My Beautiful Bodyguard 17

Vote sebelum membaca 🌻

.

.

Lagi-lagi hembusan nafas lirih keluar dari bibir Aksa, mungkin jika ada orang yang melihatnya, mereka pasti akan menganggapnya sedang menatap pemandangan dari balik kaca, tapi sebenarnya tidak,pandangannya kosong.

Hari berganti dengan cepat, dan ini sudah ketiga harinya kepergiaan wanita itu. Tak ada lagi wanita yang selalu ada di sampingnya, menjaganya dimanapun berada. Kini Aksa harus mulai terbiasa menjaga dirinya sendiri.

Agak lucu karena Ia sebelumnya tak pernah sampai merasa benar-benar kehilangan seperti ini. Hatinya hampa juga sangat merasa bersalah. Sebelumnya Ia bahkan tak pernah terpikirkan jika wanita itu akan pergi karena sifatnya yang menyebalkan. Aksa kira Kimberly akan tetap ada disampingnya, bersabar dengan sikap kekanakannya.

"Pak Aksa, diluar ada seorang wanita yang ingin bertemu."

Aksa mengernyitkan keningnya, keningnya berkerut dalam mendengar dari sekertarisnya. Pria itu anehnya merasa jantunya berdetak cepat, apa wanita itu Kimberly? Percaya diri sekali.

"Ekhem siapa?" Tanyanya setelah berbalik.

"Saya kurang tahu, tapi dia berbicara katanya ada urusan yang sangat penting."

"Kau tidak menanyakan siapa namanya?"

"Maaf Pak, dia tidak mau memberitahu. Tapi dia ingin sekali bertemu dengan Bapak."

Seukir senyuman manis terukir dibibir Aksa, Ia kemudian segera keluar dari ruangannya. Jantungnya terus berdetak cepat, merasa bahagia. Anggaplah Aksa memang berharap jika wanita itu adalah Kimberly, Ia sangat merindukan wanita itu.

Langkahnya terhenti saat melihat punggung seorang wanita yang membelakanginya. Mengernyit karena wanita itu memakai dress berwarna babypink, tapi seingatnya Kim tidak suka pakai dress atau pakaian kantor. Lalu wanita itu berbalik, membuat senyuman di bibirnya Aksa luntur.

"Hallo selamat siang Pak Aksa Delvin Arion."

Dengan ragu Aksa menerima jabatan tangan itu. "Iya, anda siapa?"

Wanita itu tersenyum lebar, sambil memegang dokumennya di dada. "Perkenalkan nama saya Emma, saya adalah sekertaris dari Pak Omar pemilik perusahaan KT grup yang bekerja sama dengan perusahaan anda."

"Oh."

Pria itu sempat merasa aneh karena wanita ini tak sama seperti sekertaris yang Ia temui beberapa hari lalu. Wajahnya berbeda, apa mungkin baru?

"Saya sekertaris baru jika anda sempat merasa aneh."

"Hm iya, seingat saya dulu namanya bukan Emma."

"Iya, saya baru bekerja dua minggu lalu."

Obrolan mereka dilanjutkan diruangan Aksa, Ia duduk di single sofa sedang wanita itu duduk di sofa panjang. Dua minuman telah tersaji di meja.

"Jadi kedatangan saya kesini tak lain untuk menjemput anda siang ini bertemu dengan Pak Omar."

"Tapi saya tidak mendapat telphone ataupun kabar dari Pak Omar, begitupun sekertaris saya."

"Beliau ingin saya langsung kesini, katanya biar kejutan. Lagi pula undangan dari Pak Omar ini bukan tentang pekerjaan, melainkan undangan untuk makan siang bersama."

"Makan siang bersama?"

"Iya, Beliau mengundang anda makan siang bersama di sebuah rumah makan terkenal."

Aksa sangat bingung sekarang, apakah benar? Tapi Arnold bahkan tak tahu jika Pak Omar mengundangnya makan bersama. Biasanya Pak Omar terlebih dahulu akan memberi kabar pada sekertarisnya, lalu akan disampaikan padanya.

"Bagaimana? Saya yang akan menyetir."

"Em bagaimana ya, saya ragu."

"Kenapa ragu? Apa anda tidak percaya saya sekertaris Pak Omar?"

Emma terkekeh kecil melihat wajah bingung Aksa. "Saya wanita, apa saya terlihat seperti orang jahat?"

Tidak sih, tapi saat ini terasa aneh saja. Batin Aksa.

"Baiklah, saya akan kesana bersama sekertaris saya dalam mobil berbeda."

"Maaf Pak, tapi Pak Omar ingin hanya anda yang pergi."

