Krieeet.
Zahra memutar tubuhnya melihat di balik kegelapan. Suara pintu di buka.
Brakkkkk
"Haaaaaaaaa!!!!"
Tidak bisa melihat apa-apa. Lari saja yang ada di benak Zahra. Kamar yang baru ia masuki itu seperti rumah hantu.
"Ada apa?" tanya Aisyah yang berlari mendekati Zahra yang sudah keluar dari kamar.
Saat mendengar teriakan Zahra, Malik dan juga Aisyah langsung berlari padahal mereka sedang sarapan.
Matilah kau, Zahra. Mengapa kau berteriak? Bagaimana ini?
"Maafkan saya nyonya. Di dalam kamar itu sangat gelap dan ada suara-suara. Saya ingin berhenti saja," ucap Zahra tidak tahan lagi. Ia akan mencari pekerjaan yang lain saja. Daripada pekerjaan yang membuat jantung nya berolahraga.
"Jangan terburu-buru nak. Pak Lim, tolong periksa." Tentu saja Aisyah tidak akan melepaskan Zahra. Kalau Zahra berhenti, lalu anaknya akan makan apa? Melihat Daniel makan dengan lahap saja sudah membuat ia senang.
Pak Lim datang.
"Itu hanya tuan muda nyonya. Tidak ada hal yang aneh, tuan muda baru saja keluar dari kamar mandi."
Zahra tetap tidak tenang. Ia masih was-was. Bagaimana kalau anak nyonya nya itu ada kelainan.
"Kau dengarkan, tidak ada apa-apa disana." Aisyah mencoba menenangkan Zahra.
"Tapi mengapa gelap sekali nyonya. Saya tidak bisa melihat ketika mengantarkan sarapan."
"Itu sudah kebiasaan nya. Maafkan anak saya, dia selalu mematikan lampu di pagi hari karena katanya dia mau berhemat." Kini Malik yang menjelaskan. Bagaimana pun ia juga tak akan membiarkan Zahra berhenti bekerja. Biar saja di cap sebagai orang egois, tapi semua ia lakukan untuk putranya. Hitung-hitung menebus kesalahannya di masa lalu.
Zahra yang mendengar perkataan Malik serasa sedang mendengar lawakan.
Holang kaya hemat listrik? Yang benar saja.
"Iya, kalau nanti kau mengantarkan sarapan lagi. Kau tinggal menekan tombol lampu di dekat pintu. Di sana ada tombol kau bisa menekan tombol itu jika kamarnya masih gelap," jelas Aisyah.
"Hmmm, baiklah nyonya. Maaf karena sudah membuat kalian khawatir." Zahra menundukkan kepalanya. Ini sudah melewati batasnya yang hanya seorang pelayan.
"Tidak apa-apa. Kami mengerti, sekarang kembalilah ke tempat mu."
"Baik nyonya. Permisi," ucap Zahra meninggalkan ketiga orang yang masih berdiri di depan kamar Daniel.
"Sepertinya Anda harus segera mengikat gadis itu, nyonya." Pak Lim berbicara memberikan sebuah saran.
"Benar. Kalau hal ini terjadi lagi, gadis itu akan pergi dan Daniel tidak akan mau makan lagi. Aku akan segera memberikan surat kontrak padanya."
Terlihat egois bukan? Tapi, di sisi lain coba perhatikan Daniel yang bahkan tak bisa meneguk air karena hilang selera.
Ceklek.
"Abi, Umi, pak Lim. Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Daniel mengintip di balik pintu.
Malik berjalan ke arah Daniel. "Lain kali jangan matikan lampu kalau kau meminta koki mu mengantarkan makanan. Dia bisa lari nanti," ucap Malik mengingatkan putranya.
"Oh, jadi yang berteriak itu dia? Hahahaha, iya iya. Nanti akan Daniel usahakan." Daniel tertawa lalu kembali masuk ke dalam kamar.
Ia duduk di sofa sembari menatap sarapan yang di buat khusus untuknya.
"Hahahahah, dia bahkan mengira aku ini anak kecil."
Daniel mengambil satu roti berbentuk burung hantu. Dia memakannya dengan tenang.
Aqila Nafeeza Zahra. Nama koki baru itu. Aku sudah mencari semua data pribadinya semalam. Anak seorang wanita panggilan. Pendidikan hanya sampai SMP.
"Tuan muda." Pak Lim masuk ke dalam kamar.
"Hmmm?" Masih menikmati sarapannya.
"Saya akan mengatakan pada koki itu bahwa tuan muda bukan anak kecil lagi. Agar nanti....."
"Tidak perlu. Aku suka seperti ini."
"Benarkah?" tanya pak Lim menatap punggung tuan mudanya.
"Hmmm, biarkan saja seperti ini. Nanti, aku sendiri yang akan mengatakannya."
"Aku sangat senang karena aku di perlakukan istimewa. Dulu aku jarang mendapatkan makanan seperti ini. Yang kudapatkan hanyalah makanan mewah dengan bentuk berkelas."
"Umi bahkan tidak pernah membuatkan sarapan lucu seperti ini. Biar aku menikmati nya sebentar."
"Baik tuan. Saya undur diri." Pak Lim keluar meninggalkan Daniel yang duduk sembari memakan sarapannya.
Daniel tersenyum lalu memakan sampai menghabiskan 4 roti selai sekaligus.
"Aku ingin melihatnya." Daniel menepuk jidatnya. Mengapa ia sampai lupa. Ia sengaja meminta agar kokinya yang mengantarkan sarapan karena ingin memberikan daftar makanan yang ia ingin makan.
Ia pun mengambil ponselnya lalu menghubungi pak Lim.
"Saya tuan."
"Panggilkan koki itu."
"Tapi, koki itu sudah pulang."
"Pulang? Apa dia tidak tinggal di sini?" tanya Daniel. Ia sudah cocok dengan masakan kokinya, tapi mengapa Umi nya belum mengontrak koki itu.
"Iya tuan. Apa perlu saya minta dia datang lagi?" tanya pak Lim.
"Tidak perlu. Nanti makan siang saja."
"Baik tuan."
Daniel menutup panggilan lalu meminum susu hangat sampai habis.
"Aku masih lapar."
_
_
_
_
_
_
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
revinurinsani
hiiiii jadi pengen deh makan masakan zahra
2023-11-25
1
Nanda Lelo
lucu banget sih sarapan ny tuan muda 🤭
2023-01-08
0
Risa Istifa
,🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
2022-08-23
0