VI. LORD OF DARKNESS

...‘Ketika kau sendiri dalam kegelapan, dia akan mendatangimu.'...

.......

.......

...☘☘☘...

SUARA cambukan menggema ke seluruh bagian sel penjara yang ada di bawah tanah. Penjara milik kerajaan vampir ini hanya diterangi beberapa obor di bagian koridornya. Begitu gelap. Dingin. Bau busuk dari mayat para tahanan menyesakkan udara. Teriakan nyaring kembali terdengar dari salah satu ruangan yang ada di sana. Seorang pria bertubuh sedikit tambun tengah disiksa oleh beberapa penjaga.

“ARRGHHH!”

“Katakan, siapa tuanmu?” tanya salah seorang penjaga pada pria yang tengah duduk bersimpuh dengan rantai besi membelenggu tangan dan kakinya.

Pria itu tetap bungkam walaupun seluruh tubuhnya dipenuhi luka sabetan dari penjaga yang mencambuknya terus tanpa henti. Darah segar mengalir membasahi seluruh tubuhnya. Ia sudah bersumpah setia pada tuannya.

“Jawab pertanyaanku, Sialan!” bentak pengawal tadi sambil menendang perut pria itu hingga menghantam tembok besi di belakangnya.

“….”

Tak mendapatkan respon juga, para penjaga semakin brutal menyiksa tahanan di depan mereka. Salah satu dari mereka bahkan mencabuti kuku jari pria tadi satu per-satu. Beruntung pria tadi bukan manusia. Kalau dia seorang manusia, pria itu pasti sudah mati sejak beberapa jam lalu. Apakah itu sebuah keberuntungan?

“A-aku bukan pengkhianat. Aku hanya seorang pelayan biasa. T-tolong … Tolong ampuni saya, Tuan.”

“Pelayan, hm?”

Sebuah suara bariton tegas menginterupsi pembicaraan mereka. Aura di ruangan tadi langsung berubah gelap ketika sosok bertubuh tinggi itu mendekat. Mereka semua membeku merasakan aura membunuh yang luar biasa. Tubuh tahanan tadi menggigil hebat. Ketakutan luar biasa memenuhi relung hatinya.

Ia langsung bersujud dan memeluk kaki kiri milik Louis, berusaha meminta pengampunan pada sang pangeran mahkota.

“A-ampuni hamba, Pangeran. Hamba memang pantas mati.”

“….”

'BRAKK!’'

Louis menendang kepala pria itu hingga menghantam sel besi di belakang mereka. Besi itu patah dan menembus perut milik pria tadi. Darah mengucur deras dari lukanya. Walaupun sebagai vampir, dia memiliki regenerasi tentu lukanya tidak bisa menutup dengan mudah. Dia bukanlah seorang vampir bangsawan.

“Siapa yang menyuruhmu?” tanya Louis dengan wajah datar tanpa ekspresi.

“I-itu ….”

“Jawab atau mati.”

Iris hitam pekat milik Louis berubah warna menjadi merah darah. Tiba-tiba keluar api berwarna hitam dari tangan kanannya. Api itu menjalar menyelimuti tangannya. Manik merah itu kini menatap tajam tahanan pria di depannya.

“Waktumu habis.”

Kemudian, dia mengarahkan tangan kanannya ke arah pria tadi. Dalam sekejap mata seluruh tubuh pria itu hangus terbakar oleh kekuatan api milik Louis. Jeritan mengerikan itu melayang bersamaan dengan tubuhnya yang terbakar tanpa tersisa sedikitpun.

“Bereskan tempat ini.”

“Yes, My Prince.”

Iris mata Louis perlahan berubah normal kembali. Dalam hitungan detik, pria itu sudah berada di dalam istana. Beberapa pelayan terlihat buru-buru masuk ke kamar Evan. Louis berjalan masuk ke kamar milik adiknya. Dia melihat ibunya tengah mengobati luka di lengan Evan dengan ramuan herbal. Pangeran bungsu itu terbaring lemas di atas tempat tidur king size miliknya. Wajah Evan tampak lebih pucat dari biasanya.

Pria dengan obsidian kelam itu hanya diam, memperhatikan sang ratu yang tengah menutup luka di lengan Evan. Ia merasa khawatir. Adiknya bukan vampir yang lemah bahkan kekuatan miliknya dengan sang adik bisa dikatakan hampir setara.

'Siapa yang melakukannya?'

