Zahra POV.
Hai namaku adalah Aqila Nafeeza Zahra, sering di panggil dengan nama Zahra. Nama yang indah bukan, namun tak seindah hidup ku.
Aku kehilangan laki-laki tangguh ku pada saat berusia 5 tahun. Sangat samar untuk mengingat masa lalu.
Lalu kini ibu ku bekerja menjadi seorang wanita malam.
Hati ku sakit!
Sakit sekali. Melihat wanita yang aku cintai memakai pakaian kurang bahan. Sudah sering aku mengatakan bahwa itu adalah perbuatan salah. Apa ibu tidak kasihan pada ayah yang akan di hisab di sana nanti?
Pendidikan ku hanya sebatas SMP saja. Biaya sekolah yang mahal dan juga tekanan batin yang kurasakan membuat aku memutuskan untuk bekerja.
Usiaku 17 tahun, seharusnya aku sudah kelas 2 SMA sekarang. Hanya saja, yah takdir tidak berpihak ke arah sana.
2 Tahun setelah aku lulus dari SMP, aku bekerja di sebuah restoran kecil. Awalnya aku bekerja sebagai pelayan biasa, hanya saja suatu hari aku sedang memasak di dapur restoran dan pemilik restoran itu suka dengan masakan ku. Alhasil aku pun di angkat menjadi koki di sana.
Semua berjalan dengan semestinya, dengan gaji yang lumayan aku memenuhi kebutuhan hidupku dan juga ibu.
Aku heran. Ibu selalu berkerja setiap malam, tapi uangnya tidak pernah ada. Kemana uang hasil bekerja nya? Apa dia hanya bekerja dengan cuma-cuma.
Memang aku tidak mengharapkan uang haram itu. Hanya saja, itu menjadi sebuah tanda tanya besar di benakku. Kemana uang hasil pekerjaan malam itu.
"Huffff lelahnya," ucap ku lirih duduk di sebuah bangku yang ada di depan tokoh kue. Aku melirik kesana kemari, tidak ada lowongan pekerjaan.
Aku sudah di pecat dari restoran ketika sepupuku membeberkan bahwa aku adalah anak dari seorang wanita panggilan. Tentunya mereka mulai menggunjing, mengatakan bahwa mereka harus berhati-hati padaku, agar nanti pasangan mereka tidak di ambil oleh ku.
Sungguh menyakitkan, bukan?
Aku sangat bingung dengan sepupuku yang bernama Silvi itu, dia adalah anak dari adik ayahku. Dia selalu saja mengatakan pada orang-orang yang dekat dengan ku kalau aku adalah anak dari wanita hina. Apa masalah nya sehingga ia selalu mengganggu ku? Aku kan tidak pernah mengganggunya!
Kesal!
Tapi yasudahlah.
Hari ini aku harus mencari pekerjaan yang gajinya besar. Aku harus bisa membuat ibuku berhenti bekerja.
Setelah lelah ku sedikit hilang, aku pun melanjutkan perjalanan mencari pekerjaan.
Semoga saja semuanya berjalan lancar.
Author POV.
Zahra terus berjalan melihat kesana kemari. Tatapannya pun tertuju pada sebuah brosur berukuran besar tertempel di dinding pagar gedung besar. Ia membaca isi brosur itu.
"Pekerjaan," gumam Zahra membaca detail isi brosur.
"Gajinya besar sekali." Mata Zahra berbinar senang melihat nominal gaji pertama, belum lagi nanti kalau sudah terpilih gaji keduanya akan di lipat gandakan.
"Pekerjaan nya adalah menjadi koki. Bukankah aku harus mencobanya, aku kan pintar masak." Dengan antusias Zahra mencatat nomor ponsel yang tertera di brosur lalu segera menghubungi nomor tersebut.
Lama Zahra menunggu agar panggilan nya terjawab. Maklum, mungkin orangnya lagi sibuk.
2 kali Zahra mencoba menghubungi tapi tidak ada jawaban. Apa ini berita abal-abal?
Sekali lagi! Zahra akan mencoba sekali lagi.
"Halo, ini kediaman Raymond. Ada yang bisa kami bantu?" tanya orang di seberang telepon. Zahra meloncat senang lalu menjawab bahwa ia ingin mendaftarkan diri.
"Halo, apa berita di brosur ini benar? Apa keluarga Raymond mencari seorang koki?" tanya Zahra.
"Iya, benar."
"Saya ingin mendaftarkan diri," ucap Zahra antusias.
"Apa anda memiliki alamat email?" tanya orang di sana.
"Punya."
"Baiklah, kirimkan email anda melalui pesan saja. Kami akan mengirimkan formulirnya, isi formulir dan datanglah besok dengan membawa biodata diri anda. Jangan sia-siakan waktu yang berharga, besok adalah hari terakhir."
