Vote sebelum membaca 🌻
.
.
Brak!
Kim mencengkram leher pria itu dengan tangan kirinya dari belakang, sekuat tenaga menahan agar pria ini tak memiliki kekuatan untuk melepaskan diri. Wanita itu lalu menendang kaki kiri pria itu sampai si pemiliknya tersungkur ke lantai.
Lalu Kim ikut berjongkok dan memborgol kedua tangan pria yang memiliki luka goresan panjang di kening itu. Kembali Kim menatap datar pria yang kini sedang tersenyum sinis padanya, padahal wajah pria itu sudah babak belur karenanya, tapi masih bisa tersenyum.
"Siapa yang memberi perintah kepada kamu untuk membunuh Tuan Aksa?"
"Hahaha bukan urusan lo!"
Kim menampar pipi kanan pria itu keras, bahkan sampai tersungkur dan berbaring di lantai. Ia dari tadi sudah tak bisa bersabar lagi, tak hentinya Kim mengumpat dalam hati. Pria itu menguji kesabarannya!
"Kamu gak mau jawab pertanyaan saya?!"
Pria itu meludah ke samping, menampakan air ludahnya yang memerah tanda jika mulutnya berdarah. Menatap sinis wanita yang berjongkok di depannya. "Itu bukan urusan kamu! Sekarang lepasin saya!"
"Oke!"
Kim lalu menarik sikut pria itu agar berdiri dengan kasar, tak perduli jika pria itu kesakitan. Ia menarik kasar irang itu keluar ruangan, saat baru keluar sudah terlihat banyak polisi. Tanpa menunggu ke dua polisi di sana mengambil alih pria itu membawanya pergi dari sana di ikuti yang lain.
"Terimakasih karena telah menggagalkan rencana pembunuhan itu." Ucap salah seorang Bripka polisi, menjabat tangan Kim berhormat sebentar sebelum pergi.
Selepas kepergian mereka, Kim langsung menyenderkan tubuhnya di dinding belakang. Meringis kecil saat merasa perih dibahu kanannya, menyentuh luka goresan pisau di sana yang lumayan panjang.
Kemeja bagian bahunya saja sampai robek, darahnya sampai terlihat jelas disana.
"Kim, Pak Aksa memintamu untuk menemuinya di ruangan pribadi paling atas."
"Iya saya akan kesana, terimakasih."
Tanpa menunggu lama, Kim langsung menuju kesana. Menaiki lift seorang diri, karena memang seluruh pegawai di larang masuk dulu ke lantai ini sehabis kejadian tadi. Tentu saja perusahaan menjadi ribut mendengar kekacauan itu. Perusahaan bahkan masih dijaga ketat oleh polisi, sekarang bangunan ini terlihat sepi karena seluruh pegawai dipulangkan.
Tok Tok!
"Masuk!"
Kimberly membuka pintu kaca itu pelan, masuk mendekati Aksa yang berdiri membelakanginya sedang menatap pemandangan dari kaca lantai tertinggi. Tak ada siapa-siapa disini, hanya ada mereka berdua saja. Ruangan sekaligus lantai paling atas ini memang di buat khusus untuk Aksa seorang saja.
"Ada keperluan apa sampai anda memanggil saya Tuan?" Tanya Kim yang berdiri agak jauh dari pria itu.
Aksa berbalik, memperhatikan penampilan Kim dari atas sampai bawah. Berantakan. Rambut yang di ikat sebagian keluar, kemeja kusut, dan jangan lupakan memar di wajah cantik itu.
Melangkah mendekat, Aksa berdiri tepat dua langkah di depan Kim. Lalu tatapannya teralih pada bahu kanan Kim, kemeja bagian itu robek dan goresan panjang yang masih berdarah sebagian tertempel di kemeja berwarna putih itu.
Aksa membawa hand phone di saku celananya, menelphone seseorang.
"Bawa kotak p3k ke ruangan pribadi saya di lantai atas, jangan lama!"
Setelah menutup panggilan itu, Aksa kembali menatap Kim. Tangannya terulur menyentuh pipi Kim yang memar bekas pukulan.
