Bertemu Abas

JANGAN LUPA, LIKE, KOMEN, AND VOTE

FOLLOW JUGA IG AUTHOR

riyaferizap_

HAPPY READING ALL...

"Selamat pagi pak" sapa Zahra melihat Breyen yang baru saja turun dari mobilnya.

"Hem pagi" jawab Breyen singkat.

"Bawa berkas yang di berikan Krista kemarin keruanganku" sambung Breyen lalu melangkahkan kakinya di ikuti Zahra dari belakang.

Dengan senyum mereka Zahra melangkah kan kakinya mengikuti Breyen lalu berpisah di lift khusus petinggi perusahaan.

"Ya tuhan kenapa pak Breyen semakin terlihat tampan" gumam Zahra pelan dengan tangan mulusnya yang sibuk mencari berkas yang di berikan Krista kemarin.

Tok-tok-tok

"Permisi pak, ini berkas yang anda minta" ucap Zahra

Dengan tatapan tajam Breyen memperhatikan penampilan Zahra pagi ini, Oh shitt dia sekilas benar-benar terlihat seperti wanitanya. Make up natural, rambut hitam kecokelatannya yang di ikat sedikit asal dan tentunya kemeja yang terlihat begitu pas.

"Sayang sekali usaha mu tidak membuahkan hasil" ucap Breyen dalam hati.

"Bersiaplah jam 10 pagi ini kita akan bertemu klien penting"

"Baik pak" Jawab Zahra yang masih memperhatikan setiap pahatan di wajah Breyen.

Kamu mengingatkan saya pada sosok yang begitu penting dalam hidup saya. Kalian terlihat mirip dengan penampilan kamu hari ini" ucap Breyen yang berhasil membuat Zahra di atas awan.

"Tapi wanitaku jauh lebih cantik dan tidak ada satu pun wanita lain yang bisa menyaingi kecantikannya. Apalagi dia sudah berhijrah" sambung Breyen dengan sinis hingga meruntuhkan senyum mereka Zahra.

Melihat Zahra memasang senyum kecut perlahan tapi pasti Breyen mendekat dengan kedua belah tangannya yang di masukkan ke saku celana dasarnya.

"Zahra, kamu cantik dengan caramu sendiri. Kamu tidak perlu mengikuti cara wanitaku" bisik Breyen tepat ditelinga Zahra. Bahkan hembusan Nafas dan bau Parfum begitu menusuk indra penciuman Zahra.

"Maksud bapak?"

"Kamu lulusan terbaik di angkatan kamu jadi saya rasa kamu cukup tau apa yang saya maksud" jawab Breyen lalu kembali menuju singgasananya.

"Silakan kembali keruangan kamu, dan juga lupa salin materi pertemuannya menjadi tiga bagian" titah Breyen lagi.

"Baik pak, kalau begitu saya permisi"

****

"Om Willi" pekik Mayra yang sudah berada di pelukan William.

Dengan senang hati pemuda tampan itu mendekap anak dari wanita yang masih dicintainya itu penuh kasih sayang layaknya seorang ayah kepada anaknya.

"Kamu kok tambah cantik om jadi makin sayang deh sama Mayra" ucap William menggendong Mayra yang tengah kegirangan.

"Kita pulang ke apartemen om Willi dulu baru ketemu bunda" ajak Rani yang sedari tadi diam.

"Benar Mayra bisa ketemu Bunda?"

"Iya Mayra bukan hanya bisa ketemu Bunda, Mayra juga bisa meluk bunda seperti Mayra meluk Ayah, papi David sama om William" jawab William dengan senyum kecil.

Selisih waktu lima jam antara Jerman dengan daerah khusus ibu kota Jakarta.

Breyen dan Zahra tengah menunggu klien yang katanya penting.

"Maaf nak kami terlambat" ucap sosok pria tua yang seumuran dengan Rani.

Sosok pria tua yang dihormati Breyen sama seperti ia menghormati orang tuanya sendiri, sosok yang dulu tak pernah menghargai ah ralat sosok yang tidak pernah menganggap istrinya ada, tapi itu masa lalu bagaimanapun juga pria yang ada di hadapannya ini adalah mertuanya meski bukan ayah kandung dari alm. Istrinya.

"Tidak apa-apa kok pah, Breyen juga baru saja sampai" jawab Breyen sopan setelah menjabat tangan Abas.

"Baru saja? Bukannya mereka sudah menunggu hampir 30 menit? Anak dan papah? Jadi klien ini adalah orang tua Breyen sendiri" gumam Zahra yang tengah bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Oh iya pah, kenalkan ini sekretaris baru ku di perusahaan"

"Salam kenal nona, saya Abas Marbun" ucap Abas menjabat tangan Zahra.

"Salam kenal kembali pak, Saya Zahra sekretaris selingan pak David. Senang bisa bertemu dengan bapak"

"Bagaimana proyek di Sumatra? papah dengar proyek itu sudah jatuh dalam naungan Wijaya Grup" tanya Abas kembali membuka pembicaraan.

"Seperti biasa tidak ada yang tidak bisa digapai oleh Wijaya Grup" jawab Breyen bangga.

"Hahaha kau benar apalagi semenjak perusahaan di pimpin oleh Breyen Wijaya"

"Papa terlalu memuji"

"Kamu memang pantas untuk di puji"

Hem hem

Zahra yang sedari tadi diam jadi figuran di antara Abas dan Breyen sengaja berdehem keras.

"Saya izin ke toilet sebentar" izin Zahra yang di angguki Breyen dan Abas.

"Dia mirip putri kecilku" bisik Abas memandang punggung Zahra yang kian menjauh.

"Heem"

"Nak, papa tidak melarang kamu untuk mencari pengganti Mey tapi jangan menggunakan seseorang untuk melupakan seseorang" ucap Abas menepuk punggung Breyen.

"Papa tenang saja dia hanya sekretaris tidak lebih"

BERSAMBUNG!!

NEXT OR STOP?

Terpopuler

Comments

Deriana Satali

Deriana Satali

Breyen paling bisa Zahra disanjung sampai ke awan sesudah itu di hempaskan lagi ke bawah stlh itu di gantung kaya jemuran
jd nggak sabar pingin tahu Breyen ketemu dengan wanitanya Mey
lanjut thors

2021-04-13

2

visi Sembiring

visi Sembiring

next secepatnya donk pertemukan mey dan breyen 🥰🥰

2021-04-13

2

Christie Fahrillah

Christie Fahrillah

b abas bukan ayah nya mey,dia kan cuman Bapak Tiri nya mey

2021-04-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!