Sore yang indah karena cuaca yang begitu mendukung. Zahra kini tengah memasak makanan yang akan di makan tuan muda nya malam ini. Setelah mendapatkan informasi kalau tuan mudanya suka pedas dan nanti malam ingin makan makanan yang pedas. Zahra pun mendapatkan ide masakan pedas yang menurutnya cocok untuk lidah tuan mudanya.
"Jangan terlalu pedas, dia masih kecil. Tidak baik untuk kesehatan nya." Zahra membatin.
Mau tak mau juga Zahra harus memasak makanan pedas walau tidak terlalu pedas. Karena ia mendapatkan rekomendasi untuk makanan yang boleh di masaknya. Zahra memilih memasak lobster saus tiram.
"Sebenarnya aku ingin masak ongseng mercon, tapi kelihatannya tidak baik kalau pedas-pedas, sedikit pedas saja. Kasihan anak itu kalau nanti kepedasan."
Dengan cekatan Zahra mengolah lobster berukuran sedang menjadi makanan yang lezat dan menggugah selera.
"Hmmm, aku bahkan belum pernah melihat anak kecil itu. Seberapa kecil dia sampai tidak punya nafsu makan." Zahra terus bertanya-tanya, berapa usia tuan mudanya. Ia ingin bertanya pada Anthy, tapi gadis itu hanya diam karena memang tidak boleh banyak bicara kalau sedang bekerja.
Pak Lim? Jangan di tanya. Zahra bahkan merinding melihat tatapan datar pak Lim. Apa laki-laki tua itu punya masalah dengan nya? Sorot matanya mengatakan Kerjakan saja tugas anda dan jangan banyak bertanya!
Mengerikan!
Padahal aku hanya penasaran berapa umur anak nyonya. Bisa saja umurnya sudah remaja dan aku membuatkan sarapan berbentuk kepala panda nantinya.
Zahra hanya bisa pasrah. Yang penting dia masak dan pulang lalu menerima gaji.
Oh, Zahra tidak semudah itu bekerja di mansion Raymond. Seandainya ada orang yang mau mengatakan kalimat itu pada Zahra.
"Akhirnya, selesai juga." Mata Zahra berbinar penuh nafsu melihat lobster saus tiram nya yang ia tata secantik mungkin. Kalau di saat-saat tenang seperti ini, Zahra bisa memasak dengan sempurna tidak sama halnya kalau sedang masa genting.
"Pak, makanannya sudah selesai," ucap Zahra menghampiri pak Lim yang sedari tadi memperhatikan nya. Jaga-jaga kalau Zahra menaruh sianida di sana.
Pak Lim menatap masakan Zahra dengan wajah datarnya.
Sudah tua tapi pelit senyum. Nanti makin tua loh. Andai Zahra dapat mengatakan itu pada pak Lim, di jamin ia akan di tendang detik itu juga.
"Tunggulah di sini. Saya akan membawa makanan ini pada tuan muda," ucap pak Lim melirik pelayan yang ada di dapur agar membawa nampan berisikan makanan buatan Zahra.
"Apa saya tidak bisa langsung pulang? Ini sudah hampir Maghrib," ucap Zahra. Ia takut ia akan telat pulang lalu shalat nya akan telat waktu, dan ibunya lelah menunggu di rumah. Kapan lagi ia bisa makan malam dengan ibunya.
"Anda tidak mengerti kata-kata saya, nona. Saya mengatakan bahwa anda tunggu di sini sebentar, lihat dulu apa tuan muda menyukai masakan ini atau tidak."
Pak Lim pergi meninggalkan Zahra yang terdiam kaku. Ia membawa masakan Zahra ke kamar Daniel.
Kamar Daniel ada di lantai tiga. Tidak perlu repot-repot mencari kamarnya karena di lantai tiga hanya ada dua pintu saja. Satu pintu berwarna hitam, itu milik Daniel dan satu pintu warna putih, itu pintu rahasia.
Jangan bertanya, pintu rahasia apakah itu? Kalian pasti sudah tahu. Pintu itu adalah pintu yang akan membawa kita pada sebuah ruangan kosong bercat putih. Lebih tepatnya
Ruangan eksekusi!
Ruangan eksekusi itu tidak terlalu besar. Sedangkan kamar Daniel sudah memakan hampir keseluruhan lantai tiga. Apa yang ada di kamar Daniel? Itu rahasia.
Sangat besar bukan? Makanya jadi orang kaya dulu bro ^_^
Yang Hondanya di parkir di ruang tamu. Minggat!
