XV. UNRAVEL

"MOM, Ara mau itu!" seru bocah berusia dua tahun itu sambil menunjuk kedai es krim yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Kau ingin es krim, sayang?"

"Iya, mau. Ara mau!"

Akhirnya, mereka berdua melangkah masuk ke dalam kedai. Mata biru sapphire milik gadis cilik itu berbinar melihat berbagai varian rasa es krim dari balik kaca etalase. Dia sedang berada di surga, pikirnya.

"Ara, ingin pesan rasa apa?"

"Cokelat, Mom. Cokelat!"

Wanita muda itu tersenyum. Ia mengacak pelan rambut anaknya. Sama seperti suaminya, anak tunggal mereka itu sangat menyukai cokelat. Rasa manis yang ditawarkan sebatang cokelat tak bisa ditolak oleh keduanya.

"Paman, tolong es krim cokelatnya satu."

"Baik. Tunggu sebentar."

Beberapa menit kemudian, mereka keluar dari kedai es krim tadi. Hana dan Tiara kembali berjalan menuju toko bunga yang jaraknya cukup jauh dari kedai.

"Mommy," panggil bocah itu sambil menarik tangan ibunya.

"Iya. Kenapa sayang?"

 "Gendong."

"Ara capek, ya?"

Gadis kecil itu mengangguk cepat. Ibunya segera menggendong Tiara. Wanita dengan surai hitam itu tertawa pelan melihat mulut anaknya penuh dengan noda cokelat. Tiara tampak menikmati es krim yang baru ia beli.

Iris hijau emerald milik Hana menatap lembut mata biru sapphire anaknya. Setiap melihat netra biru itu dia selalu teringat dengan sosok pria yang ia cintai.

'Matanya sangat mirip denganmu. Bahkan sifatmu juga menurun pada Tiara. Sayang, aku berjanji akan menjaga putri kecil kita.'

"Mom?"

"...."

"Mommy."

"I-iya?"

"Ayah itu orangnya seperti apa?"

"Ayahmu sedikit berbeda dari yang lain."

"Berbeda?"

"Jika Tiara sudah besar, ibu akan menceritakan semua hal tentang ayahmu. Jadi, Tiara harus cepat tumbuh besar, ya?"

"Iya."

Wanita itu membersihkan sisa noda es krim cokelat yang menempel di sekitar mulut Tiara dengan tisu. Selesai. Tiara memeluk erat leher ibunya. Nyaman. Itu yang dia rasakan.

"Ara sayang Mommy."

"Ibu juga menyayangi Ara."

Sampai di depan toko bunga yang mereka tuju, wanita dengan surai hitam itu melangkah masuk ke dalam. Suara bel pintu berbunyi nyaring ketika Hana mendorong pintu kaca itu.

"Selamat datang-- Hana? Mau pesan tulip lagi?" tanya seorang wanita dengan surai ungu violet yang tengah berdiri di belakang mesin kasir.

"Tidak. Apa aku bisa menitipkan Tiara sebentar bersamamu disini?"

Bocah itu menoleh, "Mom, mau kemana?"

"Tiara disini dulu, ya, bersama ahjumma. Ibu janji tak akan lama. Jangan nakal, ya?"

"Iya, Mom."

Wanita itu menurunkan Tiara dari gendongannya. Ia mencium pipi bocah itu sekilas.

"Tolong, ya, Hinata."

"Aku mengerti. Ayo, kemari Tiara." ucap wanita cantik berdarah Jepang itu sambil merentangkan kedua tangannya ke arah Tiara.

Dengan langkah perlahan, bocah itu menghampiri Hinata. Senyuman indah terukir di bibirnya saat melihat Tiara kecil berjalan mendekat. Ia mencubit pelan pipi gadis kecil itu.

"Imutnya~"

"Maaf merepotkan mu."

"Tidak apa-apa. Aku tidak merasa direpotkan, kok. Aku malah senang bisa bersama Ara."

"Baiklah. Kalau begitu, aku pergi dulu."

 "Hati-hati, Mommy."

"Iya, Mom akan hati-hati. Terimakasih, Hinata. Aku akan segera menjemput Tiara setelah urusanku selesai."

"Aku akan menjaganya. Jangan khawatir."

Hana keluar dari toko bunga itu. Dari balik kaca jendela ia melihat Tiara kecil melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum manis. Ia pun membalas lambaian tangan anaknya.

'Setidaknya kau akan aman berada disini. Aku mengandalkanmu, Hinata.'

Kemudian, ia berjalan meninggalkan toko. Iris hijau emerald nya tampak waspada mengamati sekitar. Ia terus berjalan menapaki trotoar dan melewati gang kecil. Langkahnya terhenti. Di depannya hanya ada jalan buntu. Ia tak mungkin bisa menembus dinding beton setinggi lima meter di depannya.

'Apa yang harus kulakukan? Berfikir. Ayo berfikir.'

Samar-samar ia bisa mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Kedua tangan Hana mengepal kuat. Seorang pria dengan setelan jas rapi berjalan menghampiri wanita cantik itu.

"Kamu mau kabur kemana lagi?"

