Pagi nya Zahra sudah bersiap-siap untuk pindah, sudah ada seorang supir yang di kirimkan untuk menjemputnya. Saras hanya bisa menatap sendu anaknya yang kini memeluk sembari terisak.
"Kalau nanti Zahra punya waktu luang. Zahra akan menemui ibu. Ibu jaga kesehatan dan kalau ada keluarga Silvi datang kemari, jangan ladeni. Abaikan saja mereka, yah."
"Iya sayang," lirih Saras mengelus kepala sang putri.
"Kalau begitu Zahra pamit yah, Bu. Setiap malam Zahra akan selalu menghubungi ibu, jangan lupa shalat yah."
"Iya sayang," lirih Saras menangis melihat anaknya membawa barang-barang nya lalu masuk kedalam mobil.
"Zahra pergi. Assalamu'alaikum." Zahra memberikan salam perpisahan dari jendela mobil.
"Wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh, hati-hati sayang. Ibu mencintai mu."
Saras terduduk di depan pintu menatap mobil yang membawa sang anak sudah jauh meninggalkan nya.
"Zahra!!! Jangan tinggalkan ibu!" teriak Saras menangisi nasibnya. Dulu ia terjebak dengan pekerjaan hina hingga waktu bersama anaknya terkurangi, sekarang ia sudah bebas namun anaknya akan jauh darinya.
"Ya Allah, lindungi anak hamba."
Di sisi lain, Zahra menyeka air matanya. Ia harus kuat, janji yang di berikan tuan mudanya sudah di tepati jadi Zahra harus bisa merelakan semua ini terjadi.
"Zahra akan merindukan ibu. Zahra sayang ibu." Zahra memegangi sebuah kalung pemberian sang ibu. Ibunya memberikan kalung yang sangat berharga, kalung pemberian ayahnya sebagai tanda cinta pada ibunya.
"Zahra akan menjaga kalung pemberian ayah, Bu. Zahra janji, jika nanti Zahra sudah punya uang. Zahra akan membelikan ibu kalung yang lebih indah, meski tak bisa menggantikan kalung ini."
Zahra pun menyimpan kalung itu menatap keluar jendela. Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang menuju mansion Raymond.
Masih terlalu subuh untuk beraktivitas bagi beberapa orang.
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya Zahra sampai juga. Berbeda dengan situasi di kota yang masih lumayan sepi, di mansion Raymond semua pekerja dan anggota rumah sudah bangun. Sangat tertib bukan.
"Assalamu'alaikum, selamat pagi, nona." Pak Lim menyapa sembari memberikan salam.
"Wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh, pak. Selamat pagi juga." Zahra membalas seadanya saja, mood nya sedang buruk sekarang.
"Selamat datang di kediaman Raymond. Sebagai koki pribadi tuan muda Raymond, anda akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari koki ataupun pekerja lainnya. Mari ikuti saya. Saya akan membawa anda ke kamar yang sudah di sediakan." Zahra mengangguk lalu mengikuti langkah kaki pak Lim yang masuk ke mansion. Barang-barang Zahra tidak lah banyak. Hanya satu koper baju, dan satu koper sendal, sepatu, kaus kaki, alat mandi dan kebutuhan lainnya.
Pak Lim membawa Zahra ke lantai satu. Ada pintu warna pink di sana.
Kening Zahra berkerut karena dalam benaknya ia akan tinggal di samping rumah ataupun belakang rumah. Tapi, ternyata pak Lim membawa nya ke dalam mansion bahkan di ruang utama di lantai satu.
"Silahkan nona. Ini adalah kamar anda secara permanen. Semua yang ada di dalam sana adalah milik anda dan bebas anda pergunakan sesuka hati."
Zahra melirik pintu warna pink yang bersebelahan dengan dapur. Zahra sih menganggap nya dapur karena ada alat masak dan juga kompor di sana ketika ia tak sengaja melihat dari pintu kaca.
"Apa di sebelah sana itu dapur?" tanya Zahra penasaran. Setahunya dapur tidaklah di sini.
"Iya nona, dapur itu sengaja di buat untuk anda. Jadi, anda bisa membuat makanan untuk tuan muda dengan nyaman."
Hah? Dapur pribadi? Wow.
Zahra pun mengalihkan perhatiannya ke pintu bercat pink itu lalu meraih handle pintu.
Ceklek!
Masya Allah.
Ini kamar babu atau ratu?
Zahra tak habis pikir melihat kamar yang akan ia tempati, sangat cantik dan juga soft.
