Vote sebelum membaca 🌻
.
.
Kimberly meringis melihat banyak sekali makanan telah tersaji dimeja, Ia bahkan di layani layaknya seorang nyonya. Wanita itu melihat ke depan, tepatnya pada Aksa yang sedang makan dengan lahap.
"Tuan.."
"Makan Kim, jangan bicara. Kalau kamu masih mau bicara, saya gak segan-segan pesan lagi makanan."
Hembusan nafas lirih keluar dari bibir Kimberly. Akhirnya wanita itu mulai memakan berbagai makanan di meja. Sungguh sikap Aksa menurutnya terlalu berlebihan, Ia hanya seorang pelayan tapi tidak dianggap begitu.
Hari ini Kimberly tak bekerja seperti biasanya, yang pasti atas perintah Aksa. Walaupun Ia menolak, tapi pria itu tetap memaksanya. Kejadian tadi siang sepertinya membuat pria itu merasa bersalah, apalagi wajahnya sedikit babak belur. Tapi itu memang sudah menjadi resiko pekerjaannya.
Menurut Kim, Aksa seperti menganggapnya seorang teman. Ia tak berhak untuk di perlakukan seperti ini. Ya, Kim memang seorang wanita tapi Ia tak selemah apa yang orang lain pikirkan. Buktinya Ia mengambil resiko saat memilih bekerja menjadi seorang bodyguard.
"Apa masih sakit?"
"Ya?"
Aksa mengusap bibirnya terlebih dahulu dengan tisu. "Bahumu dan wajahmu, kalau masih sakit lebih baik kita sekarang ke rumah sakit."
"Tidak usah Tuan, saya baik-baik saja."
"Apa setiap wanita memang begitu?"
"Maksudnya?"
"Berbicara baik-baik saja, padahal di balik kata baik itu ada kalimat 'Aku sedang tidak baik-baik saja."
Kimberly langsung menggeleng kencang. "Tidak saya sungguh baik-baik saja."
Aksa mencoba bersabar, memang sulit membuat Kim merasa nyaman dan akrab padanya. Padahal Ia tak mempermasalahkan jabatan mereka, Kim sudah Ia anggap seperti wanita pada umumnya. Yang patut Ia jaga dan lemah lembuti.
"Ayo kita pulang."
"Baik."
****
"Namanya Leo, dia salah satu pembunuh bayaran yang udah jadi buronan polisi. Dia juga pernah dipenjara beberapa tahun lalu atas kasus pengedaran narkoba dan berhasil meloloskan diri."
Aksa menatap tajam pria yang sedang diperiksa oleh seorang polisi didalam ruangan yang tak terlalu besar dari tv kecil yang ada diluar ruangan itu.
"Saya sudah bilang di perintah!"
"Ya dan saya sudah bertanya puluhan kali siapa yang memerintahmu!"
Pria yang memiliki luka goresan panjang dikeningnya itu tak membuka suara, Ia memang bisa diandalkan jika harus menjaga rahasia. Buktinya Ia menjadi buronan polisi paling terartas. Tapi saat polisi itu memukul wajahnya sampai dirinya tersungkur dari kursi, kesabarannya bisa habis juga karena tak hentinya wajah dan badannya menjadi pelampiasan.
"Kau bisa saja di hukum lebih berat karena menyembunyikan orang yang bersalah!"
Dua polisi masuk ke dalam dan menyeret paksa Leo keluar ruangan untuk di masukan ke dalam sel.
"Aku ingin dia di hukum berat!"
Rafael mengangguk pelan. "Tentu, lagi pula dia ini memang buronan. Sudah pasti hukumannya akan berat, apalagi dia melakukan kesalahan lagi."
"Gue mau pulang."
Dan Rafael mengikuti kemana pria itu pergi. Dari pagi keduanya menyaksikan bagaimana proses sidang seseorang yang berencana membunuh Aksa beberapa hari lalu.
Siangnya baru kembali, karena sialnya pria itu tak mau mengungkapkan siapa yang menyuruh untuk membunuh Aksa.
Bodohkan? Pria itu harusnya berpikir jika dirinya akan dihukum lebih berat.
"Kemana Kim? Tumben hari ini aku tak melihatnya."
"Dia dirumah."
"Kenapa dia tak ikut pergi bersamamu?"