Seringai kecil muncul di bibir pria itu. Wajahnya yang pucat tak tampak seperti manusia normal. Dalam sekejap, pria itu sudah berada di depan Hana. Tangan kekar miliknya mencekik leher wanita itu dan

mengangkatnya ke atas.

"Jika kau bersedia menjadi pelayan tuanku, aku akan melepaskanmu. Akan tetapi, jika kau menolak. Kau mati."

"Cih, L-lebih baik aku mati."

"Dasar wanita bodoh."

Pria dengan surai abu-abu terang itu melempar tubuh Hana ke belakang. Tubuh rapuh milik wanita muda itu menghantam tembok dengan keras. Darah mengalir keluar dari sudut bibirnya. Pandangan matanya mulai kabur. Ia jatuh tersungkur ke bawah.

"Lemah."

Pria itu menendang perut Hana hingga tubuh mungil itu terpelanting beberapa meter ke samping dan menabrak tumpukan balok kayu di sana. Darah kembali keluar dari mulutnya.

"Apa suamimu itu tidak pernah mengajarimu cara bertarung, huh?"

"...."

'Aku tidak bisa menyerah sekarang.'

"Kukira melawanmu akan sedikit menarik. Ternyata kau mengecewakan."

Tangan kekar milik pria itu mengambil pisau lipat berukuran sedang dari saku jasnya. Pria dengan wajah pucat itu berjalan mendekati Hana dengan senyuman yang mengerikan. Bayangan wajah polos putrinya memenuhi pikiran Hana. Sesosok malaikat yang selalu tersenyum manis dan memanggilnya dengan sebutan 'ibu'.

'Aku tidak bisa meninggalkan Tiara sendirian. Dia masih membutuhkanku. Tidak. Aku tak boleh menyerah.'

"Mati kau!" teriak pria itu sambil mengarahkan mata pisaunya kepada wanita itu.

'CLANG!'

Pisau belati itu terlempar ke atas sesaat setelah berbenturan dengan pedang katana yang dipegang oleh Hana. Pria itu perlahan mundur. Ia menggeleng, tak percaya.

'A-apa-- Darimana dia mendapatkan sebuah pedang? Aku yakin tidak melihatnya membawa senjata apapun.' batin pria tadi.

Pisau tadi masih berputar di udara kemudian menancap tepat di kepala pria itu. Ia berteriak kesakitan. Darah mengucur deras membasahi kepala dan wajahnya.

Hana segera bangkit dari tempatnya. Luka dalam wanita itu seakan sembuh dalam sekejap. Mata hijau emerald nya berubah warna menjadi merah. Seringai kecil muncul di bibir Hana ketika pria di depannya berusaha melancarkan serangan lagi.

"Bodoh."

Ia membelah perut pria tadi dengan satu tebasan. Darah menyembur keluar. Tubuh pria itu jatuh ke tanah, menjadi dua bagian.

"Hana!" panggil seseorang.

Wanita cantik itu menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat seseorang dengan jubah hitam berdiri tak jauh darinya. Wajah orang tadi tersembunyi di balik tudung jubah yang ia kenakan.

"Mainan baru, ya?" ucapnya santai sambil tersenyum miring.

"Kendalikan dirimu. Kau bisa menyakiti orang lain."

"Omong kosong. Kau ini siapa?"

"Ingatlah anak kita. Berhenti. Kau sudah terlalu jauh."

"Berisik! Berisik! Aku baru saja mulai!"

Sebuah seringai muncul di bibir merah wanita itu ketika berhasil menembus dada orang berjubah hitam tadi dengan pedangnya. Darah membasahi jubah hitam yang ia kenakan.

"Sudah puas?" tanya pria itu.

"Apa?!"

Pria tadi membuka tudung kepala yang menutupi wajahnya. Cairan merah pekat mengalir keluar dari sudut bibir pria itu. Tangan besar miliknya mengusap lembut pipi istrinya sambil tersenyum. Iris biru sapphire nya beradu pandangan dengan netra merah milik Hana.

"Tidak seharusnya kau menyakiti orang lain. Jangan kotori tanganmu dengan membunuh orang. Cukup aku yang melakukannya demi melindungi kalian berdua. Kembalilah... Kembali menjadi sosok wanita yang kukenal."

"...."

"Sadarlah."

Iris merah milik wanita itu perlahan berubah menjadi hijau emerald kembali seperti semula. Tubuhnya gemetar saat menyadari ia telah menusuk pria di depannya itu dengan pedang katananya. Ia melangkah mundur sambil menatap nanar darah di tangannya.

 "M-maafkan aku."

"Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir."

"Tapi--"

"Ini hanya luka kecil. Tenang."

Pria tampan itu mencabut pedang katana yang menusuk dadanya dengan perlahan. Ia tampak meringis, menahan sakit.

"Maaf. M-maafkan aku."

"Tidak perlu minta maaf. Aku tidak akan mati. Lagipula ini pedang buatanku sendiri. Tidak apa-apa."

"Tapi kau terluka karena aku ... Aku--"

"Ini semua bukan salahmu. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri."

