Natan Alexander menjadi pusat perhatian karena tombak besi yang dibawanya di punggung itu menciptakan ketakutan tersendiri, meski tombaknya sudah dibungkus dengan perban berlapis-lapis agar tidak melukai orang sekitar.
Orang-orang di sekitar jalan itu memetik buah-buahan kecil yang dapat dikonsumsi, dan mengambil kayu bakar karena kompor gas yang sudah tidak terlalu berfungsi, dan listrik yang mati. Memang masih ada listrik yang menggunakan solar panel, hanya saja itu digunakan sebagai penerangan malam hari.
"Mengapa orang-orang di sini tidak membantu membunuh monster? Bukankah mereka akan lebih kuat dan mampu bertahan hidup?"
Mayor Arief melirik Natan Alexander yang berada di kiri belakangnya, kemudian kembali terfokus pada jalan di depan. "Masalah mental, mungkin karena mereka melihat teman atau keluarga yang dimakan hidup-hidup di depan mata, maka mental mereka terganggu dan akan selalu takut saat melihat monster."
Natan Alexander terdiam dengan anggukan kecil. Ia juga akan terkena masalah mental jika benar-benar melihat adegan keluarganya dimakan monster, tapi jika mengingat kembali masa kecilnya, ia sudah terkena gangguan mental saat melihat kedua orangtuanya meninggal di depan matanya.
Natan Alexander menggeleng pelan, ia membuka layar interface, dan terlihat jika Kuro masih membutuhkan sekitar 18 jam lagi untuk menyelesaikan tahap evolusinya.
"Apakah kita akan pergi ke aula pertemuan? Apakah para pengungsi tinggal di sana?"
Mayor Arief mengangguk kecil, kemudian menjawabnya, "Iya, mungkin sempit karena banyaknya orang, tapi kau harus terbiasa."
Natan Alexander hanya dan menganggukkan kepalanya. Baru satu hari setelah kejadian yang bisa dianggap sebagai kiamat, tapi jumlah pengungsi sudah cukup banyak dan bangunan di kota sudah banyak yang hancur. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika ini sudah satu minggu berlalu.
Lima belas menit berjalan, akhirnya ia sampai di sebuah bangunan yang cukup luas dengan lapangan kosong di depannya. Ia melihat banyak sekali dapur darurat yang digunakan, serta melihat beberapa kelompok yang berisikan lima sampai sepuluh orang di bawah pohon.
Natan Alexander juga merasakan perasaan dingin dari kelompok-kelompok itu, yang artinya ada yang bisa dikatakan sebagai pembunuh atau memiliki niat jahat.
"Apakah di sini pernah terjadi kerusuhan? Meski baru tiga puluh delapan jam semenjak dunia kacau."
"Beberapa kali, biasanya para mahasiswa yang berada di sini membuat kerusuhan, mengatakan bahwa mereka adalah orang yang harus menerima makanan terlebih dahulu dan lebih banyak," jawab Mayor Arief.
"Bagaimana dengan kekerasan?" Natan Alexander tidak peduli tentang makanan, yang ingin ia ketahui adalah rasa dingin dari mahasiswa yang memiliki aura seperti monster.
Mayor Arief hanya diam tanpa menjawab dan terus berjalan membawa Natan Alexander untuk masuk ke dalam bangunan yang cukup besar. Ia membuka pintu kembar yang terbuat dari besi, memperlihatkan bagian dalamnya yang banyak sekali orang-orang tidur di lantai yang telah dilapisi terpal.
Natan Alexander menghentikan langkah kakinya, kemudian berbalik melihat kelompok mahasiswa dan mahasiswi yang menatapnya tajam. "Apakah mereka tertarik dengan perlengkapan yang ku kenakan?" gumamnya.
Natan Alexander kembali berbalik dan memasuki bangunan, membuat dirinya menjadi pusat perhatian karena tombak yang dibawanya. Banyak juga orang yang terlihat terkena gangguan mental karena peristiwa yang tidak pernah terpikirkan, dan jikapun dipikirkan, ini tidak masuk akal.
"Kak Natan?"
Natan Alexander menoleh ke kanan ke arah sumber suara, terlihat gadis muda yang berusia sekitar 14 tahun duduk di sudut ruangan, memeluk kedua lututnya.
Gadis itu memiliki rambut hitam panjang dengan jepit rambut kelinci putih, mengenakan pakaian putih, rok merah muda dengan celana jeans hitam, dan membawa tas selempang biru.
Gadis bernama Tanaka Ayumi adalah seorang yang sangat dikenal Natan Alexander, bahkan bisa dikatakan sebagai adiknya sendiri. Itu karena saat masih kecil dulu, ia sudah tinggal di rumah susun karena harta peninggalan orangtuanya diperebutkan oleh keluarga lain. Ia juga tidak ingin tinggal di panti asuhan.
Kemudian Tanaka Ayumi adalah anak dari bibi di sebelah rumahnya, yang kehilangan suami saat Tanaka Ayumi baru berusia dua tahun. Ia ditugaskan untuk menjaga putri kecil tetangganya, dengan imbalan makan malam dan sedikit uang saku.
Ayah Tanaka Ayumi adalah pria berkewarganegaraan Jepang, sehingga namanya mengikuti ayahnya.
Natan Alexander membuka mulutnya yang bergetar, dengan ekspresi kasihan maupun tak tega saat melihat keadaan Tanaka Ayumi yang sekarang.
