Braakkk
Suara pintu di tutup dengan keras. Seorang gadis masuk ke dalam kamar lalu melempar tas ranselnya, membuka jilbabnya dan juga kaus kaki serta handsock nya. Tak lupa pula ciput dan gamis yang ia kenakan hingga hanya bersisa celana tidur dan tentop.
Dengan lemah ia membaringkan tubuhnya memeluk guling kesayangan nya. Suara isak tangis terdengar menembus hening nya kamar.
Tok..Tok...Tok...
Suara pintu di ketuk, gadis itu hanya diam tak ingin bergerak sedikit pun.
"Zahra buka pintunya," suara orang dari luar kamar. Dengan lemas gadis itu melangkahkan kakinya membuka pintu.
Di sana sudah ada seorang wanita dewasa cantik dengan memakai pakaian minim.
"Ada apa?" tanya wanita itu.
Gadis itu hanya memalingkan wajahnya lalu kembali membaringkan tubuhnya di kasur.
"Zahra," panggil wanita dewasa itu.
"Tidak apa-apa, Bu. Aku hanya lelah," lirih gadis yang sering di sapa Zahra.
"Oh, ibu kira kau sedang sakit. Tumben pulangnya cepat. Apa restoran nya sudah tutup?" tanya ibu Zahra.
Tampak gadis itu hanya diam, sesekali terdengar isakan kecil dari balik guling.
"Kau menangis sayang?"
"Tidak! Tidak bisakah ibu berhenti dari pekerjaan itu! Zahra lelah Bu, Zahra lelah. Kita tidak perlu uang yang banyak, rumah yang mewah. Kita hanya perlu rezeki yang halal Bu," lirih Zahra menangis membuat wanita dewasa itu menunduk.
"Ibu minta maaf," lirihnya memegang tangan Zahra.
Zahra yang melihat wajah sedih ibunya, langsung memeluk wanita dewasa itu. Raut wajah yang sendu dan juga lelah.
"Ibu, kalau ibu berhenti bekerja. Zahra akan mencari pekerjaan yang gajinya besar, Zahra janji akan memenuhi semua kebutuhan ibu." Zahra mencoba menyakinkan ibunya agar bisa meninggalkan pekerjaan haram itu.
"Bukan nya kau sudah punya pekerjaan?"
"Zahra baru saja di pecat Bu, orang-orang sudah tahu kalau Zahra anak seorang... seorang...." Zahra bahkan tak bisa melanjutkan ucapannya karena begitu terpukul.
"Maafkan ibu."
Rasa bersalah melihat anak gadisnya yang harus putus sekolah karena kekurangan biaya dan juga Bullyan dari teman-temannya membuat wanita berusia 41 tahun itu tak kuasa menahan tangisnya.
Di usianya yang sudah tua, ia masih terlihat cantik dan muda karena memang ia melakukan perawatan agar bisa memuaskan pelanggan nya. Yah, dia adalah pekerja seksual. Bukanlah keinginan nya untuk bekerja di tempat hina itu. Tapi, sesuatu mengharuskan ia bekerja di sana.
Suara deringan ponsel terdengar, Saras ibu dari Zahra langsung mengangkat panggilan sedikit menjauh dari Zahra.
"Iya..Iya.. Maaf, aku akan ke sana. Iya.. Maaf tuan," ucap Saras tampak panik.
"Sayang, ibu membuatkan mu makanan kesukaan mu. Makanlah, masalah pekerjaan jangan kau pikirkan. Ibu akan mencarikan pekerjaan halal untuk mu yah. Makanlah dengan lahap, ibu membeli bahan-bahan nya dari uang jualan online ibu. Selamat malam sayang, " ucap Saras mengecup kening Zahra lalu pergi keluar dari kamar menuju jalan.
Di sana sudah ada sebuah mobil yang menunggu nya. Saras langsung naik ke dalam mobil mewah itu dan mobil pun berjalan menuju tempat tujuan.
Saras memandangi rumah sederhana nya, ia harus bisa menerima ini semua. Setelah semua urusannya selesai, ia janji akan segera meninggalkan pekerjaan hina ini.
Ia janji.
"Kau terlambat 12 menit. Kau tahu, waktu sangatlah berharga. Bagaimana jika klien ku pergi, ha!" bentak pria yang sedang mengemudikan mobil. Saras hanya bisa menunduk sesekali mencengkeram ujung bajunya.
"Maaf. Tadi Zahra sedang sedih."
"Oh, hahahaha. Zahra, ternyata keponakan ku sudah semakin besar yah." Saras mengangkat kepalanya melihat ekspresi yang di berikan pria itu. Sangat menjijikan.
"Jangan pernah macam-macam dengan anak ku, tuan Zaki!" tegas Saras tak suka.
