Zahra kini sedang berjalan di pinggiran taman menuju rumah nya. Ia lelah, ia ingin duduk dan menikmati angin serta melihat orang-orang yang berjalan.
"Ya Allah, kapan hamba bisa menarik ibu hamba keluar dari pekerjaan itu."
Zahra membuka tas ranselnya lalu mengambil botol minumnya lalu meneguk air mineral yang tinggal setengah botol lagi.
Saat Zahra sedang menikmati tegukan demi tegukan air mineral seseorang yang berlari tidak sengaja menyenggol kaki Zahra membuat orang itu terjatuh.
Byuuuurrr
Uhuk....Uhuk..
Zahra terbatuk-batuk karena terkejut.
"Anda tidak apa-apa, tuan?" tanya Zahra pada laki-laki yang terjatuh itu. Laki-laki itu menoleh membuat mata Zahra terbelalak.
"Anda terluka," ucap Zahra menunjuk wajah pria itu.
"Saya tidak apa-apa, maaf karena sudah mengganggu kenyamanan anda."
Laki-laki itu berdiri, belum sempurna tubuhnya tegak. Ada teriakan dari arah belakang laki-laki.
"Berhenti disana!" teriak 3 orang berbaju hitam. Tampak di sana mereka mengeluarkan pistol membuat Zahra ingin pingsan.
"Tuan apa kalian sedang syuting?"
"Nanti saja, ikut aku berlari." Laki-laki itu menarik tangan Zahra membuat gadis itu ikut berlari sembari membentak laki-laki tidak jelas dari mana asalnya itu.
"Mengapa anda membawa saya dalam masalah anda tuan? Mengapa anda memegang tangan saya? Itu tidak sopan!"
"Nanti saja berteriak nya. Apa kau ingin kita tertembak!"
Zahra dan laki-laki asing itu memilih bersembunyi di sebuah mall. Ramainya orang-orang yang berkeliaran membuat kedua insan itu tidak bisa di temukan.
"Sial! Dia kabur. Kita harus memberitahukan tuan besar, tuan muda kabur lagi."
Ketiga pria itu sudah pergi, Zahra menghela nafas lega karena sudah tidak di kejar lagi.
"Lepaskan tangan saya, tuan!"
Laki-laki itu langsung melepaskan tangan Zahra sembari menyengir.
"Maaf."
Zahra memutar bola mata malas melihat senyuman jenaka pria asing itu. Ia pun berjalan berniat meninggalkan mall.
Ia sangat lelah.
"Nona, siapa nama anda?" tanya pria asing itu mencoba mensejajarkan langkah kakinya dengan Zahra.
"Lupakan saja tuan. Anda tidak perlu tahu nama saya, yang anda perlu tahu adalah anda harus bisa menjaga sopan dan santun anda terutama pada seorang wanita. Anda menyentuh tangan saya tadi," jelas Zahra sembari memberikan intonasi penekanan di sana.
"Iya saya minta maaf, tapi kalau saya tidak menarik anda. Mereka akan mengejar anda juga nantinya," ucap pria itu.
"Sekarang, siapa nama anda? " lanjutnya.
"Mengapa begitu penasaran, tuan? Apa anda ingin melamar saya?" tanya Zahra menghentikan langkah kakinya.
"Kalau anda bersedia, saya sih boleh-boleh saja."
Ampun dah, ini laki siapa sih?
"Sudahlah tuan, saya ingin pulang. Jangan ganggu saya!"
"Jika anda tak memberitahu nama anda. Saya akan mencari tahunya sendiri dan saya akan datang kerumah anda membawa penghulu," ancam pria itu.
"Nama ku Neneng," jawab Zahra pergi meninggalkan pria asing itu. Zahra tidak berbohong akan nama, hanya mengecoh saja. Ia malas meladeni pria asing itu.
Nama Neneng itu ia dapatkan ketika beberapa anak-anak memanggil nya dengan sebutan Neneng.
"Neneng, apakah anda tidak ingin tahu nama saya?"
Masih belum menyerah mendekati Zahra.
"Ck, saya tidak mau tahu! Tolong tinggalkan saya!"
Zahra sudah habis kesabaran menghadapi pria tidak tahu malu itu. Ia pun pergi meninggalkan pria yang sudah memasang wajah cemberut di dalam mall.
"Neneng, hihihi. Lucu juga namanya. Kalau aku suaminya, aku akan memanggil nya seperti ini. Neng, Abang mau makan." Pria itu tertawa sembari berjalan keluar mall.
"Anda tertangkap!"