Setelah ratu selesai mengobati putra bungsunya itu, dia membelai lembut kepala Evan dengan penuh kasih sayang. Rasanya menyedihkan melihat putra kesayangannya menahan kesakitan seperti sekarang. Louis mengkode para maid untuk meninggalkan ruangan dengan tangannya. Para maid itu segera membungkukkan badan dan keluar kamar.

“Ibu, ada apa?”

“Adikmu terluka cukup parah. Ia mungkin terkena senjata milik seorang hunter.”

“Hunter?”

‘Mereka tak bisa dimaafkan.'

“Dilihat dari lukanya … Ibu sangat yakin senjata mereka bukanlah senjata sembarangan. Dulu manusia bahkan tidak bisa melawan kita, tapi sekarang mereka mendirikan organisasi untuk memusnahkan kaum kita.”

Louis duduk di samping ibunya. Tangannya mengepal kuat. Bagi pria bersurai kelam itu, keluarga sama dengan nyawanya sendiri. Orang yang berani melukai anggota keluarganya, maka mereka menantang dewa kematian itu sendiri. Ia akan membakar mereka hidup-hidup, semuanya sampai tak tersisa. Tangan kanan ibunya beralih memegang tangan milik Louis. Ratu tersenyum lembut pada anak sulungnya. Ia tahu Louis sedang terbawa emosi ingin membunuh pelaku.

“Sudah jangan dipikirkan. Adikmu akan segera sembuh. Dia hanya perlu istirahat.”

“….”

“Luka ini akan membuatnya bertambah kuat. Kau tak perlu khawatir, Louis. Harusnya yang lebih kau pikirkan itu masalah mate-mu. Ibu, rasa kau harus cepat temukan mate-mu.”

“Aku tak suka ibu mulai membahas masalah ini lagi.”

“Apa salahnya? Aku ingin segera punya cucu darimu.”

“Hn.”

“Kau, kan, tau, ibu semakin menua. Cepatlah menikah. Kau juga akan segera menggantikan ayahmu, untuk itu kau harus punya pendamping.”

“Hn.”

“Good! Anak ibu memang bisa diandalkan,” ucap sang ratu sambil mengacak surai hitam milik Louis.

“Ck. Ibu, aku bukan anak kecil.”

Sang ratu hanya terkekeh geli. Anak sulungnya itu berbanding terbalik dengan si bungsu. Louis tidak pernah sekalipun manja padanya. Pria itu bahkan selalu keras pada dirinya sendiri. Walaupun begitu ia tetap menyayangi mereka berdua.

Suara ketukan pintu membuat keduanya menoleh ke sumber suara. Seorang pria dengan tuxedo hitam tengah berdiri sambil menundukkan kepalanya. Pria itu merupakan tangan kanan ayahnya sekaligus kepala pelayan di istana ini, Edwin.

“Ada apa?”

“Maaf hamba mengganggu, My Queen. Yang mulia, menyuruh pangeran mahkota untuk menemuinya.”

‘Ayah? Untuk apa?'

“Katakan, aku akan menemuinya segera.”

“Baik, Pangeran.”

Pria itu memberikan hormat sekali lagi dan pergi meninggalkan mereka berdua.

“Cepat kau temui ayahmu. Dia tidak suka menunggu bukan?”

“Ya. Aku akan ke sana.”

Louis melangkah menuju ruangan pribadi ayahnya. Ia melihat sang raja tengah duduk di sofa warna merah marun bercampur emas itu sambil menyesap cangkir berisi cairan merah pekat di depannya.

“Kenapa kau memanggilku?” tanya anak sulungnya itu to the point.

“Duduk.”

Pria bertubuh jangkung itu pun duduk di sofa yang berseberangan dengan ayahnya. Mata onyx hitam milik Leon menatap anaknya itu serius. Ia meletakkan cangkirnya tadi.

“Sebentar lagi, kau akan menggantikanku. Apa kau sudah siapkan semua syaratnya?”

Louis menaikkan satu alisnya, “syarat?"

“Benar. Ada dua syarat yang harus kau penuhi.”

“Apa itu?”

“Pertama, dalam waktu dekat jiwa iblis dalam dirimu akan muncul. Kau harus mencari korban untuknya.”

“Jiwa iblis? Apa maksudnya?”

“Sisi gelapmu. Itu adalah tahap penyempurnaan dari kekuatanmu sendiri. Berbeda dengan vampir lain, karena darah iblis mengalir juga dalam darahmu kau akan merasakan fase ini.”

“Aku mengerti.”

“Bagus. Jangan kecewakan aku.”