"Tidak, dia pasti tidak akan suka melihat pria brengsek yang menyakitinya."
"Maksudmu Leo?"
"Hm."
Rafael tersenyum kecil, pria itu tahu jika Aksa punya rasa pada bodyguardnya sendiri. Menggelikan karena selama ini Aksa tak pernah punya seorang pasangan. Pria itu selalu takut dengan wanita, bukan apa-apa, tapi ya begitulah Aksa.
Walau tampan dan kaya, Aksa tak pernah mempermainkan wanita. Pria itu selalu mementingkan pekerjaannya dibanding pasangan, sayang padahal umur Aksa hampir menginjak kepala tiga.
"O iya kapan lo tunangan?"
"Ah iya hampir aja lupa." Rafael membawa kertas di dasbord mobilnya, Ia masih fokus menyetir. Pria itu menyerahkan kartu undangan pada Aksa yang duduk di sampingnya.
"Satu minggu lagi dan mulai besok gue mau ijin cuti."
"Ck pertunangan lo masih lama, kenapa ijinnya sekarang?!"
"Ya karena banyak yang harus gue kerjain, lo mana ngerti sih orang lo jomblo mulu!"
Mendengar ledekan itu Aksa langsung mendelik sebal, Ia tak suka dibilang seperti tadi.
"Gue gak bakal jomblo lagi!"
"O ya?"
"Iya lo liat aja nanti, saat lo nikah gue bakal udah punya pacar!"
Rafael hanya mengagguk saja, seolah percaya. Padahal ingin sekali tertawa mendengar itu, oh ayolah Aksa dekat wanita saja takut, bagaimana nanti punya pacar?
"Lo jangan ketawa!" Ketus Aksa.
"Haha oke-oke sorry."
Perjalanan itupun di akhiri dengan Rafael yang diturunkan paksa dihalte bus. Manajer sekaligus sahabat Aksa itu sangatlah kesal mendapat sikap semana-mena dari Aksa. Jika sedang sebal pria itu pasti akan begitu, untung saja Rafael selalu bersabar.
"Tuan."
Aksa tersenyum melihat Kim seperti menyambutnya didepan rumah, wanita itu memang Ia suruh diam di rumah. Walau tadi menolak keras, tapi Aksa berhasil meyakinkan Kim.
"Kau menungguku?"
"Tidak, saya baru kesini saat mendengar suara mobil familiar."
"Kau ini sampai suara mobilku saja hapal." Kekeh Aksa.
Pria itu lalu berjalan masuk ke dalam rumah diikuti Kim. Tapi bukan ke kamarnya, melainkan menuju belakang rumah, ke kolam renang.
"Aku ingin berenang."
"Baik apa ada keperluan yang perlu saya siapkan?"
"Tidak ada." Ucap Aksa lalu membalikan badan menghadap pada Kimberly. Pria itu perlahan membuka kancing kemejanya,
tersenyum sinis melihat Kim yang tampak berdiri tak nyaman masih menatapnya.
Setelah semua kancing itu terbuka, Aksa menanggalkannya sampai jatuh ke lantai. Kini dadanya yang telanjang terpampang, untung saja Aksa kemarin sempat pergi nge-gym yang memang ada dirumahnya.
Pria itu berjalan mendekati Kim, menatap wajah cantik itu yang terkena paparan sinar matahari.
"Kau mau ikut berenang?"
"Hah? Tidak saya-"
"Temani aku berenang, bagaimana kalau aku tenggelam?"
"Saya akan menyelamatkan anda."
"Tapi aku ingin sekarang kau mengajarkan aku berenang."
"Apa?"
Aksa menarik tangan Kim lalu pria itu menceburkan tubuhnya ke kolam sambil tetap menggenggam tangan Kim. Apa yang Aksa katakan bohong, nyatanya Ia sangat hebat dalam berenang. Ya Ia hanya ingin berenang saja berdua dengan Kimberly. Bukankah menyenangkan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
sepadan sekali
2023-01-02
0
Cinta Wati
visual Kim cantik Poko nya seneng visual nya cocoj
2021-10-02
0
Nina Puji Handayani
ccok bgt dilraba dilmurat. jd inget pas dilraba main jd bodyguard di film lhsd
2021-09-01
1