"Apa sakit?"
"Tidak Tuan, maaf." Ucapnya sambil memundurkan langkah, otomatis tangan Aksa yang berada di pipinya terlepas. Kim hanya tak enak dengan posisi tadi.
Tapi wanita itu malah di buat terkejut saat Aksa dengan tiba-tiba menggendongnya ala bridal. Sekuat tenaga Kim mencoba untuk turun, tapi ternyata kekuatan Aksa lumayan juga.
"Tuan.."
"Sshh diamlah Kim!"
Aksa menurunkan Kim di sofa merah yang ada di sana, saat wanita itu akan menjauh segera Aksa menahan kedua tangan Kim. "Diam Kim, ini perintah!"
Mendengar itu Kim langsung diam, apalagi Aksa yang biasanya terlihat ramah kini wajah itu terlihat datar juga marah. Entah kenapa.
Suara ketukan di pintu membuat keduanya terlalih, setelah Aksa menyuruh masuk terlihat seorang wanita yang masuk sambil membawa kotak p3k, menyimpan kotak itu di meja lalu kembali pergi.
"Buka bajumu Kim!"
"Apa?!"
Aksa yang sudah mendapat obatnya kembali menatap Kim. "Buka bajumu, lukamu harus di obati."
"Tidak perlu Tuan, saya bisa-"
"Tidak ada penolakan, sekarang buka bajumu. Percayalah aku tidak akan berbuat yang aneh-aneh."
Awalnya Kim ragu dan gugup. Tapi rasa perih di bahunya membuat wanita itu sadar kalau lukanya tak segera di obati, kemungkinan akan infeksi dan berbahaya.
Dengan perlahan sambil menguatkan diri dalam hati, akhirnya Kim membuka kemejanya. Membuka kancing kemeja perlahan, sambil tetap menundukan pandangan. Tapi saat tersisa 3 kancing lagi, Ia langsung berhenti.
"Kenapa?" Tanya Aksa heran.
"Saya akan berbalik!"
"Hm."
Kim lalu berbalik badan duduk membelakangi Aksa, bukan maksud tidak sopan, tapi Ia juga malu jika harus duduk berhadapan dengan keadaan seperti ini.
"Tahan sakitnya."
Kim memang tak membuka semua kancing kemejanya, hanya menyisakan sedikit, yang terpenting bagian bahunya terbuka. Selama Aksa mengobati pun Ia hanya diam, walaupun sesekali meringis kecil, tapi luka itu tak seberapa baginya.
Lima belas menit adalah waktu yang Aksa butuhkan untuk mengobati bahu Kim. Selama itu juga pria itu di landa rasa bersalah sangat besar pada wanita di depannya ini.
Saat pukul delapan pagi, Aksa baru sampai di perusahaannya. Ia di buat terkejut melihat orang asing di dalam ruangannya, memakai topeng aneh berpakaian serba hitam. Dan yang paling membuatnya semakin terkejut, pria itu berlari ke arahnya sambil memegang sebuah pisau.
Sebelum pisau itu menusuknya, Aksa malah terdorong ke samping sampai terjatuh. Dan siapa lagi kalau bukan Kim yang melakukannya. Bahkan wanita itu sampai terlibat perkelahian hebat antara mereka.
Keributan itu tentu saja membuat orang lain penasaran, salah satu staff keamanan pun segera menelphone polisi melaporkan kejadian dan Aksa segera di pindahkan ke ruangan yang lebih aman.
"Terimakasih Tuan." Ucap Kim tersenyum kecil pada Aksa. Saat akan berdiri tangannya di tarik sehingga membuatnya jatuh ke atas tubuh pria itu.
Aksa memeluk pinggang Kim erat, menyatukan kening mereka. "Maaf, karena saya kamu jadi terluka."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Oot
awawawwwww
2021-05-06
0
Lina Susilo
ko aku yg baper ya
2021-03-17
0
Sunarti
tak apa tuan itu sudah menjadi tugas saya, Kim jawabnya kegitu y thor wkwk
kereen👍
2020-11-28
9