Leon tersenyum. Ia kembali meminum darah dalam cangkirnya yang tinggal setengah.

“Lalu, syarat yang lain?”

“Akan kuberi tahu setelah kau selesai dengan yang pertama,” jawab Leon sambil menunjukkan seringai kecil di bibirnya.

“Akan kulakukan. Aku pamit.”

“Ya.”

...***...

Ketiga orang itu berjalan masuk ke dalam sebuah mall. William menarik tangan Tiara saat mereka melewati kerumunan banyak orang. Alasannya, dia takut gadis itu tiba-tiba menghilang. Claire juga melakukan hal yang sama. Tiara terlihat seperti anak dari kedua orang ini.

“Aku bukan anak-anak lagi. Kenapa kalian melakukan ini?”

“Karena kau masih kecil,” jawab William singkat.

Jawaban pria itu cukup membuat Tiara sakit hati. Umurnya sudah jelas delapan belas tahun, tetapi mereka tetap memperlakukan dirinya itu layaknya anak berumur lima tahun yang butuh pengawasan ekstra. Dia bisa berjalan sendiri. Kemarin dia bahkan menginjakkan kaki di klub malam. Walaupun hanya dalam misi.

“Aku sudah tumbuh besar, Kapten.”

“Kapan kau jadi anak penurut, huh?”

“Iya. Iya, Ahjussi.”

William hanya diam tanpa membalas perkataan gadis tadi. Namun, genggaman tangannya bertambah kuat.

'Sial, dia marah ternyata.'

Tak lama kemudian, mereka bertiga masuk kedalam lift. Kebetulan hanya ada mereka bertiga saja didalamnya. Claire menekan tombol transparan yang tersembunyi di sana. Lalu, muncul sebuah hologram berupa keyboard komputer di depan gadis dengan surai pirang kemerahan itu.

“Please, enter your password in 5 seconds.” (Silakan masukkan kata sandi dalam lima detik.)

“5 ….”

“4 ….”

Tangan Claire dengan cepat menekan beberapa tombol di keyboard itu.

“3 ….”

“The password is corrected. Welcome back, Team ß!” (Kata sandi anda benar. Selamat datang kembali, Tim ß!)

Lift perlahan mulai bergerak ke bawah. Lift ini merupakan salah satu akses rahasia menuju markas pusat organisasi hunter. Tempat itu dijadikan sebagai pertemuan para hunter dan juga tempat untuk melatih hunter baru (Junior class) sampai prajurit khusus (Special class).

'Tiing!'

Beberapa detik kemudian, pintu lift terbuka. Mereka melangkah keluar dari kotak sempit itu. Sebuah pintu baja setinggi tiga meter berdiri kokoh di depan mereka. Sinar laser warna merah yang berasal dari samping pintu menyinari mereka bertiga. Suara dari sistem keamanan langsung terdengar saat Claire

melangkah mendekat.

“Are you a member?”

“If you didn't know who's team ß. I’ll kill you,” jawab William.

“ The password is corrected. Process to scan your eyes, Sir!”

Sinar merah tadi memindai mata cokelat milik William. Setelah itu, sinar tadi juga meng-scan mata biru sapphire milik gadis itu dan mata hazel milik Claire. Selesai. Suara dari sistem kembali terdengar.

“Welcome Team ß. Have a nice day!”

Pintu besar tadi terbuka dengan megahnya. Mereka bertiga melangkah masuk ke dalam. Mereka langsung disambut dengan air terjun dan pemandangan alam yang begitu indah. Jujur, setiap melewati pintu ini Tiara kembali terpukau akan keindahan alam di bawah sana.

Mereka berjalan di sebuah jembatan yang terbuat dari kaca. Jembatan ini menghubungkan pintu gerbang tadi langsung dengan markas pusat. Ia bisa melihat beberapa hunter tengah berlatih di bawah sana. Ketinggian jembatan ini bahkan mencapai ratusan meter di atas permukaan laut.

Tepat di ujung jembatan, beberapa anggota hunter menyambut kedatangan mereka. Mereka adalah hunter tingkat menengah (Medium class). Mereka berjabat tangan dan membukakan pintu agar tim mereka bisa masuk. Jabat tangan tadi sebenarnya juga kode. Markas pusat memang penuh dengan password dan itu melelahkan.

“Tempat ini tidak berubah,” komentar William.

“Kau benar, Senior.”

Ada tiga pria yang berjalan menghampiri mereka. Anehnya, Tiara bisa merasakan aura vampir yang keluar dari tubuh mereka.

