Demi Baby Mayra

NB* BUAT YANG UDAH BACA ARKA DAN AIRA SILAKAN HAPUS DULU BABNYA KARANA AUTHOR INGIN MULAI DARI AWAL ALIAS GANTI CERITA "OM KITA BERBEDA SESON DUA" JADI INI BUKAN GAK NYAMBUNG HANYA SAJA GANTI CERITA OKE! JADI SILAKAN MULAI UNDUH DARI BAB 1 LAHI YAITU "SAD OR HAPPY" TERIMAKASIH

JANGAN LUPA, LIKE, KOMEN, AND VOTE

FOLLOW JUGA IG AUTHOR

riyaferizap_

HAPPY READING ALL....

"Dokter, bagaimana keadaan menantuku?" Tanya Rani menghampiri Mella yang baru saja keluar dari ruang operasi.

"Maaf nyonya kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun takdir berkata lain, menantu anda sudah tiada. Pendarahan yang di alaminya membuatnya kehabisan darah dan tena__"

"APA!!!?" Pekik Breyen lalu masuk kedalam ruang operasi menyaksikan tubuh pucat pengisi hatinya yang tengah terbaring tanpa nyawa.

Di langkahkannya kedua kaki Breyen dengan pelan menghampiri brangkar tempat Mey terbaring, di ganggamnya tangan putih dingin itu dengan telapak tangan lebarnya lalu di kecupnya kedua mata, pipi, kening dan terahir bibir mungilnya yang jika berbicara akan sangat cerewet melebihi burung beo.

Tapi lihat sekarang yang ada di hadapannya kini tidak ada lagi sosok Mey yang cerewet, manja dan keras kepala. Kini hanya tersisah sekujur tubuh pucat nan kaku.

"Kamu bukan hanya meninggalku tapi putri kita, anak pertama kita, bukti nyata cinta kita, bahkan kamu belum melihat wajah cantiknya. Hari ini kamu memberikan aku hadiah yang begitu luar biasa sayangnya aku harus membayar mahal bahkan seluruh harta keluarga Wijaya tak ada apa-apanya" gumam Breyen yang berhasil meloloskan air mata yang sedari tadi ia tahan.

Hancur adalah kata yang mewakili perasaan Breyen saat ini atau mungkin selamanya akan selalu mewakili dirinya. Separuh jiwanya sudah pergi, pergi jauh meninggalkan dia dan putri kecil mereka yang baru lahir di dunia beberapa menit yang lalu.

Breyen mengulurkan kedua telapak tangannya untuk kembali mengusap lembut pipi Mey dengan penuh perasaan.

"Bahkan di saat kamu menghembuskan nafas terahir aku tidak ada di samping mu, bagaimana dengan putri kecil kita? bagaimana jika nanti dia menanyakan keberadaan bundanya?" Ucap Breyen dengan senyum kecut lalu terduduk di lantai rumah sakit.

Kakinya seakan tidak kuat hanya untuk sekadar menopang berat badannya, punggung kekarnya semakin bergetar, karana sekuat kuatnya lelaki mereka tetap akan menangis ketika kehilangan.

David yang tak kalah terpuruk dari Breyen mulai berlutut lalu menepuk punggung yang sedari tadi bergetar. Sedangkan Rani sudah di bawah keruangan khusus untuk di tangani karana mengalami pingsan atau lebih tepatnya schok berlebihan.

"Vid bagaimana dengan nasib putri kecil kami" lirih Breyen dengan suara bergetar.

"Dia akan menjadi orang hebat sama seperti kedua orang tuanya, jiwa pemimpin, tegas, pemberani dan tidak mengenal kekalahan yang ada dalam diri kalian berdua akan ada pada dirinya" jawab David sambil memberikan bayi mungil yang masih terpajam itu katangan Breyen.

"Kita semua merasa kehilangan, terlebih bayi kalian. Ikhlaskan Mey pergi dengan tenang" sambungnya.

Hening sesaat, sebelum Breyen kembali berdiri dengan bayi yang masih berkulit kemerahan itu di dalam dekapannya. Mata tajam bak elang yang selalu ia tampilkan kini terlihat sayu dan lesu, Mau tidak mau ia harus mengikhlaskan Mey dan memberikan kasih sayang penuh untuk bayi kecilnya.

"Aku sudah mengikhlaskan kamu pergi, bayi kecil kita aku beri nama Mayra Wijaya. Agar aku selalu mengingatmu nyonya Wijaya"

\*\*\*\*

Jenaza Mey di bawa ke kediaman Wijaya, dan akan di kebumikan siang nanti. Semua kerabat berdatangan, kolege bisnis Breyen juga ikut berdatangan untuk bela sungkawa.

Mey di makamkan tak jauh dari makan papa Breyen, bayi mungil Mayra tak ikut keperistirahatan terahir bundanya. Rasanya Air mata Breyen sudah tidak bisa lagi untuk mengalir, mata tajamnya hanya memandang makam yang kian di tutup papan dan di benamkan dengan tanah.

Semua kerabat, dan kologa berangsur meninggkan pemakaman meninggalkan Breyen dengan kerapuhan.

"Ayo kita pulang, baby Mayra pasti sedang menangis menunggu mu pulang" ajak David yang setia berada di samping Breyen.

Tidak ada jawaban dari Breyen, tangan besarnya terus bergerak mengusap nisan "ALLMEYRA QINARA ZINTIYA WIJAYA" nama wanita yang begitu dicintainya jelas tertara disana.

"Sayang aku pulang, dan aku janji akan menjaga baby Mayra melebihi apapun. aku juga berjanji di dalam hati ini hanya ada dirimu seorang" lirih Breyen lalu beranjak pergi

BERSAMBUNG!

NEXT OR STOP?

Terpopuler

Comments

Lili Lintangraya

Lili Lintangraya

😭😭😭😭😭

2021-11-15

1

Andini ndin

Andini ndin

author jahat aku jadi nangis beneran😭

2021-06-10

2

maurafirdauskwen

maurafirdauskwen

thor tega banget sich mey nya meninggal ahhhhh sakit nya

2021-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!