"Pak Lim. Apa ini kamar saya? Saya rasa ini terlalu berlebihan, saya hanya pelayan di sini."
Zahra tidak mau menerima kamar ini, bagaimana pun ia adalah pelayan di sini dan harus mendapatkan fasilitas yang sama dengan pelayan lainnya.
Bagaimana karena perlakuan istimewa ini ia malah menjadi sasaran orang yang iri.
"Benar nona. Masalah berlebihan atau tidak anda bisa menanyakan secara langsung pada nyonya besar. Kamar ini di dekor sesuai permintaan nyonya besar begitu juga dapur yang ada di sebelah kamar nona."
Zahra hanya bisa pasrah. Yasudahlah, kalau sudah di berikan yang seperti ini mau apa lagi.
Zahra pun masuk sembari memperhatikan barang-barang mewah yang ada di kamar nya. Kasur yang empuk dan juga hiasan yang sangat elegan.
"Sekarang sudah waktunya tuan muda sarapan. Anda bisa memulai memasaknya."
"Baik pak." Zahra mengangguk lalu meletakkan kopernya di dekat lemari. Ia pun langsung pergi ke dapur di sebelah kamarnya untuk segera membuat kan sarapan.
Selain luas, dapur itu di lengkapi dengan alat-alat memasak dan juga ada meja makan mini di sana.
"Nona, buatkan sarapan untuk tuan muda seperti yang kemarin saja. Maksudnya anda harus menata nya menjadi makanan yang lucu atau sejenisnya."
Ingin rasanya Zahra tertawa ketika mendengar perkataan pak Lim. Laki-laki berusia 23 tahun suka makanan yang di tata seperti makanan anak kecil.
Zahra pun mengangguk lalu memulai membuat sarapannya dengan pantauan pak Lim.
Lagi-lagi, jaga-jaga kalau Zahra menuangkan sianida di sana.
Karena kau sudah berbaik hati menepati janjimu. Aku akan membuatkan makanan dengan bentuk yang lucu untukmu. Semoga kau suka.
Setelah beberapa menit berkutat dengan roti. Akhirnya sarapan pun sudah siap.
"Pak Lim. Siapa yang akan mengantarkan sarapan ini?" tanya Zahra.
"Saya saja, nona. Anda silahkan istirahat dan membereskan pakaian anda. Semoga hari anda menyenangkan." Pak Lim pun membawa sarapan yang sudah di buatkan Zahra ke kamar Daniel.
Zahra yang melihat pak Lim pergi menghela nafas lega lalu masuk ke dalam kamarnya. Ia pun langsung memasukkan pakaian nya ke dalam lemari dan juga sepatu serta sendal ke rak sepatu yang sudah di sediakan.
Di lantai tiga.
Pak Lim mengetuk pintu kamar Daniel dan otomatis langsung terbuka.
"Assalamu'alaikum, tuan. Selamat pagi, sarapan Anda sudah siap." Pak Lim masuk lalu meletakkan sarapan Daniel di atas meja.
"Wa'alaikumusalam, terimakasih pak."
"Saya undur diri dulu."
Pak Lim keluar dari kamar lalu pintu pun otomatis tertutup. Daniel keluar dari ruang ganti dengan pakaian casual. Hari ini ia akan pergi terapi lagi serta bertemu dengan teman-temannya.
Yah tentunya di awasi ketat oleh orang-orang suruhan Abi-nya.
Daniel duduk di sofa memandangi sarapan yang dibuat khusus untuknya. Senyuman manis menghiasi bibir Daniel.
"Lucu sekali. Aku jadi tidak tega memakan nya."
Mau tak mau pun Daniel memakan roti-roti buatan Zahra dengan lahap. Sepulang terapi ia ingin makan lagi. Lagi dan lagi.
Masakan Zahra seperti candu untuknya.
Ingat! masakan nya doang yah. Kalau orang nya belum jadi candu^_^
_
_
_
_
_
Yang bilang Daniel udah mulai bucin. Sini kemari kalian biar author pukul itu hidung mancung.
Tidak secepat itu pemirsa😅
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
Jangan lupa like komen dan vote🥰
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
revinurinsani
hati hati koki pribadi ujung ujung jodoh lho
2023-11-25
1
revinurinsani
iih makanan nya kreatif banget sih za
2023-11-25
1
Nanda Lelo
ntar juga pasti jadi candu,,
berawal dari koki pribadi menjadi istri pribadi 🤣🤣🤣
2023-01-08
1