Pak Lim mengetuk pintu.
"Masuk." Setelah mendapatkan izin, pak Lim membuka pintu dan mengkode agar pelayan meletakkan makanan itu di meja dekat sofa.
"Tuan, ini adalah masakan untuk makan malam. Apa anda ingin memakan masakan ini? Atau kita ganti yang lain saja?" kalau Zahra mendengar perkataan pak Lim, sungguh perasaan gadis itu akan terluka. Belum lagi melihat raut wajah dan nada suara pak Lim.
Sungguh datar.
"Apa koki baru itu yang memasak?" tanya Daniel yang sedang duduk di balkon sembari memainkan ponselnya.
"Iya tuan."
Daniel berdiri lalu menatap makanan yang di bawa pak Lim. Dengan stelan baju koko, kain sarung dan peci di tangan.
"Hmmm, nanti akan ku makan. Bawa saja kembali ke dapur." Pak Lim mengangguk dan menyuruh pelayan membawa masakan itu kembali ke dapur.
"Pak Lim mengapa belum bersiap-siap? Sudah mendekati waktu shalat," ucap Daniel tersenyum ramah pada kepala pelayan itu.
"Saya akan bersiap-siap, Tuan."
"Pergi bersiap-siap, kita harus mendapatkan Saf pertama nantinya. Pak Lim tahukan betapa istimewanya Saf pertama itu." Pak Lim mengangguk lalu mengundurkan diri. Ia harus segera bersiap-siap untuk pergi shalat di masjid bersama Daniel. Namun sebelum itu, ia mengatakan pada Zahra kalau gadis itu boleh pulang dan datang setelah shalat subuh membuat sarapan untuk Daniel.
Zahra pun tersenyum senang dan dengan secepat kilat berlari mencari taksi.
*******
Maghrib sudah tiba. Daniel duduk di Saf paling depan dekat dinding. Di samping nya ada Malik dan juga pak Lim serta beberapa penjaga.
Orang-orang sudah mengambil posisi masing-masing begitu juga Daniel yang sudah berdiri.
"Allahu Akbar." Takbir terdengar dari imam masjid. Jama'ah mengangkat tangan mereka lalu melaksanakan shalat dengan khusuk.
Beberapa menit kemudian.
Setelah selesai shalat Daniel dan Malik serta pak Lim kini tengah berjalan pulang. Berjalan dengan santai sembari menikmati angin yang bertiup.
"Bagaimana selera makan mu? Sudah membaik?" tanya Malik.
"Alhamdulillah sudah."
"Baguslah. Kalau begitu koki itu bisa bekerja permanen di mansion, Abi akan mengatakan nya pada Umi nanti."
"Baiklah."
Sesampainya di mansion Daniel pergi mengganti pakaiannya begitu juga dengan Malik dan pak Lim.
Setelah mengganti pakaian, Daniel turun lalu berjalan menuju meja makan. Perut nya sudah keroncongan karena hanya makan lontong dan buah.
"Duduklah sayang," ucap Aisyah antusias melihat wajah Daniel yang terlihat kelaparan. Aisyah menyendoki nasi dan juga lauk pauk ke dalam piring Malik baru ia menyendoki nasi ke dalam piring Daniel.
"Wah, kelihatannya enak." Malik menatap sepiring lobster saus tiram yang sangat menggoda.
"Abi, mau?" tawar Daniel.
"Hmmm, makan saja. Abi bisa makan apa saja, kalau kau kan pemilih." Daniel mengangguk lalu memulai makannya, ia menatap Umi nya yang meminta melalui sorot mata.
"Umi, mau?"
"Mau," jawab Aisyah senang lalu mengambil satu lobster saus tiram milik Daniel.
"Pak Lim, suruh para pelayan untuk makan. Tinggalkan saja kami," ucap Daniel melirik pak Lim dan beberapa pelayan yang berdiri di ujung sana sembari tersenyum.
"Baik tuan."
Terkadang mereka berpikir. Bagaimana bisa Tuan muda yang ramah dan sopan ini menjadi seorang monster? Apakah ada cerita di balik terciptanya monster berdarah itu?
Semuanya penuh misteri.
Bukankah Anda juga penasaran?
_
_
_
Jangan lupa like komen dan vote jika kalian menyukai novel ini.
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
Author tunggu dukungannya 🥰
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Nanda Lelo
oke aku minggir 🤣🤣🤣
2023-01-08
0
Risa Istifa
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
2022-08-23
0
Risa Istifa
🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2022-08-23
0