Laki-laki itu tergelak. "Tenang saja. Selama kau bisa mengumpulkan uang untuk membayar hutang mu, maka Zahra akan aman." Laki-laki itu tersenyum genit menatap Saras.
"Kalau saja kau mau menjadi simpanan ku waktu itu, pastinya kau tidak perlu melayani laki-laki hidung belang laim."
Saras kembali mengingat itu, kejadian bertahun-tahun lalu dimana semuanya awal dari yang terjadi hari ini.
Flashback on
Saat itu adalah saat dimana rasanya dunia Saras hancur. Kehilangan suaminya di saat anak mereka masih berumur 5 tahun.
Suami Saras sekaligus ayah Zahra meninggal dalam keadaan sedang shalat subuh.
Hal itu membuat Saras mau tak mau harus menjadi seorang single parent yang tangguh.
Pada saat 12 hari setelah suaminya berpulang ke Rahmatullah. Keluarga suaminya datang padanya untuk meminta uang.
"Apa-apaan ini?" tanya Saras tak habis pikir setelah membaca detail hutang yang harus ia bayar.
"Itu adalah rincian hidup dari suamimu. Dari dia masih di kandungan sampai di menikah, yah aku hanya menuliskan sesuatu yang memakan uang besar saja. Kalau yang kecil-kecil anggap saja itu sedekah. Jadi, kau harus membayar uang kehidupan suamimu!"
Saras tak habis pikir. Bisa-bisanya wanita tua yang berstatus ibu dari suaminya itu menagih uang hidup dari suaminya. Apa dia pantas dikatakan sebagai ibu?
"Kau adalah ibunya. Sudah menjadi kewajiban mu untuk membesarkan nya. Lalu mengapa kau memperincikan semua kebutuhan hidupnya selama ini?"
"Jangan banyak bicara! Itu urusan ku! Ketika dia memilih untuk menikahi gadis desa seperti mu, di situlah aku memutuskan tali ikatan darah kami! Dia bukan lagi anak ku, jadi kau harus mengganti semua uang ku itu!" tegas wanita tua itu yang bernama Nonik ibu dari suami Saras.
Saras kembali melihat isi surat perincian hutang suaminya. Matanya terbelalak kaget melihat nominal uang yang harus ia bayar.
750 juta.
"Ini pemerasan!" ucap Saras tak terima. Bagaimana bisa ia yang masih berduka atas kepergian suami tercintanya bisa membayar hutang sebanyak ini.
"Pemerasan? Apa kau tidak bisa berhitung. Sudah aku bilang biaya ini adalah biaya hidup suamimu selama dia bersama ku, mulai dari dalam kandungan sampai di memilih menikahi gadis kumuh seperti mu!" tegas Nonik.
Laki-laki yang ada di samping Nonik dan juga wanita yang di sampingnya tersenyum mengejek melihat kesengsaraan Saras. Yah, laki-laki itu adalah anak kedua Nonik bernama Zaki, ipar Saras. Sedangkan wanita yang satunya lagi adalah istri dari Zaki yang bernama Lia.
Lihatlah, betapa senangnya raut wajah mereka melihat Saras tertekan. Memang pasangan laknat!
"Aku akan membayar nya kalau aku sudah mempunyai pekerjaan, aku janji akan membayarnya," ucap Saras berharap ia di beri waktu untuk melunasi hutang-hutangnya.
"Ibu.... Adek mau minum susu," rengek anak perempuan berusia 5 tahun memeluk kaki Saras. Dia adalah Zahra kecil.
Mata ketiga tamu tak di undang itu langsung melirik anak balita yang ada di kaki Saras.
"Sayang, masuklah dulu. Nanti, ibu akan membuatkan susu hangat untuk mu." Zahra pun langsung masuk dan melanjutkan mainnya. Sebuah seringaian licik terukir di bibir ketiga tamu tak di undang itu.
"Anak mu cantik. Sama seperti ibunya. Bagaimana kalau nanti anak mu saja yang membayar hutang ayah nya," saran Nonik.
"Apa maksud mu?" tanya Saras sudah tak memperhatikan sopan santun lagi.
Nonik tersenyum sembari menatap putra dan menantunya. "Jadikan anak mu sebagai pel*cur bila besar nanti, dia pasti akan menghasilkan uang yang banyak. Dan hutang mu bisa terbayar."
"Kalian gila!"
_
_
_
_
_
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
revinurinsani
gila bener tuh ibu
2023-11-25
1
Nanda Lelo
dasar keluarga lucknut,,
😡😠
bukannya membantu malah bikin tambah susah keadaan
2023-01-08
0
Asyifa Alina
nyesek bangt nenek tega mau jual cucunya
2022-11-03
0