Haris memegang kalung yang diambilkan penjaga toko mas itu.
Mendekat pada Rania, Rania sangat gugup dibuatnya.
Devi melihat betapa baiknya lelaki itu pada Rania.
Rania menundukkan pandangannya karena terlalu malu jika bertatapan dengan Haris.
Haris sudah berdiri di belakang Rania, menyibak rambutnya yang lurus, menyingkirkannya ke samping pundak Rania.
Memasangkan kalung itu dileher Rania. Lalu tanpa meminta izin Haris mengecup belakang telinga Rania. Seketika wajah Rania merona. Bagaimana bisa Haris melakukan hal seperti ini ditempat umum.
Haris membalikkan badan Rania, kini mereka saling berhadapan, tapi Rania masih tidak mampu memandang wajah Haris.
Haris meraih dagu Rania, Rania sedikit mendongak melihat wajah Haris dengan perawakan tingginya.
"Kamu suka?" Haris masih memegangi dagu Rania.
Rania mengangguk..
"Tapi ini tidak perlu mas, saya tidak ingin merepotkan mas Haris." Rania berusaha meraih kait di kalung itu.
"Jangan pernah lepas. Ini bukti kepemilikan, sekarang kamu adalah milikku." Haris menahan tangan Rania.
Rania menundukkan kembali wajahnya.
Haris meminta penjaga toko untuk mengurus surat-surat perhiasan dan juga harganya. Setelah membayar, Haris berjalan menggandeng Devi. Mereka bertiga berjalan bersebelahan.
Masih melihat lihat setiap apapun yang ada di mall itu.
Ponsel Haris berdering.
"Ya halo, kenapa?"
[Dimana kamu? Aku bosen di penginapan] terdengar suara Apri sepertinya sewot.
"Sedang bersama keluarga kecilku, jangan ganggu." Haris mematikan ponselnya,.
[Dasar jomblo akut. Sekalinya kenal perempuan gila begini] Apri memaki Haris.
"Pake bilang sama keluarga kecil lagi." Maki nya lagi.
"Siapa mas?" tanya Rania.
Haris hanya tersenyum melirik Rania di sampingnya.
"Kak aku capek..." rengek Devi.
Haris dengan cekatan langsung setengah terduduk, mengajak Devi untuk di gendongnya.
Devi langsung naik di punggung Haris.
"Dhe, turun, kita pulang aja kalo kamu capek," ujar Rania merasa sungkan pada Haris.
"Kak, Devi turun aja deh." Devi berbicara lemas.
Haris tetap menggendongnya, menoleh ke arah Rania lalu mengedip kedipan matanya.
Rania tersenyum..
"Devi mau nonton?" tawar Haris.
"Mau, tapi film frozen ya kak."
"Frozen? Kaya tas kamu itu ya?"
"Iya kak, mau yang season2, karena yang pertama Devi udah pernah nonton di rumah," jelas Devi tak canggung lagi.
"Oke..." dengan entengnya Haris berjalan menuju bioskop dilantai 2 mall itu.
Haris membeli tiket, tangan mereka bertiga di cap oleh petugas bioskop lalu mereka masuk.
Mereka mencari nomor kursinya, ketemu lalu duduk.
Tak lama kemudian film mulai diputar, sudah hampir satu jam mereka menonton. Haris menoleh ke Devi yang duduk di sebelah kanannya dan Rania di sebelah kirinya.
Ternyata Devi tertidur.
Haris menatap wajah Rania yang sedang serius menonton film frozen dilayar.
"Kamu cantik Rania," bisik Haris di telinga Rania.
Rania menoleh,saling bertatapan.
CUP.
Haris mengecup kening Rania.
Lalu mengacak rambut Rania yang sudah sedikit acak.
"Kalo mau lebih, nanti. Setelah kita menikah." Haris tersenyum senang.
Masih saling tatap.
"Mas..." Rania malu, menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Haris menarik tangan Rania. Melihat wajah Rania yang samar karena gelap.
"Mas, aku malu," mencoba menarik tangan yang dipegang Haris.
"Bahagiakan aku juga ya?" Haris tersenyum lebar.
Rania mengangguk.
Film yang mereka tonton pun selesai. Haris membopong Devi, Rania membawa tas dan boneka Devi.
Berjalan keluar mall, menuju parkiran dan mencari mobil Haris. Setelah ketemu, Haris menidurkan Devi cantiknya di kursi belakang. Rania hendak duduk di sebelah Devi tapi Haris menyuruhnya duduk di depan lagi.
Mobil berjalan perlahan.
"Terimakasih mas, sudah membuat aku dan Devi bahagia hari ini." Rania berbicara tanpa memandang Haris.
"Hmmm, saat sudah menikah, bayar semua kebahagiaan yang ku beri padamu hari ini."
"Maksudnya mas?" Rania bingung.
"Buat aku puas!" Haris membisikkan kata itu di telinga Rania.
Wajah Rania merona.
Masih tetap tertunduk.
"Aaaaaaa mas Haris, kenapa aku baper begini sih!" Perasaan Rania berkecamuk tak menentu.
Mereka benar-benar merasa sangat puas bermain hari ini, hingga tak tau kalo di luar mall hari sudah gelap.
Diperjalanan, tiba-tiba wajah Rania memucat, Rania tidak mengeluh pada Haris, tiba-tiba Rania muntah.
"Ran, kamu ga papa?" Haris memberhentikan mobilnya.
Mengambil tisu dan membersihkan baju Rania yang basah.
"Maaf mas, aku pusing sekali." Rania menyandarkan tubuhnya pada tempat duduknya.
Haris memegang kening Rania, lumayan panas juga.
"Kita mampir apotik dulu ya?"
Rania mengangguk.
Haris turun dari mobilnya, masuk ke sebuah apotik di pinggir jalan. Membeli obat masuk angin untuk Rania.
"Minum ini nanti di rumah ya!" Haris menyodorkan kantung plastik berisi obat.
Rania menerimanya.
"Terima kasih mas."
Akhirnya mereka sampai di rumah Rania.
Haris menggendong Devi masuk kamarnya, terlihat lelap sekali Devi tidur.
Rania langsung menuju kamar mandi. Haris duduk di ruang tamu.
Rania menghampiri Haris setelah mengganti pakaiannya.
"Maaf merepotkanmu mas." Rania merasa bersalah.
"Aku pulang dulu, kamu nggak papakan di tinggal?" Haris mendekati Rania.
"Nggak papa mas, terimakasih untuk hari ini. Aku sangat bahagia."
"Aku juga bahagia, terimakasih sudah mau menemaniku menikmati hari ini."
Haris keluar, melajukan mobilnya. Rania langsung pergi ke kamar dan beristirahat..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments