MY BEST DADDY
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, AND VOTE
FOLLOW JUGA AKUN NOVEL INI DAN IG AUTHOR riyaferizap_ AGAR TIDAK KETINGGALAN INFORMASI
HAPPY READING ALL....
Tak tak-tak
Suara langkah kaki pria dewasa yang hampir berkepala tiga itu menggema di setiap penjuru lobi perusahaan. Semua karyawan menunduk penuh hormat ada juga beberapa karyawati yang berusaha mencuri pandangan dari sang pemilik perusahaan.
Kaki jenjangnya melangkah lebar menuju lift khusus para petinggi perusahaan dengan muka datar tanpa ekspresi, ditemani sekretaris setianya.
Breyen Wijaya, siapa yang tidak kenal dengan sosok pengusaha kaya dengan 101 pesona, pria dewasa, sukses dan tentunya sudah memiliki penjaga hati. Mey gadis kecil dengan ciri khas bibir pucat itu berhasil membuat perasaan Breyen jungkar balik tak keruan, lika liku perjalanan cinta mereka menuju pernikahan bukan Lah perkara muda untuk di lewati.
Hampir satu tahun mereka menikah dan syukur alhamdulillah wanita yang dicintainya itu tengah mengandung anak pertama mereka, jika bukan karena akan ada metting penting Breyen tidak akan ada di perusahaan, mungkin saat ini ia tengah memanjakan istri kecilnya yang tengah hamil besar atau mungkin akan segera melahirkan mengingat ini sudah memasuki bulan kesembilan.
Ting!!!
Pintu lift terbuka Breyen kembali melangkahkan kakinya menuju ruang khusus ceo dengan pandangan lurus ke depan.
"Kapan metting akan di mulai?" Tanya Breyen setelah mendudukkan diri ke singgasananya.
"15 menit lagi baru kita ke ruang metting, kemungkinan para investor tengah menuju perusahaan" jawab David seadanya.
Hening tidak ada yang memulai pembicaraan di mana David tengah merevisi materi metting di sofa ruangan Breyen, sedangkan sang punya kekuasaan tengah duduk dengan posisi kaki kanan di atas paha sambil memainkan pulpen.
"Ada apa?" Celetuk David secara tiba-tiba karena merasa Breyen tengah memperhatikannya.
"Bagaimana rasanya menjadi seorang ayah?
"Ini pertanyaan yang sama dari sembilan bulan yang lalu" jawab David jengah.
"Ayolah aku sudah tidak sabar menantikan bayi kami lahir di dunia ini, bayi mungil yang menjadi bukti kami memadu kas__"
Belum sempat Breyen menyelesaikan ucapannya suara ponsel Breyen berdering tanda ada telepon masuk.
"Mama" gumamnya lalu menggeser ikon telepon berwarna hijau di sebelah kiri.
"***___"
Lagi-lagi ucapan Breyen terpotong oleh beberapa kata yang berhasil membuatnya mematung.
"Cepat ke rumah sakit! Mey mengalami pendarahan! Mungkin dia akan segera melahirkan"
Tanpa babibu di ambilnya kunci mobil yang terletak di atas meja lalu melangkah kan kaki jenjangnya dengan tergesa gesa menuju lift. Gelisah, takut, dan khawatir menjadi satu. Pikiran Breyen hanya berpusat bagaimana keadaan calon anak dan istri kecilnya.
"Biar gue yang nyetir" sela David dengan suara ngos ngosan mengejar Breyen yang tengah dilanda rasa khawatir.
Dijalankannya mobil dengan desain khusus itu dengan kecepatan tinggi, salib menyalib bukanlah masalah besar untuk seorang David meski kota Jakarta tengah macet-macetnya. Breyen yang duduk di sampingnya tengah kumat kamit mengucapkan berbagai doa, raut cemas dan khawatirnya begitu ketara bahkan keringat dingin sudah membanjiri wajah tampannya.
"Semuanya bakal baik-baik aja" ucap David tanpa menoleh.
Diam Bibir Breyen terasa berat hanya untuk sekadar mengatakan iya, mulutnya hanya bisa mengucapkan berbagai doa tanpa suara.
Dua puluh menit berlalu mobil David dan Breyen tiba di depan rumah sakit, tidak ada waktu hanya untuk sekadar memarkir mobil kedua pria dewasa itu langsung menuju ruangan bersalin.
"Ahhhhh sakittttt Ahhhhh" erang wanita di atas bangkar dengan peluh yang sudah membanjiri leher, wajah bahkan seluruh tubuhnya.
"Sayanggggg" panggil Breyen sambil mengusap peluh yang membanjiri tubuh istrinya.
"Ahhhhh sakittttt" erangnya lagi sambil menjambak rambut sang suami dengan sekuat tenaga.
Biarlah Mey menjambak rambutnya sampai botak asal ia sedikit tenang, Breyen tau sakit yang tengah di rasakan Mey lebih sakit dari torehan sembilu.
Tak lama terdengar suara bayi menangis yang berhasil membuat Breyen tersenyum merekah.
"Sayang itu suara bayi kita" lirih Breyen mengecup pelipis Mey dengan sayang sebelum mata teduh itu terpejam dengan sendirinya.
"Meyy... sayang... hey!! Apa kamu dengar suara bayi kita!!" Panik Breyen menyadari mata indah Mey yang tengah terpejam.
"Breyen keluarlah dulu kami akan segera melakukan operasi" ucap Dokter Mella yang menangani persalinan Mey sekaligus teman Breyen.
"Bagaimana mungkin aku bisa keluar meninggalkan istriku yang bahkan belum aku tau apa kah dia mendengar suara bayi kami atau tidak!!"
"AKU BILANG KELUAR! BIARKAN KAMI MELAKUKAN TINDAKAN SECEPATNYA!!" teriak dokter Mella yang berhasil membuat Breyen mau tak mau harus keluar.
Di luar ruangan Rani, David dan Wulan tengah memasang wajah khawatir bercampur bahagia. Khawatir karana Mey di kabarkan pingsan pasca melahirkan dan bahagia karana mendengar suara tangis bayi sang penerus keluarga Wijaya.
Krikk
Satu suster keluar dari ruang operasi dengan bayi mungil ditangannya, bayi yang sudah di balut dengan kain bersih.
"Selamat tuan, bayi anda prempuan" ucapnya sambil memindahkan bayi mungil itu ke tangan Breyen.
Tidak ada kalimat yang keluar dari mulut Breyen selain memberikan tatapan sayang pada bayi mungil yang tengah terpejam dengan tenang di gendongannya itu, dua menit berlalu barulah di azankannya dengan suara lantang. Disaksikan David, Wulan, Rani dan suster tadi dengan rasa haru di balik keheningan.
Ceklet
"Dokter, bagaimana keadaan menantuku?" Tanya Rani menghampiri Mella yang baru saja keluar dari ruang operasi.
"Maaf nyonya kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun takdir berkata lain, menantu anda sudah tiada. Pendarahan yang di alaminya membuatnya kehabisan darah dan tena__"
"APA!!!?"
BERSAMBUNG.....
NEXT OR STOP!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Faridrizaalbusthomi
bagus banget ges
2023-07-22
0
wei- chan
masa mey meninggal cepat sihhhh
2021-04-01
2
Sujana Nana
msa mninggl mey...g seru nih...sad trs
2021-04-01
2