“Kalian tim ß?” tanya salah seorang pria dengan tubuh tinggi.

“Iya, benar.”

“Ikut kami sekarang. Master sudah menunggu,” perintah salah seorang dari

mereka.

'Siapa mereka ini?'

“Kami tidak akan ikut. Aku bahkan tidak tahu kalian siapa.”

Pria bertubuh paling tinggi tadi tersenyum kecil ke arah Tiara. Lalu, Ia mengacak rambut gadis di depannya pelan.

“Good girl! Sebagai seorang fighter di tim, kau berani juga.”

'Dia tau posisiku? Sebenarnya siapa mereka?'

“Senang bertemu denganmu,” tambahnya.

“Mereka adalah tim Alpha, Ara.” jelas William.

“Team Alpha?!”

“Iya. Untuk menemui master kita akan diantar secara khusus oleh tim Alpha. Apa kau tidak tahu prosedurnya?”

“Tidak, Kak. Aku tidak terlalu memperhatikan hal-hal semacam itu.”

“Padahal aku sudah menjelaskan panjang lebar di mobil tadi,” keluh Claire.

“Kurasa kita butuh perkenalan. Alpha_01, leader tim ini. Kalian bisa memanggilku David,” ucap pria bertubuh tinggi dengan aksen sedikit bule.

“Nice to meet you.”

“Nice to meet you too, Team beta.”

“Alex,” ujar seorang pria yang di samping David sambil tersenyum manis.

“Dia hacker kami. Dan yang terakhir—“

“Lucas,” potong pria dengan topi hitam di sebelah David.

“Posisinya sebagai fighter,” jelas sang leader.

“Halo, Senior.” sapa Claire.

“Hn.”

“Aku sudah mendengar banyak soal tim kalian. Bahkan bisa dibilang kalian tim pertama yang bisa bertemu dengan master secara langsung selain kami tentunya,” jelas David.

Diantara mereka semua, Tiara tidak menyukai Lucas. Gayanya yang tak acuh dan dingin itu membuat Tiara ingin memukulnya. Lucas berjalan lebih dulu meninggalkan mereka semua tanpa mengatakan sepatah katapun. Seorang senior yang tidak patut ditiru, menurutnya.

“Ayo, Master sudah menunggu kedatangan kalian.”

“Baik.”

Mereka semua berjalan menuju koridor rahasia dipimpin oleh tim Alpha. Tim tingkat paling atas dalam organisasi ini. Mereka adalah puncak hiraki dari semua tingkatan anggota hunter. Dibawah team Alpha adalah timnya William, tim ß (beta).

'Jadi rumor tentang tim Alpha itu benar. Mereka semua setengah vampir.'

“Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya William pada gadis disebelahnya.

“Tidak ada, Kapten.”

“Sebentar lagi kita sampai,” sahut pria bernama Alex tadi.

Akhirnya, mereka berhenti di depan sebuah ruangan dengan pintu kayu berwarna putih di bagian ujung. Tiara melihat Lucas tengah duduk sambil bersandar pada sofa putih yang ada di ruangan ini dengan mata terpejam dan tangan menyilang di depan dada.

'Dia tidur? Sudahlah, Itu tidak penting.'

“Masuklah. Master ada di dalam.”

“Thanks, Dave.” balas William

“No problem, Dude."

Jantung gadis itu berdebar kencang saat William menarik gagang pintu di depan mereka. Mereka bertiga pun melangkah masuk ke dalam secara bergantian.

“Selamat datang, tim ß ….” sambut seorang pria tampan di depan kami.

‘Dia—‘

“Aku sudah menunggu kalian sejak tadi,” sambungnya.

Sang pemimpin organisasi hunter itu menatap Tiara, lalu tersenyum ramah. Gadis itu mematung. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul. Dia merasa wajah dari pemimpin mereka itu begitu familiar.

'Kenapa ini? Apa aku pernah melihat master sebelumnya? Tidak. Tidak, Ini gila. Mana mungkin aku pernah bertemu dengannya. Akan tetapi …'

“Silakan duduk. Aku ingin membicarakan sesuatu pada kalian.”

...***...

Note:

*Ahjussi artinya pria paruh baya, atau kalau di translate bisa diartikan sebagai paman.

Terpopuler

Comments

sahanya😍

sahanya😍

ayah tiara itu william 😁

2021-05-02

0

Mahdaleni Leni

Mahdaleni Leni

ayah tiara

2021-02-14

7

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!