Hari sudah menjelang malam. Daniel yang baru saja selesai shalat Maghrib kini tengah bersiap untuk makan malam bersama Abi dan Umi tercinta.
Daniel pun berjalan keluar menuju meja makan. Di sana Abi dan Uminya sudah menunggu kedatangannya.
"Selamat malam, Abi, Umi." Daniel menyapa lalu duduk di kursi dan menatap makanan yang ada di meja makan.
"Selamat malam."
Setelah sapa menyapa, Aisyah mengambilkan makanan untuk suaminya sedangkan Daniel hanya diam menatap makanan lezat di hadapannya.
"Ada apa?" tanya Malik.
"Hmmm, Daniel tidak berselera." Daniel menatap Uminya yang mulai menyendoki nasi ke dalam piring milik Daniel.
"Umi, Daniel tidak mau makan." Walaupun Daniel mengatakan bahwa ia tak ingin makan, tetap saja Umi nya terus meletakkan makanan di dalam piring Daniel.
"Kata pak Lim, kau tidak makan nasi tadi siang. Jadi, malam ini kau harus makan nasi," ucap Aisyah sembari meletakkan sepiring nasi dan juga lauk-pauknya.
Daniel hanya menatap makanan yang di berikan Umi nya, sungguh tidak menggugah selera. Ia bahkan rasanya sudah kenyang hanya dengan menatap makanan itu saja.
"Makanlah Daniel," pinta Aisyah khawatir melihat kondisi anaknya.
"Daniel tidak mau makan, Daniel ingin makan buah saja. Pak Lim, tolong antarkan buah ke kamar," ucap Daniel bangun dari duduknya.
"Baik tuan," ucap pak Lim selaku kepala pelayan di mansion.
"Kalau kau hanya memakan buah, lalu kapan kau akan makan nasi. Kau ingin sakit?" kata Malik menghentikan kunyahan nya.
"Abi, Daniel tidak berselera untuk makan. Makanan itu tidak.....hmm begitulah," ucap Daniel.
Malik tampak menghela nafas panjang. Sangat sulit agar anaknya ini makan.
"Umi, carilah koki baru besok. Para koki di sini masakannya tidak cocok dengan lidah Daniel," ucap Daniel sembari menatap para koki yang berbaris dan gemetar ketakutan.
"Umi baru saja mengganti koki 2 hari yang lalu dan kau ingin Umi mencari yang baru. Yang benar saja, sayang. Beribu-ribu koki pun yang akan bekerja di sini, kau tetap tak menyukai makanan mereka."
"Hmmm, di coba saja Umi. Siapa tahu ada yang cocok nanti, Daniel ke kamar dulu."
Daniel pun akhirnya pergi meninggalkan meja makan dan kembali masuk ke dalam kamar. Di meja makan Aisyah menatap khawatir anaknya yang sudah pergi ke kamar. Ia harus mencari koki handal yang dapat membuat Daniel mau makan.
"Pak Lim, jangan lupa vitaminnya taruh saja di dalam jus," titah Malik. Pak Lim pun mengangguk mengerti lalu pergi mengambil buah-buahan dan juga jus.
Di dalam kamar, Daniel duduk di balkon sembari memandangi langit-langit berbintang.
Tok...Tok... Tok....
"Tuan, saya membawa makanan untuk anda," ucap pak Lim dari luar kamar.
"Masuklah."
Pak Lim pun masuk ke dalam kamar lalu meletakkan potongan buah dan juga jus di meja.
"Saya undur diri, tuan."
"Hmm."
Pak Lim sudah keluar, tinggal Daniel yang kini sedang menikmati buah dan jus. Hatinya yang tak pernah tenang membuat ia selalu saja ingin menangis dan menyakiti diri sendiri.
Daniel POV
Hai, namaku adalah Daniel Lahanta Raymond. Anak tunggal dari pasangan Abi Malik dan juga Umi Aisyah. Umurku 23 tahun dan aku adalah seorang pria yang di kurung dalam sangkar.
Orang-orang menganggap aku adalah anak yang paling beruntung, lahir di keluarga ramah dan juga penuh kekayaan. Tapi, sebenarnya mereka tidak tahu bahwa aku adalah orang yang kesepian.
Tak ada yang tidak bisa aku dapatkan, semuanya bisa aku dapatkan hanya dengan sekali meminta. Namun, aku baru sadar bahwa ada satu yang tak bisa aku dapatkan walau aku punya uang setinggi gunung.
Apa itu?
Itulah Ketenangan jiwa.
Tanpa ketenangan jiwa, kita akan merasa was-was. Tanpa ketenangan jiwa, rasanya semua yang kita miliki hanyalah sia-sia.
Aku ingin ketenangan jiwa!
Meski aku orang kaya, aku tidak terlalu memiliki banyak teman. Aku hanya memiliki beberapa teman saja yang benar-benar mau berteman apa adanya, sedangkan teman yang lain, hanyalah teman yang datang pada waktu membutuhkan saja.
Bahkan sekarang aku merasa sangat sendirian karena tak ada teman di mansion ini. Para pelayan dan penjaga menjauhiku, betapa menyedihkannya hidupku ini. Tapi, aku tetap bersyukur.
Abi tak mengizinkan aku keluar rumah kalau tidak ada keperluan. Teman-teman ku hanya datang sesekali ke mansion.
Aku benar-benar di perlakukan layaknya orang gila.
Yah aku memang gila.
Siapapun yang melihat ku dengan keadaan seperti ini mereka akan menyimpulkan bahwa aku adalah orang gila.
Orang gila!
Tidak bisa di pungkiri bahwa aku tergolong laki-laki tampan dan ramah. Orang-orang yang melihat senyumanku pastinya ingin berteman dengan ku.
Hanya saja, aku yang tidak bisa menahan hasrat membunuh ku terpaksa harus menjauhi mereka dan berteman hanya dengan orang-orang yang aku percayai.
Apa kalian percaya akan tentang cinta?
Apa kalian pernah menderita karena cinta?
Apa kalian pernah menjadi monster hanya karena cinta?
Kalau aku jawabannya "iya."
Aku mengenal apa itu cinta karena aku pernah mencintai seseorang yang ternyata istri orang lain.
Aku pernah menderita karena cinta ketika tahu ternyata cinta ku tak terbalas.
Aku juga pernah menjadi monster hanya kerena cinta. Membunuh bahkan memperkosa.
Seharusnya aku mati saja agar rasa bersalah ini tak terus menghantuiku. Tapi, Sang Maha Pencipta belum berkehendak. Mungkin aku sedang di beri kesempatan untuk berubah agar bisa menebus dosa-dosa di masa lalu.
Aku berharap aku bisa berubah dan darah monster yang ada di tubuhku lekas hilang. Aku lelah.
Ya Allah, tunjukkan hamba jalan yang benar. Hamba ingin berubah.
Aamiin.
_
_
_
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
jangan lupa beti dukungan
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Asyifa Alina
sakit , sakit di hati . semoga lekas sembuh dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi amiiiiiiiiiiiin
2022-11-03
0
Risa Istifa
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
2022-08-22
0
Noviatul Walidah
aq percaya padamu bang daniel
semangat buat sembuh 😘
2021-12-16
0