Dua orang pria bertubuh besar sudah menangkapnya. Ternyata mereka tidak pergi dari mall, melainkan menunggu pria itu keluar.
"Hei, lepaskan aku!"
"Diamlah, tuan muda. Anda harus menghadap tuan besar sekarang!"
"Hei, aku ini majikan kalian. Mengapa kalian begitu kurang ajar padaku!"
"Diamlah tuan Dion. Sebelum kepalan tangan kami mengenai wajah anda!"
"Dasar tidak tahu malu! Kalian mau memukul majikan kalian! Neng, tolong abang!"
Jadilah pria asing itu di bawa masuk ke dalam mobil dan meninggalkan mall.
Di sisi lain. Zahra yang sedang berjalan menuju rumahnya mendapatkan panggilan dari pak Lim.
Ia di minta untuk datang ke mansion karena tuan mudanya ingin makan dan nyonya besar ingin berbicara padanya.
Zahra menghela nafas panjang. Sangat melelahkan kalau harus berjalan lagi. Ia pun akhirnya memilih naik taksi saja.
Sesampainya di mansion, Zahra langsung membuatkan makanan untuk tuan mudanya. Ia hanya sendiri di dapur yang luas itu, sedangkan pelayan lain sedang mengerjakan pekerjaan lainnya.
"Zahra," panggil seseorang dari arah belakang Zahra membuat gadis itu terkejut.
"Anthy."
"Kau sedang apa?" tanya Rianthy.
"Memasak." Zahra kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Zahra, apa kau sudah tahu siapa tuan muda?" bisik Rianthy. Ini yang di nanti-nanti Zahra selama ini. Kebenaran tentang tuan mudanya.
"Memangnya dia siapa?" tanya Zahra penasaran.
"Tuan muda itu bukan anak kecil, Zahra. Tuan muda itu sudah dewasa."
Deg
Sudah dewasa? Itu berarti 19 tahun keatas
"Maksud mu, dia sudah seusia kita?" tanya Zahra.
"Bukan. Dia bahkan lebih tua dari kita. Aku saja baru 18 tahun. Tuan muda itu berusia 23 tahun."
Zahra tampak terkejut lalu mengangguk mengerti penjelasan yang di berikan Rianthy.
"Tapi Zahra, ada satu hal yang mungkin kau tidak akan ketahui jika tidak ada yang memberitahu mu."
Zahra semakin di buat penasaran.
"Apa itu?"
Rianthy mulai membisikkan kebenarannya pada Zahra. Tentang Daniel yang pernah membunuh bahkan sekarang masih suka melukai beberapa pelayan. Hal itu membuat Zahra terkejut dan gemetar ketakutan.
Aku bekerja di sarang harimau yang bisa melukai ku kapan saja.
"Kau belum menandatangani kontrak, kan?" tanya Rianthy. Zahra menggelengkan kepalanya.
"Zahra, kalau aku boleh memberimu saran. Jangan mau tanda tangan nanti, kau tidak akan bisa keluar dari mansion ini sampai kau mati! Kau akan terkurung di sini!"
Deg.
Ya Allah. Bagaimana ini?
Zahra di buat bimbang, di satu sisi ada ibunya yang butuh sokongan agar mau keluar dari pekerjaan hina. Di sisi lain dia sendiri yang akan menderita.
"Pergilah Zahra. Pergi dari keluarga monster ini." Rianthy pergi meninggalkan Zahra yang masih terdiam.
Zahra melanjutkan kembali aktivitas memasaknya. Bagaimana pun ia harus melihat secara langsung, tapi kalau ia sudah lihat. Bagaimana keluarga ini menahannya.
"Nona, apa makanannya sudah siap?" tanya pak Lim masuk ke dalam dapur.
"Se-sebentar lagi siap, pak." Dengan gugup Zahra menjawab sembari menundukkan kepalanya. Pak Lim merasa heran dengan gelagat Zahra yang nampak ketakutan.
"Jika makanannya sudah selesai, langsung saja antarkan ke kamar tuan muda." Pak Lim meninggalkan Zahra yang mematung mendengarkan perkataan pak Lim.
Apa aku akan di bunuh juga?
_
_
_
_
_
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
cuma bisa up satu eps karena hari ini author mau ujian akhir. Mohon di mengerti yah🥰
kehidupan nyata itu lebih berharga.
🥰🥰
Jangan lupa beti dukungan 🥰🥰
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
revinurinsani
wahhh Anthy racuni pikiran zahra
2023-11-25
1
Nanda Lelo
Neneng karomah y neng 🤣
2023-01-08
0
Risa Istifa
,🌹🌹🌹🌹🌹🌹
2022-08-23
0