"Kenapa begitu?"

"Maaf saya kurang tahu, tapi sepertinya Pak Omar ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan anda."

Kenapa begitu? Apakah benar? Tapi selama ini soal menyangkut pekerjaan Aksa akan pergi dengan sekertarisnya. Lalu kenapa sekarang Pak Omar hanya ingin Ia sendiri yang pergi kesana? Mau menyangkut pekerjaan ataupun tidak, tetap saja Arnold akan selalu ikuy bersamanya.

"Biar saya yang menyetir."

Aksa dengan berat hati pergi mengikuti wanita itu. Sebelumnya Ia sudah menelphone sekertarisnya itu kalau Ia akan pergi sendiri. Bahkan sekertarisnya saja sempat aneh, tapi segera ditepis. Pak Omar sendiri adalah teman baik Papahnya, yang sudah bertahun-tahun bekerja sama dengan perusahaannya. Pria tua itu baik padanya, bahkan sudah menganggapnya anak sendiri.

Pria itu duduk dikursi belakang, sedangkan Emma yang menyetir mobil. Memang butuh waktu agak lama untuk sampai ke perusahaan KT, ada di jalan Hayam Wuruk.

Karena merasa bosan Aksa memainkan handphonennya, membuka salah satu kontak Kimberly. Ingin sekali Ia menelphone Kim, atau sekedar mengirim pesan. Waktu terakhir dilihat sekitar lima menit lalu, berarti wanita itu sempat membuka WhatsApp.

Lalu Aksa membuka foto profil Kim, tersenyum sambil mengusap layar handphonenya yang melihatkan Kim sedang tersenyum lebar sambil menatap kesamping. Tapi ada yang aneh, beberapa helai rambut Kim di cat berwarna biru. Terlihat lebih cantik, apalagi sedang digerai.

Oh Aksa semakin merindukan Kim, bagaimana keadaan wanita itu sekarang? Apa Kim tak merindukannya? Atau sekedar kembali padanya saja.

Tanpa sepengetahuan Aksa, mobil itu tak menuju ke perusahaan KT. Melainkan menuju arah kedalam hutan. Senyuman sinis terlihat dibibir Emma, tampaknya pria itu sedang asik dengan handphonenya. Buktinya tak terdengar protesan dari belakang kursinya.

Ckittt!

Aksa meringis saat keningnya terbentur sandaran kursi didepannya, Ia lupa tak memakai salbet bahkan handphonenya sampai terjatuh ke bawah.

"Maaf Pak, sepertinya saya menabrak sesuatu."

"Apa?"

Emma turun dari mobilnya, mengecek kedepan. Sedangkan Aksa langsung melihat keluar mobil dari kaca disampingnya, terkejut bukan main karena sekarang sedang ada dijalan sepi yang dikerubuni pohon-pohon tinggi.

Segera saja Aksa keluar mobilnya, melihat Emma yang sedang menelphone sambil bersender di depan mobil.

"Kita ada dimana? Kenapa seperti di hutan?"

Emma segera mematikan panggilannya dan menatap Aksa. "Maaf Pak, kita memang harus melewati jalan ini dulu untuk bertemu dengan Pak Omar."

"Kamu jangan bohongin saya ya! Kamu pasti penjahat? Iyakan?!"

"Ehh bukan saya ini benar-benar sekertaris Pak Omar." Kilah Emma seolah meyakinkan pria itu. Mati-matian wajahnya tak menunjukan ke khawatiran.

"Bukan! Saya yakin kamu bukan sekertaris Pak Omar, lihat saja saya akan laporkan kamu atas kasus penipuan!"

Aksa segera kembali ke dalam mobilnya dibelakang, mencari handphonenya disana. Sial sangat sulit karena handphonenya terjatuh kepojokan. Tapi saat sebentar lagi akan menggapai handphone itu, pukulan di punggungnya membuat pria itu langsung jatuh pingsan.

Emma dan satu Pria yang memakai jaket juga topeng itu tersenyum puas, si Pria membuang tongkat baseballnya asal lalu mengikat Aksa, sedangkan Emma segera membawa handphonenya untuk mengabari seseorang.

"Target sudah dilumpuhkan, sepuluh menit lagi kita akan sampai di gudang!"

Terpopuler

Comments

Frando Kanan

Frando Kanan

bodoh bgt 😒

2022-07-07

0

Frando Kanan

Frando Kanan

bodoh bgt....udh Tau ada jebakan tuh 🙄

2022-07-07

0

Tarmi Hariyanto

Tarmi Hariyanto

tuu kannnn di culik.....

2021-11-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!