mas apri?"
"Tadi kita ketemu di sebrang sungai. Karena udah waktunya makan siang trus apri ngajak makan bareng. Tadi sama temennya juga sih tapi dia pendiem banget," jawab livi menjelaskan
"Temen mas apri? aku gak lihat dia tadi, " Rania menerka- nerka dalam pikirannya.
"Tapikan tadi mba cuma berdua sama mas Apri?" Rania masih penasaran.
"Iya, Haris gak ikut masuk. Gak tau juga sih aku. Tapi waktu kita makan tiba-tiba dia nyusul trus pesen makan juga."
"Ya alamat mati aku, untung tadi aku gak keluar" batin Rania.
"Oh gitu?" ujar Rania.
"Kamu kenal Apri dimana?" tanya Livi.
"Kemarin dia juga makan di kafe. Trus kita kenalan." Jelas Rania.
"Huh jangan sampe mas Apri sama mba Livi ketemu lagi. Bisa-bisa mas Apri cerita lagi masalahku di kafe" gerutu Rania.
"Aku mau masak mba buat makan malam."
"Ya udah yuk aku bantuin."
Livi dan Rania menuju dapur.
Tak lama kemudian masakan siap di hidangkan. Rania memanggil Devi. Mereka bertiga makan malam dengan lauk sederhana.
Malampun semakin larut. Setelah selesai makan, mereka membersihkan diri kemudian
bergegas untuk tidur. Tak sabar rasanya setelah seharian tadi beraktifitas.
Mereka bertiga terlelap dalam mimpinya masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
yulia pst
syemangaaaat sayong
2020-04-08
3