Tut
Tut
Panggilan sudah terputus. Tidak sopan sekali. Mentang-mentang orang kaya.
Tanpa membuang banyak waktu, Zahra langsung mengirim email nya pada nomor tadi. Ia sudah tidak sabar untuk keesokan harinya.
*
*
Keesokan harinya.
Zahra sudah bersiap-siap, ia ingin pergi untuk seleksi menjadi koki khusus di mansion Raymond. Dengan gaji yang menggiurkan seperti itu, mana ada orang yang mau menolak. Bayangkanya saja, kalau Zahra bisa lulus seleksi ia akan mendapatkan gaji pertama sebanyak 50 juta perbulan. Itu hanya gaji pertama, kalau sudah masuk 2 bulan maka gaji akan di lipat gandakan.
Sangat menggiurkan.
"Ibu, Zahra pergi yah. Assalamu'alaikum." Zahra mencium tangan sang ibu lalu pergi menuju masa depan.
"Wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh."
Zahra memilih naik taksi agar cepat sampai tujuan. Sebab, ada durasi yang di tentukan oleh pengurus mansion pada para peserta. Jika terlambat maka pintu gerbang tidak akan di buka lagi dan artinya gaji besar menghilang di tiup angin.
Setelah beberapa menit perjalanan menuju mansion Raymond, Zahra langsung masuk ke dalam halaman mansion yang sangat luas.
"Apa ini istana?" Zahra di buat kagum dengan pemandangan halaman mansion yang sangat luas dan juga penuh dengan bunga.
"Silahkan nona," sambut mereka. Sepertinya pelayan lama di sini. Zahra pun langsung masuk sesuai arahan dari para pelayan. Terlihat dalam sebuah ruangan sudah ada beberapa orang yang ingin ikut serta.
"Sepertinya mereka ini koki-koki handal. Aku pasti bukan apa-apa di sini," batin Zahra merasa rendah.
Prokk Prokk Prokk..
Suara tepuk tangan berasal dari wanita yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Jantung Zahra serasa berhenti berdetak melihat penampilan wanita itu.
"Andai ibu juga seperti itu." Batin Zahra sendu karena penampilan wanita yang baru saja masuk keruangan sangatlah tertutup dan elegan.
"Selamat pagi semuanya," ucap Aisyah tersenyum manis pada para peserta.
"Pagi."
"Terimakasih atas partisipasi kalian semua. Saya harap kalian bisa memberikan masakan terlezat dan terbaik kalian untuk putra saya. Tidak usah membuang waktu lagi, mari kita mulai acara seleksi nya. Selamat berjuang. Semoga menghasilkan buah yang manis." Zahra di buat terkesima dengan tutur kata Aisyah yang sangat sopan meski dia adalah nyonya di sini.
Sangat mengagumkan.
Tak ingin menyerah begitu cepat, Zahra pun mulai memikirkan apa yang harus ia masak.
"Kata mereka, anak dari nyonya tadi tidak punya selera makan. Kira-kira, apa yah yang harus aku masak."
Zahra berpikir dengan keras, ia harus mendapatkan ide untuk masakannya. Waktu pun terus berjalan, namun Zahra belum melakukan apa-apa.
"Ya Allah, apa yang harus di masak? Hmmm, apa aku masak pecel lele saja yah atau tumis kangkung sambal terasi?"
"Tapi, kalau anak nyonya itu tidak punya selera makan. Itu berarti anak nyonya itu masih kecil, apa aku buat masakan untuk anak kecil saja yah." Batin Zahra berkecamuk
Sudah menjadi tabiat Zahra, kalau sedang dalam keadaan genting pikiran nya tidak akan bisa jernih, selalu saja melayang kesana kemari.
Zahra melihat calon-calon koki yang kini tengah sibuk dengan masakan mereka, sedangkan ia masih melamun memikirkan apa yang harus ia masak.
"Akhhhhh, mana peduli. Apapun itu yang penting ada. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang. Baiklah, yang penting sudah usaha. Masalah rezeki Allah sudah mengatur. Pasti tidak akan tertukar."
"Bismillahirrahmanirrahim."
Zahra pun memulai memasak apa yang harus ia masak. Aisyah sangat senang melihat antusias dari peserta, luar biasa pikirnya. Semoga saja Daniel menyukai masakan diantara mereka. Kalau tidak, Aisyah hanya bisa pasrah dengan keadaan Daniel yang sekarang.
_
_
_
_
_
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
revinurinsani
mau juga ah jadi kokinya Daniel gaji nya gede👍
2023-11-25
1
Nanda Lelo
mau juga donk jadi koki ny 🤗
sebulan aja udah tuh,, nyari modal usaha
2023-01-08
0
Enje Priatin
aq mau daftar jadi koki kali aja Daniel cocok sm masakannku 🤣
2022-08-23
0