Satu jam kemudian. Masakan dadakan pun jadi, peluh para peserta membasahi pakaian mereka. Bagaimana tidak, proses memasak untuk menghasilkan makanan yang lezat dan mewah itu sangatlah membutuhkan keahlian. Apalagi untuk penataan dan juga hiasan makanannya.
"Baiklah, kalian boleh beristirahat. Semua makanan kalian akan kami bawa ke atas untuk di cicipi. Semoga saja salah satu masakan kalian akan terpilih." Aisyah memerintahkan pak Lim untuk membawa semua masakan ke kamar Daniel.
Zahra yang melihat masakan nya di ambil pun hanya bisa berteriak di dalam hati dengan berkata. "Tidak! Jangan ambil masakan ku, aku menyerah saja."
Mengapa begitu cepat Zahra menyerah? Karena melihat tatapan mengejek para pelayan dan juga peserta lainnya membuat nyalinya menciut. Bagaimana tidak, di saat orang-orang memasak makanan mewah dan elegan, ia malah memilih memasak lontong.
Hanya makanan itu yang terpikirkan olehnya, sebab di sekitaran rumahnya anak-anak suka sekali makan lontong di warung depan rumah nya. Jadi, ia berinisiatif untuk membuat lontong karena memikirkan bahwa anak nyonya Aisyah itu masih anak-anak.
"Yasudahlah, makanannya juga sudah di bawa. Mau lolos atau tidak, semua aku serahkan pada yang Maha penguasa."
Zahra memilih duduk di kursi yang sudah di sediakan khusus peserta. Memakan cemilan yang di berikan oleh para pelayan mansion.
"Hei, kau peserta?" tanya seorang pelayan muda. Sepertinya seusia dengan Zahra.
"Iya," jawab Zahra tampak canggung.
"Wah, apa yang kau masak tadi?" tanya pelayan muda itu.
"Hmmm, bukan apa-apa. Hanya makanan biasa," jawab Zahra tampak putus asa.
"Hihihi, jangan putus asa yah. Siapa tahu tuan muda menyukai masakan mu. Tuan muda itu tidak melihat makanan itu mewah atau tidak, yang penting cocok di lidah dan dia akan memakannya." Rasa putus asa Zahra pelan-pelan menghilang karena hiburan dari pelayan itu. Walau ia tahu, ia tidak akan lulus. Tapi, tidak ada salahnya kalau ia mencoba percaya diri.
"Siapa namamu?" tanya Zahra.
"Perkenalan kan. Namaku Rianthy. Kau bisa memanggilku Anthy."
"Hai, Anthy. Perkenalkan namaku Zahra, semoga kita bisa berteman."
"Hei kau. Kemari dan bekerjalah! Jangan menggunjing di situ!" bentak pelayan wanita lainnya yang terlihat sangar.
"Baik. Maafkan saya..... Zahra, aku pergi dulu. Semoga kau tidak lulus," ucap Anthy membuat Zahra menjadi bingung. Bukannya mendoakan yang baik, malah di do'akan tidak lulus.
"Mungkin lidahnya terkilir tadi," batin Zahra berpikir positif.
******
Kamar Daniel.
Makanan sudah di letakkan di atas meja area balkon. Tinggal menunggu Daniel yang kini tengah membersihkan diri.
Aisyah memandangi satu persatu masakan dari para peserta. Sangat mewah dan juga kelihatan nya sangat lezat. Hingga tatapannya terfokuskan pada masakan yang di luar kata mewah.
"Lontong?" Aisyah terkekeh geli melihat ada lontong di antara masakan mewah nan berkelas. Bukan karena merasa jijik ataupun selayaknya orang kaya pikirkan. Ia malah ingin memakan lontong itu karena memang ia sangat suka lontong.
"Sudah lama tidak makan lontong. Harap-harap Daniel tidak menyukai nya dan lontong yang berharga menjadi milikku," gumam Aisyah meneguk salivanya.
"Umi," panggil Daniel yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk di pinggangnya dan juga kaos lengan pendek.
"Sayang, cepat ganti baju mu. Kau harus menyicipi masakan dari para calon koki ini. Cepat," ucap Aisyah antusias. Ia yakin Daniel pasti akan menyukai salah satu masakan mewah dan lezat ini.
Daniel mengangguk lalu masuk ke dalam ruang ganti untuk memakai pakaiannya. Ia semakin di buat tak berselera makan, entah mengapa selera makannya semakin hari semakin memburuk.
Setelah selesai memakai pakaian. Daniel langsung keluar dan duduk di kursi yang ada di balkon. Ia menatap makanan-makanan mewah yang terpampang menggoda di hadapannya.
"Cobalah satu-satu," ucap Aisyah duduk di samping Daniel.
Daniel pun menarik satu persatu makanan yang ada di hadapannya lalu menyicipi sesendok per masakan. Makanan pertama lewat begitu saja, makanan kedua pun sama. Senyuman antusias Aisyah tiba-tiba memudar ketika melihat Daniel tak berselera memakan masakan mewah itu. Bahkan Daniel sempat muntah membuat Aisyah semakin frustasi.
"Kalau tidak sanggup yasudah. Jangan di paksa sayang," ucap Aisyah mengelus punggung Daniel.