Pria itu menarik tubuh ramping Hana ke dalam pelukannya. Ia mencium pucuk kepala wanita cantik itu sekilas. Rasanya sudah lama ia tidak memeluk sosok wanita di depannya itu. Hyo-jin pun membalas pelukan erat suaminya.

"Aku merindukanmu."

...***...

Claire baru saja keluar dari minimarket sambil membawa beberapa plastik berisi bahan makanan dan obat-obatan. Tak banyak orang yang keluar dari rumahnya karena cuaca dingin bersalju seperti sekarang. Mereka memilih berdiam diri di rumah masing-masing.

Ponsel miliknya bergetar menandakan ada pesan masuk. Gadis cantik itu segera mengambil ponselnya dari saku jaket tebal yang ia pakai. Sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal tampil di layar ponselnya.

...💮💮💮...

Kamis | 02:30 PM

Xxx (Nomor tidak dikenal)

Oi, Nona archer.

Kau masih ingat denganku?

^^^Claire^^^

^^^Siapa?^^^

Xxx

Kamu benar-benar tidak ingat, Nona?

^^^Claire^^^

^^^Tidak.^^^

Xxx

Dibelakangmu.

...💮💮💮...

"Dibelakangku?"

Ia berhenti sejenak. Gadis itu menoleh ke belakang. Sepi. Tak ada seseorang pun di sana. Hanya ada beberapa mobil yang melintas di jalanan.

'Orang ini berniat mengerjaiku ternyata,' batinnya.

Gadis itu menghela nafas pelan. Ia merasa bodoh sudah menuruti pesan iseng itu. "Hanya buang-buang waktu saja."

"Siapa?"

"H-huh?"

Gadis itu berbalik. Iris hazel-nya melebar melihat wajah tampan Evan berada tepat di depan wajahnya.

"Mencariku?"

"K-kau!"

Evan hanya terkekeh pelan melihat ekspresi gadis di depannya. Rona merah di pipi gadis itu menarik perhatiannya. Cantik.

"Sedang apa disini?"

"Mencarimu."

"Apa?"

 "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Ayo, ikut aku!" ucap Evan sambil menarik tangan kanan milik Claire.

"Hei, tunggu sebentar!"

 Evan berbalik. "Apalagi? Kau ingin berkata bahwa aku tampan?"

'Dasar narsis!'

"Yang benar saja! Mana mungkin."

"Aku tidak akan menyakitimu, Nona."

"Kau bilang tidak menyakitiku? Hei, jangan menyeretku seperti ini!"

"...."

"Lepaskan aku!"

"Kamu ini cerewet sekali. Gendang telingaku bisa pecah jika kau terus berteriak, Nona. Apa kau tidak senang berkencan dengan pria tampan?"

"Apa? K-kencan? Maksudmu apa?"

"Hari ini aku ingin berkencan denganmu."

"Tidak. Aku ini sudah punya pacar!"

"Aku tidak peduli. Kencan tetaplah kencan."

"Aku tidak mau! Kau dengar?"

"Siapa yang butuh persetujuan darimu, Nona archer?"

"Apa?"

Seringai kecil muncul di bibir Evan. Ia berbalik dan kembali mendekatkan wajahnya ke arah Claire. Gadis itu berniat melangkah mundur tetapi tangan Evan menahannya. Cengkeraman tangan Evan di bahunya bertambah kuat. Sakit. Pria tampan di depannya seakan ingin menghancurkan bahunya secara perlahan.

"Kalau kau tidak mau, maka aku harus menggunakan kekerasan. Apa kau tidak masalah dengan itu, Nona?"

"I-itu ...."

Ponsel milik Claire berdering menandakan ada sebuah panggilan masuk. Evan melepaskan cengkraman tangannya dari bahu wanita cantik itu. Ia menyugar surai pirangnya ke belakang.

"Angkatlah, siapa tahu penting."

Gadis itu segera mengeluarkan ponselnya. Senyumnya sedikit merekah ketika tahu Yeong-jun yang menelponnya. Ia segera menggeser tombol ke area hijau untuk menerima panggilan.

"Halo."

"Kau berselingkuh dengan pria lain?"

"Eh--"

 "Aku berada di Cafetaria. Sebelah kanan kalian berdua."

"...."

Claire menoleh ke kanan. Iris coklat hazel-nya melebar melihat Yeong-jun sedang duduk di sebuah cafetaria out door sambil menghadap ke arah mereka berdua.

"Kau salah paham. Aku tidak berselingkuh dengannya."

Evan mengikuti arah pandangan Claire. Matanya beradu pandangan dengan sosok pria dengan surai pirang keemasan yang tengah melambaikan tangan pada mereka.

'Yeong-jun? Apa dia punya hubungan dengan gadis ini?'

...***...

Note:

 *Ahjumma, berarti bibi.

Terpopuler

Comments

Win_dha88

Win_dha88

cerita nya menarik
tapi banyak teka teki yang bikin kepala menjelimet...

2022-12-02

1

rivana

rivana

saya masih blm ngerti sama alur cerita nya tpi masih penasaran?😁

2021-02-08

5

Dott Rowel

Dott Rowel

gue gak ngerti sama alur ceritanya

2021-02-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!