Natan Alexander melangkah menghampiri Tanaka Ayumi yang nampak lemas tidak bisa bergerak, dan pergelangan kaki kanannya yang terkilir. Ia berjongkok, menatap Tanaka Ayumi. "Bagaimana bisa kau berada di sini? Bukankah seharusnya kau berada di luar kota? Lalu di mana Bibi?"
Tanaka Ayumi meringis menahan rasa sakit di bagian pipi kanannya yang bengkak karena lebam, yang menyulitkannya untuk melihat. Meski demikian, ia mencoba untuk tetap tersenyum. "Aku ingin bertemu dengan kakak setelah tujuh tahun berpisah, aku berencana mengejutkan kakak, tapi tidak mengira akan terjadi hal seperti ini ..."
Tanaka Ayumi tertunduk lesu, dan mulai meneteskan air matanya, tidak bisa lagi bersikap dewasa. "Ibu ... sudah meninggal satu tahun lalu ..."
Natan Alexander tersentak saat mendengar hal itu, dan yang artinya Tanaka Ayumi berangkat sendiri dari pulau lain. "Bisakah kau menjelaskan bagaimana luka lebam itu didapatkan?"
Tanaka Ayumi bergetar dan memeluk badannya sendiri, ia nampak sangat ketakutan, tidak ingin menceritakannya pada Natan Alexander.
Natan Alexander tidak bisa menahan diri saat melihat adiknya yang seperti ini. Ia menoleh ke kiri belakang, menatap Mayor Arief. "Bagaimana ini bisa terjadi? Dari mana dia mendapatkan luka itu?"
"Tidak mungkin ini ulah monster, terlebih dengan levelnya. Tentunya itu akan mengambil nyawanya langsung."
Mayor Arief terdiam sejenak, kemudian menghembuskan napas panjang dan menjawab, "Itu karena pembagian makan kemarin sore. Dia tidak sengaja menabrak kelompok mahasiswa, dan membuat makanan mahasiswa itu terjatuh. Kemudian, aku rasa tidak perlu menjelaskannya ..."
Natan Alexander mengepalkan tangannya erat. "Lalu bagaimana dengan tentara? Apakah hanya diam saja?!" Ia tidak bisa menahan dirinya dan berteriak lantang.
Mayor Arief hanya diam dan menundukkan kepalanya, tidak menjawab pertanyaan Natan Alexander sama sekali, kemudian memilih berbalik meninggalkan keduanya.
Natan Alexander mengumpat kesal, kemudian kembali menatap Tanaka Ayumi. "Kita akan pergi sekarang, aku akan membawamu ke tempat yang aman, lebih aman dari kamp pengungsian ini." Ia mengulurkan tangan kanannya.
Tanaka Ayumi melihat tangan Natan Alexander untuk beberapa saat, kemudian mendongak perlahan. Belasan detik ia terdiam seperti itu tanpa bergerak bahkan berkedip pun tidak. Hingga detik berikutnya, ia menganggukkan kepalanya.
Natan Alexander mengangkat Tanaka Ayumi dengan kedua tangannya, kemudian membiarkan Tanaka Ayumi untuk duduk di lengan kiri bawahnya, serta tangan kanan yang memegangi bahu adiknya itu agar tidak terjatuh.
Ia berdiri dan berbalik seraya membuka layar interface. Ia menatap Mayor Arief di depannya, menambahkan ke dalam list Friend. "Terima atau tidak, itu urusanmu, aku akan meninggalkan tempat ini, dan mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita," ucapnya kesal kemudian berjalan melewati Mayor Arief.
"Jika kau tidak menerimanya, kemudian kita bertemu lagi, saat itu kita akan menjadi musuh!"
Natan Alexander membawa Tanaka Ayumi bukan karena fakta bahwa dia adalah adiknya, tapi juga dari kemampuan yang diperiksanya jika Tanaka Ayumi memiliki kemampuan Memperbaiki dan Membalut Luka. Jika diarahkan dengan benar, mungkin bisa membuka Job Blacksmith dan Healer.
"Ayu, aku akan menyembuhkanmu setelah kita keluar dari sini, dan akan kuberikan makanan yang kau suka. Aku juga akan membantumu untuk menaikkan level," ucap Natan Alexander menatap Tanaka Ayumi.
Tanaka Ayumi tersenyum lembut. "Terimakasih, Kakak."
Mayor Arief yang melihat kepergian Natan Alexander hanya diam tidak bisa berbuat apa-apa. Ia ingin menghukum mahasiswa yang melukai Tanaka Ayumi, tapi tidak dapat melakukannya karena mahasiswa itu adalah keponakan dari atasannya, Kolonel.
Mayor Arief menggertakkan giginya dengan tangan kanan yang terkepal. Tak lama kemudian, ia melonggarkan kepalan tangannya, dan mengangkat tangannya, menekan layar interface untuk menerima pertemanan dari Natan Alexander.
Natan Alexander yang sudah keluar dari bangunan itu menghentikan langkahnya, menggeser layar interface yang tiba-tiba muncul, kemudian melanjutkan langkah kakinya.
Dia memilih pilihan yang tepat!
...
***
*Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 273 Episodes
Comments
penggemar_Uangkecil?!
👍👍
2024-03-04
2
Sie Gung
naif nih MC nya
2023-12-21
0
Sang M
bantai mahasiswa yg melukai adikmu, Goblokkkkk ... Dancookk lu jadilah kejam...
2023-10-21
0