"Hmmm, di coba saja." Daniel pun tak ingin menyerah. Ia tak ingin Umi nya khawatir dengan keadaannya, namun ia juga tidak bisa pura-pura menikmati makanan yang bahkan tak bisa lewat dari tenggorokannya.
"Apa ini?" tanya Daniel menatap makanan terakhir.
"Lontong sayur." Aisyah meneguk salivanya melihat lontong yang begitu menggugah selera. Daniel pun menyicipi kuah lontong itu.
"Bagaimana?" tanya Aisyah.
"Hmmm, tidak buruk. Daniel bisa merasakan rasa masakan nya," ucap Daniel mencoba memakan lontong itu sekali lagi.
"Uhh, lontong ku yang berharga." Aisyah hanya bisa menangis di batin melihat betapa lahapnya Daniel menyantap makanan sederhana itu.
"Umi juga mau. Suap," rengek Aisyah ingin menyicipi lontong itu juga.
"Umi-kan sudah sarapan tadi, Daniel lapar."
Eh, anaknya itu. Pelit sekali, pikir Aisyah.
"Sekali saja. Kelihatannya enak," rengek Aisyah mengiba. Daniel pun memberikan sesuap untuk Umi tercintanya.
"Sudah Umi. Daniel lapar," ucap Daniel menarik piring nya lalu menyantap makanan sederhana itu sendirian.
"Jadi, bagaimana? Apa kau menyukai makanan itu?" tanya Aisyah.
"Hmmm, boleh di coba untuk beberapa hari. Siapa tahu cocok," ucap Daniel yang masih fokus dengan makannya.
"Baiklah, keputusannya sudah bulat. Kau ingin orang yang membuat lontong itu menjadi koki mu untuk beberapa hari percobaan. Umi akan menyampaikan informasi ini langsung ke peserta."
"Hmmm, jangan lupa suruh dia buatkan Daniel lontong lagi. Daniel masih lapar," ucap Daniel menghentikan gerakan Aisyah.
"Yakin?" tanya Aisyah.
"Yakin."
"Kalau banyak makan nanti perut kotak-kotak mu hilang loh," ledek Aisyah sembari tertawa.
"Hmmm, biar saja."
"Baiklah."
Aisyah dan para pelayan pun membersihkan makanan yang lainnya lalu membawa kembali ke ruangan peserta.
Di dalam ruangan semua orang merasa cemas akan keputusan akhir. Apalagi ketika mereka melihat para pelayan membawa semua makanan yang mereka masak kembali dengan wujud yang utuh.
Zahra pun celingak-celinguk melihat masakan sederhana nya.
"Tidak ada masakan ku di sana. Jangan-jangan mereka membuangnya ke tong sampah. Masakan ku yang malang, padahal aku bisa menyicipinya kalau anak nyonya itu tidak mau makan." Zahra membatin.
"Baiklah, perhatian semuanya." Aisyah mulai mengendalikan situasi.
"Masakan kalian sangat luar biasa. Di masak dengan teliti dan juga di hias dengan sedemikian rupa. Terimakasih karena sudah meluangkan waktu kalian untuk berpartisipasi, saya ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya. Namun, putra saya hanya memilih satu masakan saja dan masakan itu sudah jelas tidak ada di hadapan kalian saat ini."
Deg.
"Masakan ku tidak ada di situ. Apa berarti masakan ku... Ya Allah, semoga saja."
"Pemenangnya adalah gadis lontong, eh maksud saya gadis yang memilih memasak lontong. Makanan sederhana namun punya cita rasa yang berbeda. Untuk itu, saya ucapkan selamat pada gadis yang memilih memasak lontong." Semburat kebahagiaan terpancar di wajah Zahra. Sungguh hal yang tidak terduga,
"Gadis pembuat lontong, tunjukkan pesona mu," ucap Aisyah tersenyum.
Zahra pun dengan gaya malu-malu maju ke depan. Tatapan sinis dan juga senyuman mengejek dari para pelayan dapat Zahra lihat dengan mata kepalanya. Ia tak tahu, apa salahnya. Apa mereka iri padanya?
"Selamat yah, untuk beberapa hari ini kau akan memasak makanan untuk putra ku. Hanya masa percobaan saja, jika nanti putra ku menyukai semua masakan mu. Maka kau resmi menjadi koki permanen putra ku," ucap Aisyah menjabat tangan Zahra.
"Tangan nya mulus sekali." Zahra membatin pilu.
"Terimakasih nyonya." Zahra sangat senang, akhirnya ia mendapatkan pekerjaan walau ini masih masa percobaan. Harap-harap putra nyonya ini akan menyukai masakan nya dan ia akan menjadi koki permanen.
Yang membuat ia sedikit risih adalah tatapan para pelayan terutama Rianthy, teman barunya. Ada guratan khawatir yang di tujukan untuk Zahra. Sayangnya gadis itu tak mengerti maksud dari tatapan Rianthy.
"Semoga kau baik-baik saja, Zahra. Kau akan melayani seorang monster nantinya."
_
_
_
_
_
Hmmm, author tunggu di sini komentar nya kawan-kawan.
Kalau kalian sudah muncul, baru author lanjutkan 🥰
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.
Jangan lupa beti dukungan untuk author.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
revinurinsani
nyonya Aisyah ngakak juga😭🙏
2023-11-25
1
Nanda Lelo
semangat Zahra, you can do it
2023-01-08
0
Risa Istifa
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
2022-08-23
0